webnovel

Rasa yang Bergejolak

Salsabila masuk ke rumah Khairina disambut dua sahabatnya yang sedang asik menonton film di youtube, ia masih teringat kata-kata Edwin yang menggoda membuat hatinya bergejolak, ada rasa muak namun tanpa sadar ia justru tersenyum mengingat semua itu.

" kamu kenapa Bil?" tanya Monika yang menyadari hampir 10menit kedatangan Bila ia hanya diam sambil sesekali tersenyum " kesambet di bawah pohon beringin ya?" ejek Monika.

"kayaknya ada sesuatu yang sedang tumbuh nih Mon...secara ada dua cowok yang selalu nempelin Bila kayak lalat menclok di oo*" sahut Khairina.

" Sialan...." gerutu Bila.

" Bil emang kamu ga ada something-something gitu sama oppa Khafiz atau kak Edwin yang macho itu.

" Apaan sih...." jawab Salsabila seraya mengambil bantal dan memukulkannya pada dua sahabatnya " emang kalian tau apa, emang ada gosip apa di sekolah tentang aku?".

" Hi...KEPOOOO...." ledek Monik dan Rina bersamaan dan mereka bertiga saling melayangkan pukulan bantal dengan bersemangat.

" Bil diantara kita ber-3 cuma kamu lho yang belum punya cowok emang kamu ga pengen gitu dipanggil sayang, ada yang perhatiin" ledek Rina.

" Ih Rina.....ga usah sok ga tahu deh, seorang Khorunnisa Salsabila gitu loh, ga perlu punya pacar ada udah ada dua cowok keren yang siaga" celetuk Monika " kalau waktunya udah pas nih ya....Bila tinggal pilih mau oppa korea atau kak Edwin yang kayak Gesi Gill (salah seorang penyanyi Punjabi).

"Apaan sih....., ga duanya aku tuh nanti kalau punya cowok mau yang kaya Ustadz Zaki Mirza aja atau Andre Stinkiy deh yang suaranya bagus banget.

" Mubgkinkah...kamu bisa memilih antara Khafiz dan Edwin" monika mengejek diikuti tawa dua gadis lainnya

Malam berlalu penuh canda tawa, yang tersisip rasa menggebu dalam dada Salsabila.

Salsabila berjalan cepat menuju ruang kantor membawa setumpuk tugas teman-teman satu kelasnya yang akan diserahkan pada bu Murti guru Matematikanya, tiba-tiba ia menabrak seseorang dan bruk buku-buku itu jatuh betantakan sementara tubuhnya ditahan seseorang karena ia hampir terjatuh, suasana saat itu begitu romantis seperti adegan dalam drama Korea atau kisah kisah raja Akbar dan Ratu Jodha 😋😋😋 Salsabila hanya diam menatap wajah tampan Edwin yang mendekap tubuhnya, ada rasa aneh yang tiba-tiba muncul debaran dada yang kian menderu, sensasi kupu-kupu terbang dalam perut, sekian detik kemudian kesadaran Salsabila kembali dan dia berusaha menepis tangan Edwin lalu memunguti buku-buku yang berserakan dibantu Edwin.

" Kamu jadi cewek strong amat, buku sebanyak itu dubawa sendiri" Edwin menggoda.

Salsabila hanya diam memalingkan wajah menyembunyikan rona bahagia dan malu yang tergurat jelas.

" Udah aku bantu bawa buku ini" setelah buku tertata Edwin mengikuti Bila menuju ruang guru untuk menyerahkannya.

Dampai di ruang guru Bila segera meletakkan buku itu, ia berjalan keluar dari ruangan dengan menunduk karena Edwin masih dusampingnya seolah mereka adalah pasangan, dada Salsabila berdetak tak menentu entah seperti apa wajahnya saat ini beruntung saat itu hanya beberapa orang diaekitar mereka.

" Kak makasih ya"

" Makasih untuk apa?" Jawab Edwin sok polos.

" Kakak udah bantuin aku tadi, sama....." salsabila terlalalu takut mengatakan kelanjutan kalimat itu.

" makasih udah jagain kamu, sehingga kamu ga jatuh kan?"

"..." Salsabila hanya tersenyum kecut.

" Ga papa bil....aku malah seneng kok, aku jadi inget malam minggu kemarin kamu sengaja pegang pinggang ku, dan.....hari ini aku yang mengang kamu, apa ini berarti kita jodoh ya?" Edwin semakin menggoda melihat ekspresi Bila yang menggemaskan.

" Kakak apaan sih" wajah Bila semakin memerah ia segera berlari menuju kelasnya.

Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka, Khafiz menatap kedua insan itu dengan penuh amarah dan rasa cemburu, sekelebat bayangan tertangkap mata Edwin, bayangan seorang yang ia anggap sebagai rintangan antara dia dan Bila, lalu ia mendekati sosok itu sambil tertawa mengejek.

" Siap-siap aja lu kalah dari gua Fiz" sambil meninggalkan Khafiz yang tak sempat membalas ejekannya.

Bila berjalan menggandeng Fani menuju halte bus, tiba-tina Khafiz memanggilnya.

" Bila...tunggu," panggil Khafiz sambil.berlari " aku anterin kamu pulang ya!".

"Ga usah Fiz aku biasa pulang sendiri kok"

"Kamu pasti nolak kalau ku anter, giliran Edwin aja kamu ijinin"

Salsabila memandang Khafiz dengan heran " maksut kamu apa Fiz?"

" Kamu kira aku ga tahu, jadang Edwin nganterin kamu kan?".

"Ya....tapi kak Edwin nganter aku pulang juga punya tujuan lain, dia mau nemuin ibu atau Zahra" Salsabila menjelaskan "bukan semata- mata karena aku".

"Itu cuma akal-akalan Edwin aja, sebenarnya dia tuh ngincer kamu" edwin berkata penuh penekanan.

" Udah aku duluan" sahut Fani geram lalu.meninggalkan mereka ber dua.

terjadi perdebatan kecil antara Bila dan Khafiz yang membuat Bila kedal dan meninggalkan Khafiz tanpa peduli, Khafiz hanya mampu memandang pundak bila sampai ia menghilang dengan rasa penyesalan mengapa ia tidak mampu mengendalikan diri, sekarang tak hanya ia gagal mengantar Bila justru kemarahan ia dapatkan.

Bila masuk ke kamarnya dengan lemas, setelah menaruh tasnya ia mengambil ponselnya untuk membaca chatt yang masuk.

📩 Bil maaf aku ga bermaksut membuat kamu marah, aku cuma ga suka cowok play boy kayak Edwin ngedeketin kamu 🙏🙏🙏

play boy kalimat yang Khafiz tulis serasa silet yang menyayat jarinya begitu tajam, ada rasa sakit yang Bila rasakan.

📩Makasih Fiz kamu udah ngingetin, aku ga berharap apaun kok dari kak Edwin.

Slasabila membalas pesan itu hatinya sakit rasa bahagia saat membayangkan Edwin berubah mengingat memang selama ini Edwin memang dikenal sering gonta ganti cewek.

"Kenapa aku sakit kayak gini ya, aku bukan siapa-siapa kak Edwin, belum tentu juga kak Edwin suka sama aku, mungkin dia hanya betsikap baik karena aku kakaknya Zahra" Salsabila menenangkan diri dan mencoba untuk menutupi prasaan yang sebenarnya.

Hari berikutnya Salsabila mencoba untuk menjaga jarak dengan Edwin maupun Khafiz, dikelas ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman-teman prempuan, sedangkan Edwin main ke rumahnya sebisa mungkin ia kan menghindar.

Perubahan Salsabila disadari oleh Edwin ia mencari tahu apa penyebapnya, setelah beranya pada Khairina dan Monika ia tidak menemukan jawaban, selanjutnya ia menemui Fani dan menanyakan, setelah Fani menceritakan perdebatan Khafiz dan Salsabila akhirnya Edwin mengerti bahwa ini semua disebapkan oleh Khafiz.

Sore pukul 15.00 Edwin menemui Khafiz dilapangan basket, saat itu banyak anak berkumpul dengan segera Edwin menarik Khafiz ke pinggir lapangan lalu memukul hidungnya sampai berdarah, khafis yang emosi dengan perlakuan Edwin segera membalas dengan memukul pipi kanannya, beruntung Pras dan Dika segera datang dan melerainya dubantu anak-anak basket.

" Fiz kalau lu emang ga bisa dapetin Bila jangan curang dong, pake ngejelekin gua didepan Bila, maksut lo apa?" teriak Edwin

" Ga akan semudah itu, gua relain Bila buat Lo, ga akan" tegas Khafiz.

Melihat dua cowok itu bertengkar membuat Felisha kaget ternyata cewek yang diperebutkan Khafiz dan Edwin bukanlah si cantik Caca tapi cewek yang sama sekali tidak dia tahu.

Keesokan hari Felisa menemui Salsabila di kelas saat jam istirahat, Feli menahan Bila saat ia akan keluar dan menyuruh Fani untuk tidak ikut campur.

" Elo yang namanya Salsabila?" tanya Feli ketus.

" Ya.....ada apa?" Bila menjawab dengan heran.

" Pake pelet apa sih lo, sampai cowok-cowok ngrebutin lo, cantikan juga gua" kata Feli dengan sombong.

Bila yang tak tahu harus menjawab apa hanya meninggalkan Felisa tanpa bertanya apa maksutnya, ia tidak suka memperkeruh masalah, baginya maslah dengan Khafiz sudah cukup.

Salsabila pergi ke taman didepan kelaanya untuk menghampiri Fani.

" Ngapai Feli nyari kamu Bil?"

" Ga tahu, tiba-tiba dia tanya aku pake pelet apa kok direbutin cowok, emang ada yang ngrebutin aku kayaknya selama ini baik-baik aja dan ga ada cowok yang ngrebutin akau kok".

"Emang kamunya aja yang ga peka, selama ini Khafiz tuh naksir kamu, cuma dia nunggu sampai usua kamu 17 tahun sesuai janji kamu sama ayah kamu, sabar banget ga sih Khafiz?" Fani menjelaskan" kamu tahu ga, Felisha itu temen SMP aku dan Khafiz dia naksir Khafiz dari dulu, cuma ga pernah ditanggapin sama Khafiz, malah Khafiz naksir kamu, kebayang kan Bil sakitnya tuh disini" cerocos Fani sambil memegang dadanya.

Bila hanya terdiam dua shock laki-laki yang dua anggap sebagai teman ternyata menyukainya, antara kesal dan menyesal bercampur dalam hati Bila.

" Kafiz....." Salsabila menitikan air mata " Fan....apa ini alasan mengapa Khafiz begitu baik sama aku" ia mengingat semua kebaikan Khafiz yang tak ia sadari ternyata bermakna lain.

Salsabila begitu menyesal mengapa ia tak menyadari hal itu, seandainya ia tahu mungkin ia tidak akan sedekat itu dengan Khafiz agar tak muncul rasa sayang untuknya dalam hati Khafiz, disaat yang bersamaan muncul bayangan Edwin yang membuat sensasi kupi-kupu diperut Salsabila muncul kembali hanya dengan memikirkannya.

" Ya...Tuhan ada apa denganku?"gerutunya.

Disaat wajah Edwin dan kejahilannya menari dibenak Salsabila tiba-tiba Edwin hadir dalam bentuk nyata dengan memakai sragam dilapisi jaket kulit hitam press body yang membuat ketampanan edwin semakin terpancar....Bila hanya mampu menatapnya tanpa berbuat apapun baginya saat ini tak ada yang ia inginkan selain memandang wajah itu sepuasnya, ia merasa ini semua ada dalam dunia khayalannya.

" Bila" sapa Edwin beberapa kali yang tak dihiraukan bila, lalu ia menepuk pipi Bila dan mengagetkannya" kamu ga papa Bil?".

" Ga...kak ga papa" jawab Bila terbata-bata.

" Lagi bayangin aku ya" bayangin apa bil, jangan bayangin sesuatu yang belum saatnya lho ntar bingung lagi kalau kamu pingin" Edwin menggoda.

" Apaan sih GR amat, ngapain kakak ke sini, ada urusan apa?" tanya Bila ketus untuk menutupi perasaannya.

" Ini Bil, papah ngirim ini buat ibu" sambil memberikan kotak berisi makanan" kata papa aku udah berubah, dan saat papa tanya apa alasannya aku bilang alasannya ya karna kamu" Edwin memancing reaksi Bila.

" Maksut kakak?" bila salah tingkah

" Ye....kok salting Bil, jangan masukin ati lho, nanti kamu jatuh cinta lagi sama aku" membuat wajah Salsabila semakin merah " sebenarnya aku cerita sama papa, soal keluarga kamu, tentang ibu, ayah, dan Zahra juga, yang menyadarkan aku walau tanpa mama aku harus tetep jadi anak baik-baik biar mama bahagia disisiNya"

" Oh..." wajah Bila agak kecewa karena namanya tidak disebut, ia seolah jatuh setelah ia diterbangkan lalu seketika dijatuhkan, Edwin.seperti tengah memainkan hatinya.

" Ih....kok lemes gitu," sindir Edwin " kamu kecewa ya aku ga nyeritain tentang kamu sama papa?" Edwin kembali mengejek.

" Apaan sih, udah mana titipan papanya kakak, nanti aku sampaikan ke ibu" Salsabila.segera mengambil kotak itu dan meninggalkan Edwin tanpa berani menatapnya dengan membawa sensasi kupu-kupu yang semakin kuat.

Next chapter