webnovel

Sesuatu yang Tidak Beres.

Bila sampai di rumahnya bersama Edwin, pukul 17.30mereka sampai, setelah Edwin memarkirkan motornya mereka turun dan menuju rumah.

Setelah mereka memberi salam ibu keluar, dan tampak terkejut melihat Edwin

" Nak Edwin...kok bisa sama Bila?"

" Iya buk, saya tadi ketemu Bila pas Bila jalan-jalan" Jawab Edwin sambil mencium tangan ibu.

Bila masuk kedalam sementara Edwin duduk didepan ditemani ibu, Suara adzan Magrib berkumandang ibu mengajak Edwin untuk shalat.

Ewin selesai mengerjakan sholat dikamar Zahra yang saat itu tidak dirumah, ia dan ayah sedang pergi ke rumah nenek dan akan pulang besok pagi.

Edwin merapikan kembali sajadah, sarung dan peci hitam dan meletakkannya diatas kasur, kemudian keluar dari kamar Zahra.

Sehabis menutup pintu dan menoleh, Edwin melihat Bila yang saat itu mengenakan piyama putih bermotif tedy bear, dengan rambut yang terurai panjang, mata bulatnya begitu indah ketika mata mereka saling beradu, ditambah dengan senyum manis dibibir tipisnya.

" Kak...sudah selesai?" Bila bertanya.

" Sudah, kamu cantik banget sih Bil" Edwin menggoda.

" Mulai deh, kakak mo duduk dimana, aku buatin teh anget" sambil berlalu menuju kamarnya.

" Bila mau kemana?"

" Ke kamar ambil jilbap, terus mau buatin kakak teh anget."

" Bila....kali ini aja, bisa ga kamu ga pake jilbap" Dengan manja Edwin meminta.

Bila bingung harus bagaimana, memang biasanya ia tidak memakai jilbap ketika di rumah, tapu saat ada teman berkunjung ia selalu mengenak penutup kepala itu.

" Bila pliss 🙏🙏🙏"

Bila menggangguk menywtujui permintaan Edwin, lalu pergi menuju dapur.

Ibu sedang menyiapkan makan malam, ketika Bila masuk dan membuat dua cangkir teh, setelah selesai ia menuju ruang tamu dan duduk menemani Edwin.

" Kakak belum pulang ke rumah kakak?" Bilaemulai percakapan.

" Belum, kan aku langsung nemuin kamu pas sampai dikota"

"Oh iya....kakak ga capek, blm pingin pulang?"

"Kamu ngusir aku?"

Bila menggelengkan kepala sambil tersenyum canggung, lalu memberikan cangkir pada Edwin, setelah meminum teh tersebut muka Edwin berubah.

" Bil...kamu lupa ngasih gula ya?"

Bila merasa heran, seingatnya ia telah menambahkan gula, tapi cangkir minumannya memang tidak diberi gula," jangan-jangan ketuker" ucapnya lirih.

" Coba nih!" edwin menyuruh Bila sambil menyodorkan cangkir tepat didepan mulut Bila.

Bila mencecap teh tersebut, tapi rasanya manis " manis kok kak, coba diminum lagi"

Edwin mengannguk dan segera menenggak tehnya " Manis.....banget"

" Ih kakak bohongin aku" Gerutu Bila.

" Ga kok....teh ini terasa manis bukan karena gula, tapi karena aku minum pas dimana bekas bibir kamu, yang manis tuh bibir kamu sayang".

Mendengar gombalan Edwin yang ke sekian kali membuat Bila kesal namun juga tersipu.

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, Edwin semakin mendekat ke arah Bila, dan saat itu pula Bila menggeser posisi duduknya.

" Tolong tetap dipisisi itu, karena semakin kamu nolak, bagiku itu semakin menggoda" Edwin berkata tanpa malu.

Akhirnya Bila hanya diam, dan ketika Edwin duduk tepat disampingnya satu tangan Edwin meraih tangan Bila, sedang tangannya yang lain mengelus rambut hitam Bila dengan lembut.

Sebenarnya Bila ingin menolak perlakuan Edwin namun entah rasa apa yang ia alami saat ini, hatinya begitu bahagia dan nyaman saat tangan Edwin mengelus rambut dan tangannya, seakan ada arus listrik yang mengenai tubuhnya, jantungnya berdetak lebih cepat, dan tanpa sadar napasnya menjadi tak beraturan, antara senang dan takut.

Rupanya Edwin tahu benar apa yang Bila rasakan, ia paham bahwa sebelumnya tak ada satupun laki-laki yang menyentuh Bila, ia segera menenangkan Bila dengan candaannya yang menggoda.

" Baru juga di pegang tangannya udah kayak gitu, gimana kalau yang lain?"

" ...." Bila memejamkan matanya, ia terlalu malu untuk melihat wajah Edwin.

" Bil kamu tuh polos banget sih....terus jadi Bila yang seperti ini ya, sampai kelak saat kamu sah jadi istriku".

Mata Bila terbelalak mendengar ucapan Edwin, " Kakak apaan sih" wajah bila memerah, membuat Edwin semakin gemas.

" Bila....kamu tetap disisihku ya, jangan tinggalin aku, jadilah pengingatku saat aku berjalan dijalan yang salah, atau ketika akh lupa" edwin berkata sambil menggenggam tangan Bila erat dengan ke dua tangannya.

Bila mengingat kembali dari pagi ketika tiba-tiba Edwin menelfonnya dan mengucapkan kata itu, lalu ketika mereka bertemu, dan saat ini Edwin kembali melakukan hal yang sama.

Bila merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres, namun apakah itu ia tak mengerti " kak aku janji, akan tetap ada disamping kakak, dan jika Allah menghendaki aku...." Bila tidak berani melanjutkan kalimatnya ia terlalu malu.

" Kok ga diterusin " ledek Edwin " ga usah malu, apa kalau perlu aku lamar kamu sekarang, dan kita nikah pas kamu udah lulus"

"Kakak....., " Bila mengeluh panjang " Jangan menggodaku terus, aku pergi nih" ancam Bila.

" Ush....jangan dong, Bila sayang tetap disini ya temani aku....., pokoknya hari ini aku mau puasin mandang wajah kamu, biar nanti pas aku balik ke Semarang yang ada dijiwa dan pikiranku cuma kamu"

" Makannya jangan genit-genit mulu to"

"Iya.....asal kamu janji kalau kamu ga akan ninggalin aku"

"Aku janji, tapi kakak juga harus janji".

"Apa sayang"

"Kakak janji ga boleh menduakan aku, dan harus jujur sama aku apapun itu"

Edwin terdiam mendengar pernyataan Bila, bagaikan mendapat tamparan, " Bila apa kamu tahu apa yang aku rasa?" ia bergumam dalam hati.

" Kamu ga lagi cemburu kan Bil, ga lagi memikirkan kalau aku punya cewek lain"

"Aku ga bilang kayak gitu, itu pikiran kakak lho ya, buat aku kakak boleh kok berteman sama siapa saja, asal jangan hati kakak yang diberikan, dan satu lagi jujur" Bila menekankan kata Jujur membuat Edwin semakin tersindir.

" Iya sayang....ternyata calon istriku posesif juga ya".

"Tuh kan, gidain lagi males ah"

"Ya maaf....."

Mereka saling berpegangan tangn,Edwin mengelus jemari halus Salsabila, dab mencium lembut tangannya mbuat wajah Bila merah dan menunduk.

Edwin menatap Bila dengan lembut, menyisir setiap centi wajahnya mata bulat, dengan bulunya yang lentik, hidung mancungnya dan bibir ibdah yang ranum, membuat sisinya sebagai laki-laki bergelora.

Ada sebuah rasa yang mendorong dan ingin segera di selesaikan, tatapan lembut penuh cintanya tiba-tiba dubumbui dengan tatapan penuh nafsu, ia semakin mendekati Bila dan segera hendak mencium bibir Bila.

Beruntung Bila masih bisa menolaknya " Kak jangan"

" Bila....kita sudah pacaran satu tahun lho, masak sekali aja aku nyium kamu, kamu ga ijinkan".

" Maaf...."

Ketika Bila menunduk Edwin kembali ingin mencoba untuk menciumnya sekali lagi, namun keinginannya buyar ketika ibu memanggilnya dari dalam.

" Bila....nak Edwin makan dulu"

" Ya buk...kak makan dulu" Bila segera melepaskan genggaman Edwin dan langsung menuju meja makan.

" Sial....." Edwin mengepalkan tangan dan memukul pahanya.

Jika saja ibu tidak tiba-tiba memanggil mereka, mungkin hasrat dalam hatinya sedikit terobati, mungkin ia telah bisa merasakan manisnya bibir Salsabila.

Dengan lemas Edwin menuju ruang makan, dan ikut makan bersama Bila dan ibunya.

Selesai makan Edwin berpamitan, Bila mengantar sampai depan, sebelum menaiki motornya Edwin masih sempat menggoda Bila.

" Sayang....itu disana ada apa tuh di deket pohon jambu" ia menunjuk pohon jambu disebelah kanan Bila.

Setelah Bila menoleh dengan tiba-tiba ia mencium pipi gadis itu dan segera menaiki motornya " Makasih sayang....., kamu sudah mau aku cium".

" Kakak.....jahil amat sih" Bila marah antara bahagia malu dan kesal, ia segera memukul lengan Edwin dan berlari karena tak mampu menahan malu.

so sweet....tetap seperti itu ya, jangan ada orang ke tiga diantara kalian.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter