webnovel

Mengejar Cintamu

“Mengapa kau menyetujui rencana pernikahan kita? Jika di hatimu hanya ada dia?” Hanya satu pertanyaan itu yang tidak bisa dijawab dengan cepat oleh Alekta Suryana. Dia hanya bisa terdiam dalam duduknya dan masih mengenakan gaun pengantin berwarna putih.

macan_nurul · Urban
Not enough ratings
331 Chs

25. Tidak Bisa Memilih Lagi

Alekta tidak tahu alasan apa yang membuat Casandra menyetujui pernikahan kakaknya dengan dirinya. Dia tahu jika sahabatnya itu sangat peduli dengan kebahagiaannya. Namun, tidak mesti melakukan semua ini bukan. Itulah yang ada dalam benak Alekta.

"Apa alasanmu yang sebenarnya?" tanya Alekta pada Casandra.

"Cukup mudah. Aku ingin kamu bahagia dan lepas dari pria yang hanya memperalat dirimu!" jawabnya dengan tegas.

Mendengar itu Alekta hanya bisa terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Baginya Caesar adalah pria pertama yang bisa membuatnya merasakan akan kehangatan Sorang pria padanya. Meski semua yang dilakukan olehnya membuat Alekta merasa kecewa.

Cinta pertama yang dirasakan pada Caesar hanya bisa bertahan seperti ini. Dia tidak bisa membayangkan akan terjadi hal yang membuatnya merasa ter khianati.

"Apa kamu tidak takut jika aku membuat kakakmu kecewa dan sedih? Karena aku tidak bisa memberikan apa-apa padanya. Karena hati dan rasa cintaku masih ada hanya untuk, Caesar." Ungkap Alekta pada Casandra.

"Aku percaya akan kekuatan Elvano, dia tidak akan pernah menyerah dengan semua itu. Dan aku pun percaya padamu, pasti bisa membahagiakan kakakku itu." Imbuh Casandra sembari menatap ke arah Alekta.

 Alekta sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya bisa menjalani semuanya. Namun, dia berharap agar kelak tidak akan terjadi masalah dalam kehidupan pernikahannya yang bisa membuat keduanya saling menyakiti.

Malam semakin larut, Casandra mengajak Alekta untuk kembali bergabung dengan yang lainnya. Lagi pula udara malam tidak terlalu baik untuk tubuhnya dan juga tubuh Alekta.

Alekta melihat Elvano masih mengobrol dengan kedua orang tuanya. Dia belum pernah melihat ekspresi pria itu yang terlihat hangat. Biasanya hanya ada ekspresi dingin jika bertemu dengannya.

Elvano menatap Alekta sekilas lalu kembali fokus dengan pembicaraan dengan ayahnya Alekta. Mereka berdua membicarakan tentang bisnis dan bisnis saja. Tidak ada hal lain yang menjadi topik pembicaraan mereka.

"Malam sudah larut, sebaiknya kami pulang dulu. Besok kita bisa bicarakan Mengani persiapan pernikahan putra dan putri kita," ucap ayahnya Casandra.

***

Acara makan malam yang dilakukan semalam sudah mencapai keputusan untuk hari pernikahan Alekta dan Elvano. Saat ini baik bagi mereka berdua sudah tidak bisa menolak lagi sebab semua keputusan sudah ditetapkan oleh kedua orang tua mereka.

Semua orang mulai melakukan persiapan untuk acara pernikahan. Ayah dan ibu pun mulai sibuk untuk mengurusi apa saja yang diperlukan. Mereka tidak ingin ada kekurangan dalam acara pernikahan putrinya itu.

Sedangkan Alekta duduk manis, dia tidak diperbolehkan untuk terlalu lelah. Dia diperlakukan bak seorang putri raja. Namun, itu membuatnya tidak nyaman karena dirinya tidak bisa dengan bebas pergi ke mana saja yang diinginkannya.

"Jangan melamun ... masa calon pengantin kita banyak melamun," ujar Casandra yang baru saja tiba.

"Kamu ... aku pikir kamu sudah melupakan aku," timpal Alekta.

"Mana mungkin aku melupakan sahabat sekaligus calon Kakak iparku ini," sambungnya sembari duduk di samping Alekta.

"Ada apa kamu kemari? Bukankah kamu pernah bilang beberapa hari ini sibuk dengan acara di keluargamu?" imbuh Alekta.

Casandra menggelengkan kepalanya, dia tidak habis pikir dengan Alekta. Mengapa bisa berkata seperti itu, padahal beberapa hari ini dia sibuk untuk mengurusi acara pernikahannya.

Namun, Casandra pun merasa sedih karena apa yang dilakukan oleh ayahnya Alekta berlebihan. Dengan melarangnya ke luar rumah, meski hanya untuk menghirup udara segar.

Dia tahu mengapa ayahnya Alekta melakukan semua ini. Itu semua dikarenakan pria itu masih berusaha untuk menemui Alekta.

Sang ayah tidak ingin Caesar menemui Alekta dan membuat putrinya kembali hilang akal. Lantas pergi meninggalkan rumah bersamanya dan entah ke mana dia akan membawanya pergi.

"Aku lelah ...," ucap Alekta sembari merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Beberapa saat kemudian terdengar suara keributan di luar rumah, Alekta pun beranjak. Dia ingin melihat apa yang sudah terjadi karena dia mengenal suara yang ada di luar sana.

"Mau ke mana kamu?" tanya Casandra.

"Aku mau melihat ada apa di luar sana," jawabnya sembari berjalan keluar.

Casandra pun beranjak lalu berjalan mengikuti Alekta, dia juga ingin tahu siapa yang sudah berani membuat keributan di rumah ini.

"Izinkan aku untuk bertemu dengan, Alekta!" pekik orang itu sembari berusaha melewati para penjaga rumah.

"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengizinkan dirimu untuk menemui putriku!" tukas ayah yang sudah kesal dengan pria itu.

"Tuan, aku mohon ... izinkan aku," Caesar memohon untuk bertemu dengan Alekta.

Namun, bagi sang ayah itu tidak akan pernah terjadi karena dia tidak akan pernah mengizinkan pria seperti Caesar kembali mendekati putrinya. Sudah cukup selama ini putrinya dibodohi oleh pria sepertinya.

"Ayah izinkan dia," ucap Alekta pada sang ayah.

"Tidak! Cepat bawa Alekta, masuk!" jawab ayah tegas sembari menyuruh dua anak buahnya untuk membawa masuk Alekta.

"Ayah ...,"

"Cepat masuk!" perintah ayah yang sudah tidak bisa diubah lagi.

Kedua pengawal itu pun langsung menarik Alekta untuk masuk. Mereka sebenarnya tidak menginginkan itu tetapi ini semua adalah perintah dari sang tuan.

Casandra hanya bisa melihat apa yang sedang terjadi, dia sungguh tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Caesar. Bukankah pria itu sudah memiliki banyak wanita, mengapa masih berusaha mengejar sahabatnya itu.

"Usir dia! Jika dia berani datang lagi patahkan saja kedua tangannya!" perintah ayah sembari pergi meninggalkan Caesar.

Para pengawal pun mengusir Caesar, mereka langsung menutup pagar dan menyuruhnya untuk pergi. Caesar hanya diam, dia memperhatikan rumah itu dengan saksama lalu berjalan pergi dengan kekecewaan karena tidak bisa bicara dengan Alekta.

"Ayah, mengapa Ayah tidak memberikan aku sedikit waktu untuk bicara dengannya?" tanya Alekta pada sang ayah.

Sang ayah hanya diam, dia tidak ingin banyak bicara lagi. Rasa kesal masih ada dalam hatinya karena kedatangan Caesar ke rumah. Padahal sang ayah sudah memberikan kesempatan pada Caesar untuk bertemu dengan Alekta. Namun, Caesar sendiri yang menghancurkan kesempatan itu.

"Ayah, kenapa?" Alekta kembali bertanya pada sang ayah.

"Karena sudah habis waktumu dan dia untuk bicara," jawab ayah sembari duduk di atas sofa.

"Aku tahu itu Ayah tetapi mengapa tidak memberikan sedikit saja?" imbuh Alekta sembari bersimpuh di kedua kaki sang ayah.

Sang ayah menatap wajah putrinya itu, dia begitu menyayangi Alekta. Dia bisa mengorbankan apa saja untuknya. Namun, dirinya tidak akan pernah mengizinkan putrinya untuk bertemu kembali dengan Caesar.

"Ayah, andaikan aku bisa memilih ...,"

"Kamu sudah tidak bisa memilih lagi," sela ayah sebelum Alekta melanjutkan kalimatnya.

Setelah mengatakan itu sang ayah pun beranjak lalu pergi meninggalkan Alekta. Dia sudah cukup melihat putrinya memohon hanya demi pria itu.