32 Dengannya.

"Salsa. Kenapa kamu tidak suka denganku?" tanya David, memberanikan dirinya. Wajahnya tertegun, saat ia tak mendengar suara Selsa lagi. Pandangan mata David turun menatap ke bawah. Ia melihat salsa sudah tidur dengan kepala menyandar di bahunya.

Seketika dia menghela napasnya lega. Untung saja dia tidak mendengar apa yang aku katakan tadi. Lebih baik dia tidak tahu. Dan jangan sampai dia suka denganku. Gumam David, mengusap ujung kepala Salsa manja. Pandangan matanya tak lepas, melihat setiap lekuk wajah Salsa, dari hidung mungilnya, bibir tipis yang menggoda, dan tak lupa lagi wajah cantik wanita itu terus membayangi wajahnya.

Dia cantik saat tidur. Meski wajahnya terlihat sangat lucu. Tapi setidaknya dia benar-benar menarik hatiku kali ini. Dan maaf! Aku tidak akan pernah suka dengan kamu. Tegasnya dalam hati. David memberikan dinding tembok pemisan antara cinta dan surat perjanjian di hatinya. Dia selalu mengelak dengan apa yang sudah dia rasakan saat ini. Di dalam.dirinya  selalu tertanam nama Dea, dan Dea. Wanita yang di pacarinya sejak SMA itu.

Jemari tangan David, mengusap lembut rambut Salsa, jarinya berjalan di wajahnya, menyentuh wajah putih, menyentuh kesekian detik hidung Salaa, lalu melajutkan jalannya menyentuh bibing mulilnya, wajah bersih tanpa polesan make up sama sekali, memancarkan aura yang berbeda darinya.

Isstt.. Apa yang aku katakan tadi. Aku tidak boleh ada perasaan dengannya. Jangan sampai aku kemakan omongan aku sendiri.

"Apa yang ingin kamu katakan sekarang?" tanya Salsa, ke dua matanya masih terpejam. Dengan tubuh sedikit terangkat ke depan. Membuat David sempat terkejut. Jantungnya benar-benar mau copot saat mendengar ucapan Salsa tadi.

David merasa heran dengannya, dia memegang tangannya. Dan berusaha menidurkan lagi Salsa di bahunya.

"Dia ngigau.. sepertinya dia terlalu capek."

David mencoba melepaskan jaketnya. Tangannya menyangga kepala Salsa agar tidak terjatuh. Dan tangan satunya berusaha melepaskan jaketnya. Lalu memakaikan, menutup tubuh Salsa yang sedikit terbuka membuat David merasa risih dengannya.

"Kita pulang sekarang!" ucap David, mengangkat tubuh Salsa, beranjak berdiri. Tubuh beratnya membuat dia hanya bisa meringis menahan.

Tubuhnya benar-benar berat. Apa hari-hari ini dia banyak makan. atau hangan-angan makanan persedian di dapur dia semua yang makan. Decak David.

Pulang dari pantai. Tepat jam 1 malam. Salsa yang tertidur di atas bahu David. Dengan terpaksa laki-laki itu mengangkat tubuhnya. Berjalan pulang ke vila yang lumayan jauh dari tempat mereka duduk.

Ke dua mata David tak lepas dari wajah Salsa saat tertidur. Meski berkali-kali hatinya sempat mengelak. Tetapi dia sudah membuktikan jika dia perduli dengan Salsa.

Sebuah hubungan yang di penuhi keegoisan memang lebih menyakitkan. Tanpa kita sadari sebelumnya.

Sampai di kamar Salsa. David meletakkan tubuhnya di atas ranjang putih, engan selimut tebal tertata di bawah ujung ranjangnya.

"Tidurlah!" ucap David, mengusap kening Salsa, lalu mengecup lembut keningnya beberapa detik.

"Selamat tidur, aku pergi dulu!" David beranjak berdiri. ia mau melangkah ke depan, namun langkahnya terhenti saat tangan Salsa memegang lengannya mencegah dia pergi.

David mengernyitkan wajahnya, mencoba melepaskan cengkeraman Salsa. Tetapi percuma, dia semakin erat mencengkeram tangannya.

"Jangan pergi, temani aku!" gumam Salsa yang masih menutup matanya rapat. Hanya bibir dan tangannya saja yang bergerak.

"Tapi aku harus pergi.. Ada urusan srbentar!" gumam David beralasan. Meski dirinya juga terlihat sangat capek.

Dan David tak membalikkan badannya, ia lupa memakaikan selimut tebal itu pada Salsa.

Tangan Salsa semakin memegangnya erat. Seakan memang tak mau dirinya pergi. Dengan terpaksa David, menarik tempat duduk yang tak jauh darinya, dia kembali duduk dengan tangan masih memegang tangan Salsa.  dia memegang tangannya. Mencoba untuk tepat tenang.

"Apa yang di inginkan dia?" gumam David. Dia berbaring di samping Salsa.

Krukkk...

Shitt... Kenapa perut aku lapar gini. Apalagi ini tangan. Kenapa gak mau melepaskan tanganku sama sekali.

David mengusap.perutnya yang sudah mulai memberontak ingin makan.

"Apa.masih ada makanan, ya di dapur. Aku lapar," gumam David, melirik sekilas ke arah Salsa, yang masih berbaring lelap di sampingnya.

David mencoba menarik tangannya. Dengan cepat tangan Selsa menariknya lagi. Memeluknya semakin erat, seperti sebuah guling hidup.

"Salsa, lepaskan tangan ku, ya. Aku mau pergi ke dapur." gumam David lirih, seakan berbisik tepat di telinga Salsa.

Salsa perlahan melepaskan tangan David, dengan cepat David segera beranjak dari ranjang Salsa. Berjalan mengendap-endap keluar dari kamarnya. Dia perlahan membuka pintunya agar yak menimbulkan suara, lalu menutup kembali pintunya perlahan.

"Kak, kamu sedang apa?" tanya Alan, sontak membuat David terjingkat daei tempat dia berdiri.

"Alan, bisa gak. Kalau muncul jangan yiba-tiba." decak kesal David.

"Lagian kakak ngapain, jam segini ke dapur."

"Ada makanan gak?" tanya David, mencoba melihat meja makan di depannya, yang nampak kosong tak ada apapun Termasuk buah di atas meja juga sudah bersih semuanya.

"Kenapa gak suruh masakin Salsa lagi."

"Masakin Salsa?" David mengangkat kepalanya menatap Alan. "Emm. Dia tidur. Gak mungkin juga aku membangunkan dia."

"Ya, sudah. Masak sendiri saja."

"Aku masak sendiri?" gumam David, melebarkan matanya, lalu menghela napasnya frustasi.

"Nah, siapa juga hang mau masakin. Aku juga udah mau tidur. Lia juga tidak bisa masak." jawab Alan. "Emm.. bentar, tapi sebenarnya Lia bisa masak? Masakannya luar biasa."

David membuka matanya lebar, menarik tangan Alan tak sabar mendengarnya. "Apa luar biasa enak?" tanya David penasaran.

"Luar biasa buruk," gumam Alan, terkekeh kecil. Dan berlari pergi meninggalkan kakaknya.

"Alan... " teriak David kesal. Alan hanya diam terus tertawa keras.

"Dasar Alan. Bilang saja gak mau bantu kakakmu." David beranjak masuk ke dalam dapur. Dan mulai mencari makanan di sana. Ia hanya melihat dua butir telur dan nasi.

"Ah.. Apa aku harus masak telur ini? Tapi aku gak suka

Dengan terpaksa David menggoreng telur yang ada.

Sedangkan Salsa yang merasa terganggu dengan berisiknya orang di dapur. Membuat dia yang masih susah membuka matanya. Berjalan keluar dari kamarnya menuju ke dapur. Ke dua matanya mengernyit saat melihat samar David yang sibuk masak di dalam dapur.

"Kamu ngapain?" tanya Salsa, seketika membuat David terkejut. Ia mengangkat kepalanya menatap ke depan melihat Salsa yang semakin berjalan ke arahnya.

"Masak apa?" tanya Salsa.

"Ini aku hanya masak telur,"

Dasar laki-laki. Tadi aja gak mau makan di rumah. Dan sekarang dia makan. Apa dia kemakan omongannya sendiri. Gumam Salsa.

David yang selesai makan. Dia membawa satu piring makanan di atas meja makan.

"Kamu mau makan?" tanya David.

"Gak usah kamu saja cepetan makan," jawab Salsa, mulai duduk di meja makan, meletakkan kepalanya. Sembari ke dua matanya terpejam.

"Kita makan berdua," ucap David, sontak membuat Salsa duduk tegap.

"Yakin?"

"Iya, udah cepat makan!"

Salsa tidak bisa menolaknya. Salsa memang sangat lapar dari tadi. Tetapi dia menahannya dan memilih menghampiri David. Dengan senang hati dia makan satu piring berdua dengan David.

avataravatar
Next chapter