webnovel

Pasien Bandel

Dua tahun telah berllu, Edwin telah menyelesaukan S1nya dalam waktu tiga setengh tahun, selama dua tahun ini selain sibuk dengan perkuliahan Edwin juga tengah mempersiapkan sebuah langkah besar untuk masa depannya, ia berkeinginan untuk melanjutkan S2 di Jepang jadi selama 2 tahun ia mengikuti kursus bahasa Jepang.

Dan setelah ia diwisuda, ia mendaftar ke beberapa universitas di negeri sakura tersebut, penantian dan kerja kerasnyapun berbuah manis sebuah Universitas memberinya beasiswa untuk program pasca sarjana.

Hubungannya dengan Bila sekarang sudah membaik, walau saat ini mereka hanya sekedar teman, biasanya ketika pulang ke kotanya Edwin akan mengunjungi rumah Bila untuk bertemu Zahrana atau orang tua Salsabila.

Siang itu Edwin sedang bersiap untuk penerbangannya ke Jepang bersama seorang teman, ia masih menunggu pesan dari Salsabila yang tak kunjung mengucapkan selamat jalan, padahal ia telah memberi tahu akan kepergiannya hari ini.

Akhirnya dengan perasaan kecewa ia pergi ke negri para samurai tanpa pesan ucapan perpisahan dari Bila, tapi satu yang selalu ia bawa dari Bila bahwa ia harus jadi laki-laki yang lebih baik, itu adalah salah satu penyemangat terbesar baginya

Disisi lain Bila saat inimemang sedang cukup sibuk, banyak tugas kampus dan tugas dari tempatnya bekerja, tak jarang ia harus tidur malam untuk lembur.

Siang ini Bila sedang tertidur di kelasnya karena kelelahan, Fani yang kesal menunggu kedatangan Bila sampai menyusulnya, ketika sampai di kelasnya Fani yang geram melihat sahabatnya sedang dalam pisisi wenak segera berbisik ditelinganya.

"Sayangku bangun?"

Bila tersenyum mendengar kata-kata Fani, namun tak bergeming dari tidurnya, ia hanya mengubah posisi wajahnya.

"Bila... sayang bangun dong"

"Ya... kak bentar"

"Bila.... cepetan".

"Kak Edwin ga sabar amat, bentar" Bila bangun dengan kesal sambil berkata dengan ketusnya.

Fani tertawa mendengar Bila menggerutu karena terbangun dari mimpi indahnya "cie... kak Edwin yg dipanggil, woy... bangun ini Fani woy" sambil menahan tawa Fani meledeknya.

Bila tersadar dengan perkataan tajam Fani, sambil menggaruk kepala lalu membenarkan posisi jilbapnya, bila tersrnyum malu " emang aku manggil kak Edwin?"

Fani semakin keras tertwa "Ga... kok, kamu cuma lagi mimpiin dia yang tercinta aja"

"Ish... sembarangan, cinta apaan?"

"Alah... sok ga mau ngaku, bilang aja Bila kalau memang masih sayang" nad suara Fani semakin mengejek.

"Terserah..." Bila berdiri dengan muka cemberut sambil melangkah pergi dari Fani.

"Bila mau ke mana"

"Cuci muka"

Bila menuju kamar mandi, selesai menyegarkan diri dan merapikan penampilannya ia keluar dan menggandeng Fani ke tempat parkir.

Hari ini Fani dan Bila berencana pergi ke rumah sakit untuk menemui Khairina yang telah melahirkan anak pertamanya.

Mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit sampai diruangan kusus ibu dan anak, ketika mereka masuk mereka melihat Khairina sedang duduk mukanya masih terlihat pucat, sedang suaminya sedang menggendong bayi kecil yang terlihat begitu manis.

Bila dan Fani segera berlari memeluk Khairina dan memberinya selamat, Bila melirik bayi mungil dan yang sedang terlelap itu, dengan lembut ia meraih pipi dan menciumnya bayi yang begitu lembut dengan pipi tembem.

"Hi sayang ini tante" Bila menyapa anak Khairina.

"Anak kamu cewek apa cowok rin?" Fani bertanya.

"Cowok, namanya Asraf" suami Khairina menjawab sambil menyerahkan jagoan kecil iti pada Khairina.

Khairina tersenyum memeluk dan mencium buah hatinya "kenalin tante, ini dedek Asraf"

"Asraf.... ganteng banget sih kamu" Bila memegang pipi Asraf dengan gemas.

Satu jam kemudian Bila keluar dari kamar Khairina ia menuju kantin untuk membeli makanan, namun ketika ia melewati sebuah ruangan ia menabrak seorang bapak yang berusia kurang lebih enampuluh tahun.

"Maaf pak, saya tidak sengaja"

"Oh ga papa nak, bapak yang kurang hati-hati" bapak itu berusaha bangkit namun tubuhnya masih lemas.

Bila segera membantu pak Baroto berdiri "maaf pak...., bapak mau kemana biar saya bantu"

"Ga papa nak...., bapak sedang dirawat dirumah sakit ini, tapi anak-anak bapak ga ada yang menemani"

"Sungguh pak" Bila mengerutkat alisnya merasa heran "memang anak bapak kemana?"

"Mereka sedang ada keperluan, mengantar adiknya ke bandara, memang bapak yang menyuruh mereka, maksut bapak agar anak bapak yang mau pergi tidak kuatir dengan keadaan bapak"

"Ya.....Allah bapak, padahal bapak sedang sakit tapi bapak tetap memikirkan anak bapak, oh ya bapak mau kemana?"

"Bapak ini bosen nak di kamar, jadi pengen keluar saja"

Bila memapah pria tua itu menuju sebuah bangku didepan taman rumah sakit "bapak duduk disini saja ya, kalau bapak berkenan saya akan menemani bapak"

"Sungguh?" pak Baroto menatap Bila dengan rasa bahagia.

Bila mengangguk penuh semangat, mereka berkenalan dan saling bercerita "bapak tuh bosen nak makan makanan rumah sakit, ga ada rasanya" tiba-tiba pak Baroto berkata dengan nada tak semangat.

"Kan demi kesehatan bapak to?"

"Aduh bapak....saya cari kemana-mana ternyata disini, mbak gima sih bapaknya sudah waktunya makan, malah dibawa keluar" seorang perawat datang dan tiba-tiba memarahi Bila.

Bila memandang perawat itu dengan heran, sedang perawat itu kembali mengomel "Bapak tidak menghabiskan makan siang lagi kan, kalau terus begini kapan bapak sembuhnya, pasien bandel seperti bapak memang harus dipaksa ya?" perawat itu terus mengoceh pada pria tua itu, sambil berusaha mengajak pak Baroto kembali ke kamarnya "mbak bantuin saya, inj bapaknya susah dinasehati"

"Oh ya sus"Bila berdiri lalu menggandeng pak Baroto sambil tersenyum dan memberi isyarat agar pasien bandel itu menurut.

Pak Baroto menuruti permintaan Bila menuju kamar, sesampainya di kamar pak Baroto didudukan ranjang, setelah sang perawat memposisikannya dengan segera perawat itu menyodorkan nampan yang berisi makan siang pada Bila "mbak ini ayahnya disuapi ya, harus habis lalu kasih obatnya" perawat itu memberi instruksi pada Bila lalu bergegas keluar ruang VIP itu, namun sebelum ia keluar perawat galak itu kembali mendekati Bila "mbak pak Baroto harus istirahat, jangan dubawa keluar lagi"

"Baik sus, terimakasih" Bila tak tahu harus berbuat apa, ia hanya menurut pada apa yang suster itu katakan.

Setelah perawat itu pergi, Bila duduk di kursi samping ranjang dan bersiap untuk menyuapi pria yang sebelumnya tidak dikenalnya.

"Bapak tadi dengar kata suster itu, makanannya harus habis"

"Tapi bapak ga suka makanan rumah sakit"

"Saya janji deh pak, kalau makanan ini habis besok saya jenguk bapak bawa makanan buatan saya, bagaimana?"

"Beneran"

Bila mengangguk, lalu segera menyuapi kemudian setelah makanannya habis ia segera memberi pak Baroto obat yang segera diminumnya.

Tugas mendadak Bila sudah selesai, sekarang waktunya ia kembali, ia jadi ingat tujuan awal seharusnya ia pergi ke kantin, tapi malah terdampar diruang perawatan bersama pasien bandel ini.

Bila tersenyum dengan ramah, setelah meminta ijin pada pak Baroto ia segera menuju kamar Khairina.

Sampai dikamar ibu baru itu, Fani segera membrondong dengan pentanyaan dan apa alasan dibalik menghilangnya Bila selama hampir satu jam.

Setelah Bila menjelaskan yang terjadi, teman-temannya memakluminya, beberapa waktu kemudian Bila dan Fani meninggalkan ruangan Khairina.

Maaf kemarin ga Update, soalnya pikiran saya lagi buntu ga tahu mo nulis apa.

Adegannya sudah tercetak, tapi mo mulis kata-katanya susah banget.

Maaf ya kalau dlm bap ini mengecewakan.

???

love you all

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter