webnovel

Persaingan

Ditengah lapangan basket tampak sekumpulan cowok sedang berlatih untuk menghadapi open turnamen di kota W, Khafiz terlihat begitu bersemangat dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya.

Disisi lain seniornya sedang mengamati gerakan Khafiz yang memang lihai.

Banyak gadis yang melihat sesi itu, mereka berteriak untuk menyemangati team kesayangannya, team cheers leader pun tak kalah semangatnya dipimpin seorang gadis cantik, bertubuh tinggi dengan suara lantang dan gerakan gesitnya, sehingga banyak cowok yang menyukai Felisha, namun ia telah menambatkan hatinya pada Khafiz pria yang terlihat seperti aktor korea itu.

" Go Khafiz...go Khafiz go" teriakan Feli menggema, banyak gadis memandangnya dengan tatapan kesal bahkan banyak dari mereka yang menganggap Feli terlalu sok cantik, sementara banyak anak cowok yang menaruh cemburu pada keberuntungan Khafiz.

Selesai latihan Feli hendak mendekati Khafiz namun langkahnya terhenti ketika ada dua orang cowok tengah saling menatap dengan tegang, yah..... Edwin sedang memperdebatkan sesuatu dengan Khafiz tatapan dua cowok itu seolah-olah tak ada celah untuk sebuah perdamaian, melihat suasana menegangkan itu hati Felisha diliputi rasa penasaran dia berencana untuk menguping, namun suara dari dua cowok itu tidak bisa terdengar jelas, dari percakapan yang ia tahu mereka sedang menginginkan gadis yang sama namun ia tidak tahu siapa gadis yang di maksut.

" Gua cuma ngingetin lo Fiz, gua ga akan nyerah buat dapetin dia" suara Edwin penuh penekanan.

" Lo pikir gua lawan yang mudah ya kak?" tantang Khafiz.

" Ok....kita buktikan, kita akan mendapatkan dia dengan sportif, gua ga suka ada yang berbuat curang".

" Ok gua juga bukan orang picik yang mau menghalalkan cara kok kak, slow aja" Khafiz meremehkan peringatan Edwin" jadi kita deal, mulai saat ini kita akan merebut hatinya dengan cara kita tanpa melakukan kecurangan" Khafiz mengajak Edwin bersalaman, kemudian mereka meninggal kanlapangan setelah saling menatap dengan pandangan tajam dan mengancam.

Ditengah langkah dengan hati berkobar tiba-tiba tangan Khafiz digandeng oleh tangan halus dan dengan manja melingkarkan tangan indahnya.

" Fiz, kamu ada acara ga sore ini, kita jalan-jalan yuk" pinta Feli dengan suara manjanya.

" Sory....gua ada acara lain" Khafiz menjawab dengan dingin

" Fiz aku lihat tadi kamu sama kak Edwin, emang siapa cewek yang kamu rebutin sama dia, segitu istimewanya ya tuh cewek, dia lebih cantik dari aku?" Feli mencerca Khafiz.

Seketika wajah dingin Khafiz berubah kian muram" lo ga perlu tahu siapa dia, dan ingat lo ga ada hak buat ganggu hidup gua," balas Khafiz sembari melepaskan tangannya kemudian berlalu meninggalkan Felisha, hati Felisa sangat sakit belum pernah ada cowok memperlakukannya demikian selama ini ia lah yang selalu menolak cowok, tapi kali ini ia benar-benar tersinggung dan bertekat untuk menakhlukan Khafiz.

Felisha melihat Edwin berboncengan dengan seorang gadis yang tak kalah cantik darinya dengan rambut panjang sebahu yang dikuncir, dipoles dengan make up tipis, ia terlihat begitu manis ditambah dengan jaket jeans yang melekat pas membentuk tubuhnya yang sexi, ia berfikir mungkinkah itu gadis yang mereka rebutkan ia merasa sedikit kesal karena ia tahu bahwa saingannya adalah Caca kakak kelas yang juga banyak disukai cowok, tapi ada juga rasa lega karena Caca dan Edwin terlihat begitu akrap ia yakin bahwa Khafiz tidak mungkin punya kesempatan menyingkirkan Edwin dark Caca, ia tersenyum pua " Fiz ternyata cinta kamu ga bakal jadi kenyataan" katanyanya dalam hati.

Hari-hari berikutnya dijalani Salsabila dengan baik sampai ia merasa aneh dengan Khafiz yang sedikit protektif, kemanapun pergi pasti Khafiz selalu mengekor walaupun ia sudah mengatakan ia tidak menyukai hal tersrbut, bahkan sering mengacuhkan kehadiran Khafiz, disisi lain ia juga semakin sebal dengan tingkah Edwin yang sok deket hanya karena ia mulai akrap dengan ibu dan adiknya, Edwin sering bermain ke rumahnya hanya sekedar menemui Zahra atau membelika sesuatu untuk ibunya dengan dalih ia tak lagi memiliki seorang ibu, bu Hamidah menerima cowok itu dengan dua tangan bahkan begitu memanjakannya dengan sering memasakan makanan kesukaan Edwin yang harus Bila bawa dan diserahkan saat jam sekolah, dalam hati Salsabila begitu bebah dengan prilaku ibunya namun ia tak kuasa menolak jika ibu meminta bantuannya.

Hanya ayah yang berada difihaknya jika Edwin sedang berkunjung ke rumahnya, ayah sudah mempercayai Salsabila bahwa ia tak punya hubungan khusus dengan Edwin, walaupun begitu kehadiran Edwin juga membuat ayah kurang nyaman karena sebagai seorang laki-laki ayah tahu benar maksud Edwin mendekati keluarganya.

Malam minggu Edwin datang ke rumah Salsabila membawa beberapa kotak jajanan dan boneka barbie untuk Zahra, setelah mengetuk pintu dan mengucapkan ia masuk dan menyalami ayah ibu Salsabila, ia duduk ditemani ayah dan Zahra disebelahnya yang sedang memainkan boneka barbie baru pemberian Edwin.

" Nak memangnya tidak apa-apa kamu sering membelikan Zahra hadiah, bapak kok kurang sreg ya" ayah membuka percakapan.

Edwin tersenyum sambil menggelengkan kepala lalu menjawab " ga papa kok pak, lagian keluarga Zahra sudah Edwin anggap seperti keluarga Edwin, apa lagi ibu" Edwin mengeluarkan senjata andalan.

" Nak.....bapak pernah muda seperti kamu, walaupun kamu tidak mengatakan tapi bapak rasa maksut utama kamu bukan itu"

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut ayah Salsabila Edwin terkejut dan tidak mampu lagi untuk berkata " gila....ternyata ayah Bila tahu tujuan gue" gumamnya dalam hati" ia dibuat kikuk dengan sikap tenang ayah dan dan kalimat yang tak berbasa basi. " karena bapak sudah tahu, sekalian saja pak memang jujur saya suka sama Salsabila, tapi ya itu pak dia ga peka" Edwin menjawab dengan tenang.

" Bila itu bukannya ndak peka, dia hanya ingin memenuhi janji pada bapak, bapak yakin sebenarnya Bila juga punya perasaan walaupun entah pada siapa, tapi dia sudah terlanjur janji sama bapak sebelum usianya 17 tahun dia ga akan punya pacar" ayah menerangkan dengan ekspresi bangga pada putrinya.

Edwin tersenyum mendengar jawaban ayah, dalam hatinya tumbuh secerca harapan bahwa suatu saat ia pasti bisa jadi meraih Bila, apa lagi ia berada satu tahap didepan Khafiz " pak....apa saya boleh pak jika nanti saatnya tlah tiba saya mencoba untuk mendekati Bila?" dengan penuh keberanian Edwin mengeluarkan isi hatinya.

Ayah hanya tersenyum simpul " semua tergantung Bila"

Ditengah percakapan ayah dan Edwin tiba-tiba Bila masuk, melihat ayah begitu akrap dengan Edwin muncul perasaan sebal, ia menyalami ayah dan berlalu masuk tanpa menghiraukan Edwin, Bila memang gadis dengan pendirian kokoh dengan semua yang sudah Edwin lakukan belum cukup membuat Salsabila luluh walaupun hanya sekedar bersikap manis pada Edwin.

Suasana hangat terasa diruang makan saat keluarga Bila dan Edwin menikmati makan malah, malam ini ibu memasak sup kacang merah, ayam goreng, sambal dan krupuk, Edwin makan dengan lahapnya sedang Bila merasa bahwa cowok itu tidak punya rasa malu selalu hadir dirumahnya menjadi penyebap moodnya buruk, saat bila akan mengambil sayur tangannya memegang tangan Edwin yang juga akan menambah sayur, Edwin mebatap Bila dengan tatapan genit membuat Bila kesal dan mengurungkan niatnya dan segera menyelesaikan makannya kemudian terlebih dahulu meninggalkan meja makan.

" buk yah bila ijin ya mau nginep ditempatnya Rina sama Monika boleh kan?"

" Boleh" jawab ibu menjadi kebiasaan tiga sahabat itu sesekali mereka akan menginap disalah satu rumah temannya apa lagi malam ini Khairina hanya sendirian karena ditinggal orang tuanya pergi ke luar kota "kamu ke rumah Rina sama siapa, rumahnya agak jauh lho" tanya ibu.

" Biar Edwin yang anter buk, sekalian pulang"

Salsabila melotot mendengar tawaran Edwin ia begitu kesal " ga usah kak, Bila sendiri kok,"

" iyo nduk....ini udah malam, ndak baik anak gadis malam-malam jalan sendirian". nasehat ibu" terimakasih nak Edwin" sambil tersenyum pada Edwin.

Edwin dan Salsabila keluar dari rumah dan segera menaiki motor Edwin, ditengah jalan Edwin sengaja melewati jalan berlubang, yang membuat Salsabila harus memegang pinggang Edwin untuk supaya tidak jatuh.

" gitu dong, ternyata dipekuk cewek galak asik juga ya" kedek Edwin dengan jahilnya.

Salsabila segera melepaskan peganggannya tepat sampai didrpan rumah Khairina ia segera turun, setelah mengucapkan terimakasih tanpa memandang Edwin ia bergegas masuk rumah Khairina dengan menyembunyikan rasa malu, Edwin yang melihat tingkah Bila tersrnyum puas dengan hati berdebar.

Next chapter