webnovel

Peluklah Aku Sampai Kamu Puas.

"Nisa kamu cantik sekali, pasti putra bapak langsung jatuh cinta sama kamu" pak Baroto menyapa Bila sambil mendekatinya.

Bila hanya tersenyum kemudian menyalami pak Baroto "trimakasih pak".

"Jangan panggil pak, panggil saya papa ok!" pinta pak Baroto.

"Baik papa" Bila mengucapkan kata papa dengan canggung.

"Kenalkan ini anak pertama papa Edo, ini Erwin dan calon suami kamu". pak Baroto tampak mencari seseorang ketika pandangannya menuju tempat lain.

Bila menatap Erwin sambil berusaha tersenyum walaupun sebenarnya sangat berat "ternyata memang dia laki-laki itu" Bila bergumam dalam hati, ia mengira bahwa Erwin adalah calon suaminya.

"Mengapa harus dia, ia begitu mirip dengan kak Edwin, bahkan namanypun hampir sama, ya...Allah bagaiman mungkin aku melupakan kak Edwin" ia masih menggerutu dalam hatinya.

"Nisa" pak Baroto membuyarkan lamunan Bila .

"Ya pak, pak Edo" Bila menganggukan kepala ia juga terkejut melihat sosok Edo seorang yang pernah bersamanya ketika PKL semasa SMK.

"Kamu?" Edo mengingat Bila tapi ia juga lupa dimana mereka bertemu.

"Win...ayo masih belum cukup kamu membuat Nisa penasaran". pak Baroto menyela.

Edo dan Erwin tersenyum manis seolah punya sesuatu untuk Bila.

"Bila...." Edwin memanggil namanya kemudian ia muncul diantara dua kakaknya dengan senyum yang menggembang.

Bila terkejut setengah mati, napasnya tersengal-sengal bahkan hampir pingsan karena terkejut.

"Ka....ka...kak Edwin" air mata yang sedari tadi ia tahan kini meluap bak banjir bandang dimusim penghujan deras dan tak berhenti "kak Edwin ..... sedang apa kakak disini?".

"Bila....maukah kamu menjadi istriku?" Edwin berkata sambil mendekati Bila lalu meraih tangannya.

Bila tak mampu berkata apapun ia hanya menangis, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia hanya berfikir bagaimana Edwin ada disana, disaat ia dijodohkan.

Apalagi Edwin malah nekat melamarnya dihadapan semua orang ia tak tahu apa maksut Edwin sesungguhnya, ataukah Edwin telah berhasil meyakinkan orang tuanya juga keluarga pak Baroto.

"Ka...kak Edwin" hanya kata itu yang mampu Bila ucapkan.

Sementara Bila masih bingung dengan apa yang terjadi Edwin justru tersenyum walaupun ada seraut wajah haru diwajahnya.

"Bila...aku calon suami pilihan ayah kamu" Ewin berkata dengan senyum manis dan tatapan penuh cinta.

"Ha..." Bila benar-benar terkejut ia merasa kalau ini adalah mimpi yang terlalu indah.

"Ya Nisa dia adalah anak bungsu papa, Edwin" pak Baroto memegang pundak Edwin dan memperkenalkannya pada Bila secara langsung "dia calon suami kamu".

"Ayah..." Bila menoleh ke arah ayah dan ibunya.

"Ya Bila, pak Baroto ini adalah ayahnya nak Edwin".

Seketika tangis Bila kembali pecah mengetahui kenyataan yang membahagian tersebut antara bahagia atau kesal bercpur.

Diluar kesadarannya saatenangis pasti seseorang akan mencari dada atau pundak seseorang untuk bersandar.

Karena saat itu Edwinlah yang paling dekat dengannya secara otomatis Edwinlah yang jadi tempat menumpahkan semua air matanya.

Melihat ekspresi Bila tak bisa dipungkiri semua orang dalam ruangan itu jelas merasa haru, bahkan Fani dan ibunya juga menangis melihat shock therapi yang membahagian itu terjadi pada Bila.

Fani dan ibu Bila salinh berpelukan "ibu...aku kasihan lihat Bila".

"Ya nak" ibu membalas pelukan Fani.

Beberapa saat berlalu Bila masih terisak dalam pelukan Edwin, mereka berdua begitu larut dalam kebahagiaan yang tak pernah meteka sangka sama sekali.

Sampai pak Baroto berdehem sebagai tanda peringatan untuk Edwin."Ehemmm.....ehem".

Edwin tak memperdulikan peringatan papanya, ia hanya tersenyum jahil sambil memandang papa dengan mengejek.

"Aku tahu kamu begitu menginginkan saat seperti ini dari dulu, cuma kamu terlalu jaim, jadi sekarang peluklah aku sampai kamu puas, aku siap kok" tingkah jahil Edwin tiba-tiba kembali.

Seketika kesadaran Bila kembali ketika mendengar pernyataan Edwin, ia langsung melepaskan pelukan Edwin.

Sementara senyum tengil Edwin kembali tersungging di sudut bibirnya "jadi malu aku" Edwin menggoda Bila.

"Mulai deh tengilnya" Bila menggerutu.

"Win gaya kamu, kaya ga pernah dipeluk aja" tiba-tiba Erwin mengejek.

"Kalau dipeluk cewek lain sering mas, tapi kalau cewek satu ini susah" jawab Edwin menggoda.

Seisi ruangan itu tertawa dan suasana berubah dari suasana yang mengharu biru jadi suasana yang membahagiakan.

"Bila kamu ga ke salon ya?" gombalan Edwin terdengar cukup menyebalkan.

"Emang kenapa?" Bila bertanya dengan jutek.

"Tuh aye liner kamu luntur".

Bila segera mengambil tisu dan mengusapkan di kedua matanya,akan tetapi ketika ia melihat bekas usapannya tak ada noda sedikitpun.

"Ga ada kok sayang, walaupun kamu nangis tetep cantik kok, malah aku jadi makin sayang sama kamu"

"Garing" Bila melotot pada Edwin.

"Sekarang sudah ya sedih-sedihnya kita langsung ke inti masalah" pak Baroto mencoba menengahi ketegangan Bila dan Edwin "Sekarang Nisa dan kamu Edwin duduk dulu".

Mereka semua sekarang sudah duduk dikursi masing-masing setelah beberapa saat berbincang-bincang ringan sambil menikmati hidangan ahirnya sampai juga ke acara inti.

Pak Baroto menyampaikan maksut untuk meminta Bila, kemudian ayah menjawab bahwa keluarga Bila menerima niat baik ke luarga Edwin.

Mereka mendo'akan agar Bila dan Edwin yang telah melalui berbagai kisah sedih akan diberi kelancaran sampai pernikahan yang telah diputuskan akan berlangsung tiga bulan lagi bisa berjalan dengan lancar.

Akan tetapi ketika semua sudah sepakat tiba-tiba Edwin menyampaikan keberatan, dan meminta sesuatu yang sulit dipercaya, mengingat hubungannya dengan Bila yang rumit, dan teringat bahwa Caca sudah kembali ia takut Caca akan kembali merecoki kisah asmara mereka lagi.

Xixixixi......maaf ?????

Tapi jujur lho bikin penasaran itu rasanya sesuatu bingitz, monggo dilanjut baper and gemesnya.

Happy reading, and love you all.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter