20 20

Matahari sudah mulai meninggalkan peraduan, menyisakan langit yang sudah mulai gelap. Namun langit tak pernah sendiri. Karna ketika matahari sudah beranjak, bulan dengan sigap menggantikan tugasnya.

Arka kini tengah duduk di teras rumah Arsha sambil memperhatikan ke daraan yang lewat, ditemani secangkir teh hasil racikan sang calon istri.

Ya, kini Arka sudah resmi melamar Arsha untuk menjadi calon istrinya kelak. Harapan yang selalu ia semogakan ketika tangan kekarnya terangkat untuk meminta apa yang dia inginkan kepada sang pencipta  telah terkabul.

Membuat hati yang telah lama kosong dan hampir besarang, kini mulai bersemi. Hatinya telah mengikat satu nama disana. Meskipun rasa cinta itu belum datang, namun rasa sayang yang ia miliki terlalu besar membuat ia bingung apakah sebenarnya cinta telah menguasai hatinya atau belum.

"Mas, jangan senyum terus," teguran dari seseorang yang sangat ia kenali membuatnya menoleh.

Senyumnya kian lebar, dan rasa-rasanya sebentar lagi bibirnya akan kering menyambut Arsha yang baru pulang dari rumah Tante putri bersama nek Uma.

"Loh, kok pulangnya nggak nelpon sih. Kan bisa mas jemput," ujarnya tanpa membalas ucapan Arsha.

Ia mencium punggung tangan nek Uma, lalu beralih untuk menatap Arsha, menunggu jawaban.

"Takut ngerepotin, jadi naik taksi aja."

"Mas kan udah bilang buat nelpon kalau mau pulang," balas Arka.

"Tapikan udan nyampe juga mas," jawab Arsha tak mau kalah.

Nek Uma yang sudah lelah pun memilih untuk melerai keduanya, dan mengajak mereka untuk masuk kedalam karna hari sudah semakin larut.

Semenjak Arsha menjadi calon istrinya, Arka berubah lebih posessive, dan cerewet, membuat Arsha pusing harus bagai mana menyikapi sifat Arka tersebut.

Nek Uma langsung masuk kekamar, untuk membersihkan diri. Menyisakan Arka dan Arsha diruang tamu.

"Kamu udah makan mas?"

"Udah tadi," jawab Arka sekenanya.

"Yaudah, kalau gitu aku kedalam dulu ya. Mau mandi, gerah banget soalnya."

"Iya, jangan lama-lama, nanti masuk angin," pesan Arka.

Arsha hanya mengangguk, lalu bangkit menuju kamar. Tiba dikamar bukannya mandi, Arsha merebahkan badannya dulu. Ia merasa badannya sangat lelah. Mata yang semakin berat membuat Arsha memejamkan ya sejenak. Sejenak yang ia pikir ternyata membuainya sampai kealam mimpi.

******

Arsha terbangun saat telinganya menangkap suara ayam yang sedang berkokok. Dengan malas ia membuka pelan matanya. Mengubah posisi tidur Arsha kembali memejamkan mata kembali.

Sampai terdengar olehnya suara azan yang berkumandang, barulah ia benar-benar membuka matanya. Ia mengeliat guna merenggangkan tubuhnya, lalu menarik napas secara kasar dan menghembuskan ya.

Arsha bangkit dari tempat tidurmya, ia menoleh kearah dinding. Disana dapat ia lihat jam yang sudah menunjukkan pukul 5:12, berarti sudah waktunya subuh.

Saat ia bangkit dari duduknya, seakan tersadar. Ia dengan cepat masuk kekamar mandi.

Astaga!

Dia lupa mandi semalam, dengan cepat ia membersikan diri. Setelah itu ia langsung melaksanakan sholat. Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Arsha keluar dari kamar.

Saat melewati ruang tamu, ia mendengar suara Arka yang sedang mengaji. Dengan ragu ia melangkah ke asal suara, mengintip sedikit. Dapat Arsha dengar betapa merdunya suara ngaji Arka.

Tak ingin mengganggu Arka, Arsha dengan cepat membalikkan badannya. Namun belum sempat langkahnya terayun, suara Arka sudah lebih dulu menginterupsi.

"Jangan cuma ngintip Sha, ayo  sini ngaji sama aku," ajaknya lembut.

Arsha langsung menoleh, sambil salah tingkah.

"Eh, em. Iya aku_ aku ambil Al-Qur'an, dulu dikamar."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut. Arsha dengan cepat berlalu dari sana menuju kamarnya. Didalam kamar, Arsha langsung mengambil Al-Qur'an yang ia simpan didalam lemari.

Dengan menggunakan mukena, ia keluar dari kamar sambil membawa Al-Qur'an didalam pelukannya. Arka yang menyadari kehadiran Arsha, langsung tersenyum menyambutnya.

"Kamu ngajinya tiba mana?"

"Aku udah khatam mas, sekarang ngulang lagi dari awal," ucap Arsha pelan.

"Masya Allah, yaudah kita ngaji bareng-bareng ya."

Arsha hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya mereka ngaji berdua dengan suara yang sangat merdu hingga membuat siapa saja yang  mendengar merinding dibuatnya.

******

Hari ini adalah jadwal kepulangan mereka ke Jakarta. Karena waktu libur yang Arka miliki sebenarnya sudah habis dari dua hari yang lalu.

Tapi karena Arsha masih rindu dengan keluarga, terutama sang adik membuatnya harus rela menunda kepulangan mereka.

Saat ini mereka tengah berdiri di depan pintu masuk bandara, pemberitahuan dari pengeras suara bahwa mereka akan terbang  sebentar lagi, membuat mereka langsung pamit kepada keluarga Arsha.

"Jaga diri kamu ya dek, nanti kalau kamu mau ke Jakarta bilang kakak, biar kakak bisa jemput kamu. Sekolah yang rajin, dan ingat jangan kebanyakan main," nasihat Arsha sambil memeluk erat sang adik.

Sita hanya dapat mengangguk, genangan air mata yang sedari tadi ia tahan membuatnya enggan bersuara.

Arka hanya diam sambil mengamati ekspresi sendu yang sangat kentara Arsha perlihatkan. Ia mengerti bahwa Arsha sebenarnya belum ingin untuk kembali, namun karna pekerjaannya yang sudah memanggil membuatnya mau tak mau harus kembali.

Setelah Arsha berpamitan, kini giliran Arka. Ia mendapat banyak nasihat dari nek Uma. Setelah berpamitan dan memastikan Sita dan nek Uma sudah pulang dengan taksi pesanannya, mereka masuk kedalam bandara untuk cek-in.

*******

Selama diatas pesawat, tak sedikitpun Arka melepaskan tangannya dari lengan Arsha, membuat Arsha sulit untuk bergerak.

Bukan apa, di pesawat yang mereka naikin ini, banyak sekali pria-pria yang sedari tadi memperhatikan Arsha. Membuatnya enggan untuk melepaskan sang gadis.

"Mas aku mau kekamar mandi dulu," izin Arsha, membuat Arka melepaskan pegangannya ditangan Arsha.

Setelah anggukan ia dapat dari Arka, ia berlalu dari sana menuju toilet. Saat ia ingin membuka pintu toilet, pintu tersebut sudah lebih dulu dibuka dari dalam menampakkan seseorang yang membuat Arsha mematung ditempatnya.

Dengan lidah kelu dan terbata-bata Arsha memanggil orang tersebut.

"M_mama."

*********

Ok, makin absurd. Makin gaje. Makin nggak tau alurnya gimana. Makin- makin yang lain lah.

Aku bingung sebenarnya masih ada nggak sih yang baca ni cerita.

Kayak nggak ada jejaknya sama sekali gitu loh.

Wkwkwk apa yang mau diharapi. Dari cerita asal jadi kayak gini sih😂😂😂.

Batam, 8 Desember 2019.

 

avataravatar
Next chapter