webnovel

Mengukir Namaku di Hatimu

Bian dan Jackran sudah berpacaran selama 7 tahun. Sama seperti pasangan lainnya hubungan mereka juga mengalami pasang dan surut yang masih bisa mereka selesaikan. Namun kali ini badai besar menerjang hubungan mereka. Mantan kekasih yang sangat dicintai Jackran kembali, ketidakyakinan Jackran terhadap hatinya sendiri menjadi badai yang menerjang hubungan mereka, Hubungan mereka dipenuhi permasalahan yang kompleks. Akankah mereka berdua mampu melewatinya ataukah mereka memilih jalan yang berbeda?

Skyb_019 · Teen
Not enough ratings
426 Chs

Hari yang Tenang

"Bi kamu jangan aneh-aneh ya, duduk di sini dan abaikan mereka, jangan mempersulit hidupmu sendiri," Fio memperingati Bian,

"iya Fi, siapa juga yang bakal ngerusak hari yang tenang kayak gini," jawab Bian, dia kembali fokus pada makanannya, tapi sepertinya hari yang tenang Bian harus terganggu.

"Fio Bian, kalian juga di sini," sapa Ria ramah, sedangkan Bian dan Fio hanya tersenyum canggung,

"kita gabung disini aja yuk," ajak Ria kepada teman-temannya, Fio dan Bian kaget dengan apa yang mereka dengar begitupun Tiara, Jackran dan juga Jei,

"boleh kan," tanya Ria lagi,

"iya silahkan," jawab Fio canggung,

"kita di meja lain aja," ajak Jackran kepada yang lainnya,

"lo, kenapa Ran, lebih rame lebih seru kan," Ria tak peduli dan segera duduk di sebelah Bian, dia tersenyum kepada Bian dan dibalas Bian, meskipun sedikit canggung Bian berusaha untuk tetap menerima dengan baik. Bian berharap dia tidak melakukan kesalahan sebelum hari kerjanya, sehingga dia perlu untuk lebih berhati-hati.

Kafe di sini memang memiliki sofa yang besar sehingga muat untuk 6 orang, sedangkan kursi kayu hanya bisa digunakan untuk dua orang. Jei duduk disebelah Fio, sedangkan Bian duduk di seberangnya Fio bersebalahan dengan Ria, Jackran dan Tiara duduk berhadap-hadapan di kursi paling ujung.

Mereka mulai memesan makanan, sedangkan Bian dan Tiara fokus pada makanan mereka,

"oh ya Bi, aku dengar kamu bakalan masuk ke divisi perencanaan ya," tanya Ria, Bian hanya mengangguk, dia sedikit aneh melihat Ria yang mencoba bersikap baik dengannya, sedangkan mereka sendiri tahu hubungan mereka tidak baik-baik saja.

"kapan mulai masuk," tanya Ria lagi,

"besok kayaknya udah masuk Ri," jawab Bian,

"enak banget ya, kamu balikan sama Jackran aja udah bisa ngambil posisi ini langsung, gimana kalau udah jadi istrinya, bisa jadi kamu bakal dijadiin CEO, atau sekretarisnya," celetuk Ria, Ria tampaknya mencoba memanfaatkan situasi agar Tiara lebih membenci Bian,

"Ria," tegur Jei, Bian cukup kaget dengan apa yang di katakan Ria,

'jadi Ria berpikir aku dan Jackran balikan,' bathin Bian.

Setelah selesai makan siang mereka kembali kekantor, kecuali Bian,

"habis ini mau kemana Bi," tanya Ria,

"aku langsung pulang aja Ri," jawab Bian,

"kamu nggak nganterin Ran," tanya Ria,

"hmm, aku pulang sendiri aja, soalnya mau mampir ketempat lain dulu," Bian berusaha untuk tidak terlibat dengan Jackran saat ini,

"ya udah kamu hati-hati ya Bi," ucap Fio, Bian mengangguk dan mereka pun berpisah.

...

Tiara sedikit kesal dengan tingkah Ria terhadap Bian, kenapa Ria menjadi baik dan ramah ke Bian, Tiara pun bangit dari tempat duduknya dan menghampiri Ria. Ria tampak fokus sama pekerjaannya, dia bahkan tidak terganggu dengan kehadiran Tiara,

"Ri aku mau ngomong sama kamu," Tiara berdiri di depan meja kerja Ria,

"kenapa Ra, ngomong aja," jawab Ria santai,

"bisa nggak kalau nggak disini," Tiara sedikit jengkel dengan tingkah Ria,

"harusya sekarang, gue lagi sibuk nih, banyak yang harus di kerjain, gue lagi ngejar deadline sore ini soalnya Ra," jawab Ria,

"oh ya udah," jawab Tiara dan berlalu meninggalkan meja kerja Tiara. Belum lagi Tiara menjauh Ria sudah menghentikannya,

"jutek banget sih kamu, kenapa," tanya Ria,

"ya udah yuk, ngomongin nya di tangga aja," Ria mengajak Tiara setelah tidak ada jawaban dari Tiara, Tiara mengikuti Ria dari belakang, mereka sampai di tangga darurat, disini memang sangat sepi jadi sering mereka gunakan untuk membahas sesuatu yang serius.

"maksud lo baik ke Bian tadi apa," tanya Tiara to the point,

"gue Cuma pengen baik-baik aja, toh kayaknya gue harus nerima dia buat balikan sama Jackran," Jawab Ria seadanya, Ria melihat ekspresi Tiara kaget sekaligus kesal,

"canda doang," lanjut Tiara dan mulai terbahak-bahak,

"nggak ada yang lucu Ri," jawab Tiara yang kesal dengan Ria, orang yang dekat dengannya selama ini,

"ya lagian ekspresi lo gitu amat, dengar ya Tiara sayang, buat ngehadapin orang kayak Bian, kita harus pakai taktik," Ria merangkul pundak Tiara,

"jadi apa rencana kamu," tanya Tiara yang belum sepenuhnya mengerti,

"kita harus baikin dia, kita bikin dia percaya sama kita," jelas Ria,

"nggak mungkin dia bisa percaya sama kita," Tiara tidak begitu yakin dengan rencana Ria,

"aku tahu ini memang susah tapi setidaknya kita bikin dia untuk nggak curiga ma dia, dengan begitu kita bisa menjebak dia dengan lebih gampang, benar nggak," ucap Bian, Tiara pun tersenyum dengan rencana Ria, Ria memang bisa dihandalkan kalau masalah kayak gini,

"kalau bisa kita juga bikin dia percaya bahwa kita saling mengkhianati, itu salah satu cara untuk kita membuatnya lebih percaya," Tiara merasa puas dengan rencana Ria. Tiara sedikit senang, dia pikir Ria mulai menjauh darinya.

Bian berjalan memasuki sebuah toko, dia berencana untuk membeli sebuah hadiah untuk Jackran agar selalu mengingatkan Jackran kepadanya. Bian berjalan dan perlahan mulai mengitari disetiap sudut toko dan rak, dia tidak begitu yakin apa yang harus diberikan kepada Jackran. 5 menit berkeliling Bian akhirnya menemukan sebuah snowball, dimana pada snowball tersebut terdapat dua buah angsa yang saling berhadapan yang membentuk lambang cinta, kesan mewah dan elegan terlihat dari snowball itu.

Setelah selesai berbelanja, Bian segera ke kosannya, tapi di tengah jalan dia melihat Bara tengah duduk seorang diri, dia tampak sedang menunggu seseorang, dia berkali-kali melirik jam yang ada di tangannya. Bian masih diam memperhatikan dari jauh, tak berapa lama kemudian, datang seorang laki-laki, laki-laki tersebut tampak memegang sebuah amplop besar, dan memberikannya kepada Bara sedangkan Bara tampak memberikan sebuah amplop yang tampaknya di dalam amplop itu berisi uang.

Setelah laki-laki itu pergi, Bian menghampiri Bara,

"hy Bar," sapa Bian,

"hy Bi, ngg ngapain disini," ucap Bara sedikit gugup, Bian menangkap perubahan ekspresi Bara,

"kenapa kaget gitu sih Bar," tanya Bian,

"ya habis kamu, nongol tiba-tiba, siapa yang nggak kaget coba," ucap Bara berbohong, "amplop apa itu," tanya Bian,

"oh ini bukan apa-apa, Cuma kerjaan kantor," ucap Bara,

"yuk jalan-jalan," ajak Bara, dia harus menghilangkan kegugupannya dan juga untuk mengalihkan perhatian Bian, mereka pun pergi ketaman yang tak jauh dari situ, disini banyak orang yang beristirahat ataupun anak-anak sekolah yang istirahat setelah pulang dari sekolahnya. Disini juga terdapat orang yang berjualan jajanan tradisional dan juga ice cream serta makanan lainnya yang cocok untuk cuaca panas saat ini.

Bian dan Bara memilih duduk dibawah pohon rindang dengan memakan ice cream kesukaan mereka masing-masing. Mereka mengobrol ringan dan sesekali tertawa karena tingkah masing-masing, saat ini mereka tengah asyik seperti melupakan perselisihan mereka kemarin,

'bagaimanapun keadaannya, Bara tidak akan mengkhianatinya begitu pun sebaliknya' itulah apa yang dipercaya Bian, tak hanya itu menurut Bian seorang teman harus saling berbagi dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Bian sedikit merasa bersalah atas sikapnya kemarin, atas keegoisannya kemarin kepada Bara. Bian tidak ingin kehilangan orang yang berharga dalam hidupnya, dan Bian juga tidak ingin kehilangan teman-temannya, Bian berjanji kepada dirinya sendiri agar dirinya menjaga orang-orangnya, agar dirinya tidak melukai orang-orang disekitarnya.