webnovel

Please Save Me

“Kok cemberut sih?” tanya Eden begitu Cinta membukakan pintu untuknya.

“Katanya habis pulang kerja langsung ke sini, tapi kenapa lama sekali?” gerutu Cinta menjauh dari pintu, membiarkan Eden masuk sendiri.

“Aku kan tadi singgah beliin kamu toast dan minuman favorit kamu.” Eden memamerkan kantongan bening yang dipegangnya. Itu langsung membuat wajah Cinta jadi semringah.

Melihat wajah kekasihnya yang terlihat bahagia, Eden jadi ikut tersenyum. Dalam hati dia bersyukur sempat memesan ini lewat aplikasi online dan untungnya sampai bersamaan dengan dirinya. Jelas ini bisa dijadikan alasan untuk Cinta.

“Makasih banget ya udah ingat salah satu makanan favoritku,” jawab Cinta malu-malu. Dia lupa untuk bertingkah manja, tapi ternyata Eden juga suka melihatnya tersipu malu.

Eden mengacak rambut Cinta dengan gemas dan meminta kekasihnya itu untuk makan lebih dulu. Untung tadi Eden langsung memesan dua paket toast dan minum, jadi dia yang kelaparan tidak perlu menunggu Cinta memesan makanan untuknya.

Cinta makan dengan lahap dan penuh senyuman, membuat Eden jadi merasa bersalah. Bersalah karena dia sudah berselingkuh dari kekasihnya itu. Empat tahun lebih mereka berpacaran, Eden sama sekali belum pernah menyentuh Cinta. Paling intim hanyalah merangkul pinggang atau bahu Cinta.

Sebenarnya Eden sendiri juga tidak meminta lebih, pun Cinta yang tidak menawarkan. Mereka menjalaninya begitu saja selama empat tahun, sampai Oliv menawarkan sesuatu pada Eden. Olivia menawarkan hubungan ‘friend with benefits’.

Awalnya Eden menolak karena Oliv dan Cinta berteman, tapi Eden tetaplah lelaki normal. Ketika diberi suguhan, dia pasti menerima. Apalagi Oliv mengaku kalau dia juga menyukai Eden. Dan sialnya Eden jadi ketagihan.

Yeah. Lelaki mana sih yang sanggup menahan nafsunya? Rasanya sangat jarang ada lelaki yang bisa menahan diri sampai bertahun-tahun, apalagi jika sudah pernah merasakan surga dunia itu.

Itulah mengapa Eden menerima tawaran Oliv. Dia merasa canggung meminta pada Cinta dan tidak mau juga menyewa perempuan yang sudah ditiduri entah berapa banyak pria. Satu-satunya pilihan hanya Oliv. Toh sudah terlanjur juga, tapi tentu Eden mengajukan banyak syarat. Dan tentu saja Eden selalu bermain aman. Dia tidak mau ambil resiko.

“Kok bengong sih?” tiba-tiba Cinta sudah menatap Eden dalam jarak yang terlalu dekat dengan wajah pria itu. Membuat Eden terkesiap.

“Astaga, Cinta. Kamu bikin kaget saja deh.” Eden memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan kekasihnya itu.

Eden tidak mau khilaf kalau sedang bersama Cinta. Dia ingin menjaga wanita yang dicintainya itu, sampai mereka menikah nanti. Ya, menikah. Hanya Cinta yang ingin Eden nikahi dari sedikit perempuan yang pernah singgah dalam hidupnya.

“Kenapa harus sekaget itu sih? Kalau Oliv yang tiba-tiba muncul kamu gak pernah kaget,” seru Cinta sengaja memancing kekasihnya. Dia ingin tahu apakah saat ini mereka sudah mulai berhubungan atau tidak.

“Apa hubungannya dengan Oliv?” tanya Eden dengan kening berkerut. Dalam hatinya dia sudah ketakutan sendiri kalau Cinta mengetahui hubungan gilanya dengan Oliv.

“Gak. Cuma tiba-tiba kepikiran aja sih. Oliv itu anaknya cantik, bodinya bagus dan lebih kaya juga dari aku kan? Aku jadi agak iri karena dengan kualifikasi begitu, dia pasti bisa dapat pria mana pun.”

Niat awalnya sih Cinta akan pura-pura cemberut ketika membicarakan Oliv, tapi siapa sangka kalau dia benar-benar cemberut. Mengingat bagaimana dulu Eden dan Oliv di pelaminan, membuat Cinta cemburu. Sangat cemburu.

“Hei, kok tiba-tiba nangis?” tanya Eden kelabakan.

“Gak tahu. Aku tiba-tiba takut kamu pergi ninggalin aku,” Cinta yang ketakutan, langsung memeluk Eden yang langsung membeku di tempat.

Lebih tiga tahun pacaran, Eden sama sekali tidak pernah dipeluk atau memeluk Cinta seerat ini. Dan sifat impulsif Cinta saat ini, membuat Eden kaget.

Tidak ingin Cinta makin larut dalam kesedihan, Eden pun menenangkan kekasihnya. Dia balas memeluk Cinta dan mengelus punggung tegap kekasihnya dengan pelan, membuat pria itu tersenyum dalam diam. Ini sebuah kemajuan dalam hubungan mereka.

***

“Hah.”

Cinta menghela napas panjang. Badannya masih sedikit sakit, tapi dia sudah harus pergi kerja. Dan sialnya lagi, tiba-tiba saja hujan dan dia kesulitan mendapat taksi online. Mana Cinta terpaksa harus berteduh di Indomaret dekat kost lagi. Ini gara-gara dia tadi singgah beli roti sandwich cokelat dan kopi siap minum.

Untungnya Cinta punya kebiasaan bangun dan berangkat lebih pagi, jadi menunggu 20 menit lagi juga tidak masalah. Yang bermasalah sekarang adalah kepalanya. Bukan karena Cinta merasa pusing, tapi isi kepalanya sejak semalam tidak berubah.

Bisa-bisanya kemarin malam dia menangis dipelukan Eden. Sampai tertidur pula. Astaga, kalau sampai kekasihnya itu melihatnya ileran, Cinta pasti akan merasa sangat malu. Lain kali, dia harus lebih hati-hati.

Cinta kembali melihat ponselnya dan menghela napas ketika belum menemukan taksi online disemua aplikasi yang dia miliki. Dia sudah menjalankan tiga aplikasi sekaligus, tapi hasilnya nihil. Cinta sudah sangat putus asa, ketika sebuah Xpander berwarna hitam datang mendekat.

Awalnya Cinta cuek saja karena berpikir mobil itu hendak parkir untuk belanja, tapi pengemudi malah menekan klakson. Cinta melirik ke arah mobil dengan kesal karena dia merasa kaget, tapi siapa sangka ketika pintu mobil terbuka, Cinta jadi makin kaget saja.

“Cinta kan?” tanya pria yang baru turun dari mobil sambil berlari kecil, untuk menghindari hujan.

“Kak Ezra?”

“Kamu masih ingat aku?” tanya Ezra dengan senyum menawannya yang mampu membuat hati wanita mana pun luluh, termasuk Cinta. Tapi tentu saja itu karena Ezra adalah versi yang lebih maskulin dibanding Eden.

“Kak Ezra kan mirip sama Eden,” jawab Cinta jujur.

“Tapi gak banyak yang bisa membedakan kami,” jawab Ezra masih dengan senyumnya yang menggetarkan jiwa.

“Oh, masa sih?” jawab Cinta dengan nada bertanya. ‘Padahal perbedaannya cukup jelas,’ lanjutnya dalam hati saja.

“Omong-omong ini kamu mau ngator ya?” tanya Ezra lagi dan langsung dijawab Cinta dengan anggukan kepala.

“Bareng saja kalau begitu. Kamu pasti kesusahan dapat taksi online saat lagi hujan deras gini.”

“Eh, gak usah Kak. Saya takut ngerepotin lagian belum tentu juga searah.” Cinta segera menolak. Dia benar-benar merasa segan dengan Ezra.

Tapi tetap saja Ezra sedikit memaksa. Apalagi karena ternyata mereka berdua searah. Dan karena nama Eden dibawa-bawa, Cinta akhirnya setuju untuk menumpang di mobil mahal Ezra.

Well, Xpander sebenarnya masih dikategorikan mobil kelas menengah. Tapi jelas harganya tetap ratusan juta dan Cinta tidak akan sanggup mencicilnya, jadi baginya itu tetaplah barang mahal.

“Nih, buat kamu.” Tiba-tiba saja Ezra menyodorkan kantongan belanja Indomaret, begitu Cinta selesai melepas seatbelt untuk turun dari mobil. Ezra tadi memang sempat masuk ke toko itu, katanya mau beli kopi kemasan.

“Eh, kok malah dijajanin Kak? Gak usah deh.” Cinta kembali menolak karena segan.

“Ini kebetulan keripik kentangnya lagi diskon kok. Beli dua gratis satu. Tapi aku gak mungkin habisin semua, jadi satunya buat kamu saja.” Ezra menunjuk kantongan belanja yang ada di kursi belakang dan memang dari luar terlihat bungkusan Chitato.

“Kalau gitu makasih ya, Kak.” Cinta menerimanya dengan sungkan.

Cinta yang pencinta keripik kentang merk apapun, tentu tidak akan melewatkan kesempatan ini. Apalagi dilihat dari kantong putih tipis itu, Cinta bisa melihat bungkus Chitato rasa favoritnya. Tadi dia menolak hanya untuk basa-basi saja.

Setelah pamit satu kali lagi pada Ezra, Cinta berlari masuk ke gedung kantornya. Belum terlambat, tapi Cinta masih harus beres-beres. Dan ketika Cinta sudah menghilang dari pandangan Ezra, pria itu langsung mendesah panjang.

“Oh, God save me please.”

***To Be Continued***