Nenek Jiang menatap adik iparnya dengan wajah tak suka lalu bangkit dari tempat duduknya. Ada sebuah jurang yang begitu dalam yang memisahkan hubungan mereka berdua. Terlebih ... sejak kematian adik laki-lakinya, wanita itu selalu saja berulah.
"Meeting selesai! Lakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai toko itu!" perintah Nenek Jiang pada seluruh orang berada di ruangan itu.
Wanita tua itu lalu keluar dari sana untuk menemui Aaron Liu yang kebetulan masih menunggu di luar ruangan. Nenek Jiang tak mungkin tega meninggalkan dirinya terlalu lama.
"Ikut denganku, Aaron!" ajak Nenek Jiang pada seorang pria yang masih muda dan terlihat cukup tampan.
"Kita mau ke mana, Nek?" Aaron Liu sangat penasaran ke mana mereka akan pergi.
"Makan! Apakah kamu sama sekali tak lapar?" Begitulah jawaban ketus dari Nenek Jiang. Bukan karena kesal pada pria itu. Dia hanya masih kesal bertemu dengan adik iparnya yang selalu saja mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.
Tak ingin membuat wanita tua itu marah, Aaron Liu hanya bisa mengikuti ke mana langkah dari pemilik gedung beberapa lantai itu. Pria itu bisa menebak jika suasana hati Nenek Jiang tak terlalu baik. Temperamen wanita itu berubah drastis sejak keluar dari ruang meeting.
Sepertinya ucapan dari Nenek Jiang, mereka pun pergi ke kantin perusahaan yang lebih mirip dengan sebuah restoran. Segalanya didesain sebaik mungkin agar membuat mereka nyaman selama bekerja di sana.
Selain gedung perkantoran itu, ada sebuah lokasi yang menjadi tempat produksi. Terletak tak jauh dari gedung utama. JL Fashion merupakan perusahaan terbesar dan juga sangat berkelas dalam dunia mode dan fashion. Perusahaan itu memiliki pemilik tunggal yang tak lain adalah Nenek Jiang.
"Duduklah dulu! Aku akan memesan makanan untukmu." Begitulah ucapan tegas dari Nenek Jiang pada Aaron Liu. Tak peduli dia adalah pemilik perusahaan, wanita tua itu sedang berusaha sebaik mungkin untuk memperlakukan seseorang yang terus terluka karena dirinya.
Tak berapa lama, Nenek Jiang kembali duduk di sebelah Aaron Liu. Wanita itu tampak sedikit sibuk dengan ponselnya. Seolah ada sesuatu yang membuatnya tak tenang.
"Bukankah meeting belum selesai, Nek?" tanya pria muda itu sangat penasaran.
"Untuk mereka semua memang belum selesai. Tapi aku sudah tak ada urusan di sana. Masih ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan sebelum cucuku kembali," jelas Nenek Jiang dengan cukup cemas.
"Apakah cucu Nenek akan segera kembali? Aku akan pergi setelah cucu Nenek sudah berada di sini." Aaron Liu berpikir jika sudah tak ada lagi yang dilakukannya setelah keluarga Nenek Jiang kembali dari luar negeri.
Pria itu juga tak ingin jika cucu dari Nenek Jiang sampai berpikir jika dirinya sedang mengambil keuntungan dari wanita tua itu. Ada banyak pertimbangan di dalam hati yang membuat Aaron Liu tak ingin tetap berada di dekatnya.
Segalanya tak ingin menjadi rumit dan justru akan membawa masalah baru bagi wanita tua di sebelahnya itu. Tak sedikit pun Aaron Liu berpikir untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Siapa yang memintamu pergi? Kamu akan tetap menjadi asisten dan juga seorang bodyguard. Tak perlu mengkhawatirkan apapun mengenai cucuku. Dia pasti akan sangat patuh pada neneknya ini," jelas Nenek Jiang atas pemikiran Aaron Liu untuk pergi setelah cucunya kembali. Hal itu tak akan pernah terjadi selama wanita tua itu masih hidup.
"Tapi, Nek ... aku benar-benar tak bisa terus menjadi parasit bagi Nenek." Aaron Liu berusaha untuk memberikan sedikit pengertian atas alasan kepergiannya.
"Kamu bekerja untukku, Aaron! Bukan menjadi parasit seperti pemikiran mu itu. Cepat habiskan makanannya, setelah ini aku akan membawamu ke suatu tempat," ujar Nenek Jiang dengan wajah sangat serius.
Aaron Liu sama sekali tak berani untuk melawan ataupun menolak Nenek Jiang. Dia harus mengikuti keinginan dari sosok wanita tua yang sudah menjadi malaikat pelindung baginya.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua telah selesai sarapan. Nenek Jiang bergegas pergi bersama dengan pria muda yang sekarang sudah sangat dipercayainya. Tak ada seorang pun yang lebih dipercayainya selain dari Aaron Liu sendiri.
Dalam perjalanan, tak ada pembicaraan yang cukup berarti bagi mereka berdua. Hingga tak berapa lama, mereka berhenti di sebuah gedung beberapa lantai yang kebetulan dipakai sebagai tempat produksi dari JL Fashion. Di sanalah segala produk dibuat sesuai dengan desain yang dikirimkan dari beberapa desainer di perusahaan.
"Orang-orang menyebutnya ini pabrik, tapi aku mengatakan ini adalah rumah produksi. Di sinilah semua orang bekerja keras untuk menciptakan sebuah busana terbaik," jelas Nenek Jiang pada pria di sebelahnya.
"Tapi bangunan ini sama sekali tak terlihat seperti pabrik garmen. Bagaimana orang bisa menilai ini sebuah pabrik?" Aaron Liu masih belum memahami JL Fashion yang sebenarnya. Dia berpikir jika merk itu adalah merk dagang komersial sebuah brand tertentu.
"Setiap produk yang kami keluarkan, selalu berjumlah sangat terbatas. Kami tak pernah mengeluarkan banyak produk sesuai permintaan pasar," ucap Nenek Jiang yang justru semakin membingungkan bagi Aaron Liu.
Pria itu sedang berpikir untuk mengartikan setiap kata yang diucapkan Nenek Jiang. Selama ini, Aaron Liu tak benar-benar belajar mengenai bisnis. Dia hanya menghabisi harta dari keluarganya saja.
Dan kini ... ia sangat menyesal karena tak pernah belajar bisnis saat keluarganya masih memiliki banyak perusahaan.