Jam menunjukan pukul setengah sepuluh malam, Bila sudah bersiap-siap untuk tidur sementara Edwin masih sibuk dengan laptopnya.
Saat hand phone Edwin berdering ia memanggil mberitahukan hal tersebut.
"Kaka banyak WA masuk nih".
"Dari siapa?, kamu buka aja" jawab Edwin tanpa menoleh.
"Serius nih aku buka?".
"Heeh sayangkuh, tolong bukain ya", jawab Edwin sambil meniloleh ke arah Bila dengan senyuman mautnya.
"Oke" Bila mulai membuka ponsel Edwin, menggulirkan layarnya untuk membaca pesan masuk yang sebagian besar merupakan pesan dari grup chatt.
Akan tetapi matanya terhenti ketika sebuah pesan pribadi dari seorang wanita yang sepertinya ia lihat tadi sore.
Bila membuka chatt tersebut, dengan perasaan dag dig dug.
📩"Malam Edwin....makasih ya discounya".
📩"Sayang aku suka banget lho sama barang-bara-barang ditoko kamu".
📩"Lain kali aku datang lagi, tapi kamu ya yang temenin say".
📩"Kamu tuh ganteng abis deh say, aku naksir sama kamu".
📩"Besok sore ketemuan yuk, aku jemput".
📩"Aku kesepian, suamiku sudah sebulan ga pulang, temenin aku jalan ya say".
📩"Kok ga jawab 😥😥😥"
📩"Halllo.....Edwin, kamu sibuk ya?".
Bila membaca pesan-pesan tersebut dengan kesal, rasanya ia ingin menjambak prempuan itu dan mencakarnya.
"Kaka...ada pesan dari wanita tadi sore nih" Bila memberi tahu Edwin dengan judesnya.
"Wanita yang mana lagi Bila....." Edwin segera mematikan laptopnya lalu mendekati Bila.
"Nih" Bila menyerahkan ponsel Edwin.
Edwin membaca pesan-pesan tersebut "oh....Selly" Edwin melirik Bila yang tiba-tiba berubah mood "kamu masih cemburu sayang sama dia?".
"Aku kesel sama kakak, ngapain pake tukeran no HP?, kurang punya satu istri?".
"Bil....kalau lihat kamu kesel gini tuh aku seneng lho" Edwin berkata dengan santai "aku obatin ya keselnya kamu?" Sekarang tangan nakal Edwin mulai memeluk Bila dari belakang.
"Kakak aku ga suka ya, setiap ada masalah pasti kakak pikir selesai dengan cara ini". Bila melepaskan tangan Edwin, kemudian keluar dari kamar.
"Sayang....." Edwin tersenyum melihat tingkah Bila yang menurutnya begitu imut ketika ia sedang cemburu.
Bila keluar dari kamar dengan muka murung, kebetulan ayah mertuanya sedang duduk sambil menonton televisi.
Bila duduk disebelah pak Baroto untuk mengobrol.
"Kamu belum tidur nak?" tanya papa.
"Belum pa" jawab Bila dengan muka masam.
"Kenapa, ada masalah?" pak Baroto menyadari sikap Bila tak sepeeri biasanya "Edwin ngapain sampai kamu kesal seperti ini?".
"Itu pa...." Bila menceritakan kejadian di butik juga tentang chatt wanita seksi itu "ngapain coba pa, pake tukeran nomor hand phone segala".
"Si Edwin....., Nisa...kamu cemburu?".
"Ga pa saya cuma kesel aja, prempuan itu manggil kak Edwin sayang-sayang lagi".
"Itu namanya cemburu Nisa....".
Bila tersipu malu mendengar jawaban pak Baroto.
"Iya tuh pa, ternyata Bila orangnya cemburuan" Edwin menyela dari belakang, kemudian duduk bersama mereka "Bila..... kamu ga boleh gitu dong, kamu tuh harus sabar karena punya suami seganteng aku".
"Tuh pa, PD banget kan pa".
"Hahahahah..." pak Baroto hanya tertawa.
"Bila.....kan setahu orang disana aku masih singgel, jadi kalau ada yang ngajak-ngajak gitu wajar kali ya, yang penting aku tetep setia sama kamu, ya kan pa?".
"Bener Nisa..... dulu mamahnya Edwin juga ga bisa kalau papa deket-deket sama prempuan lain, tapi karena pekerjaan papa memang harus deket sama banyak prempuan, jadi satu saja prinsipnya asal suami kamu tidak tergoda kamu santai saja nak".
"Gitu ya pa, tapi kan pa kalau prempuannya segenit itu kan ngeselin".
"Nisa itu justru bisa jadi ujian kesetiaan buat suamimu" pak Baroto menjelaskan dengan bijak.
Bila mengerti maksut pak Baroto, dulu sebelum menikah Bila tak pernah merasakan cemburu yang begitu besar pada Edwin, akan tetapi setelah mereka menikah tiba-tiba rasa takut kehilangan Edwin begitu besar.
"Sayang dengerin papa tu, walaupun banyak wanita disekelilingku, tapi hati dan ragaku cuma milik kamu". Edwin menambahkan supaya Bila yakin.
"Kakak yakin ga akan tergoda sama istri kesepian itu?".
"Bila.....dia bukan tipeku, kamu sudah mengenal aku dari jaman aku masih brandalan apa kamu pernah lihat aku deket sama prempuan menor macam dia, kecuali Vita dan Caca".
Alis Bila mengerut ketika mendengar nama Caca disebut.
"Iya sih kak, kak Caca beda kok sama kak Vita kak Vita kan cinta pertama kakak".
"Tuh....sama Vita aja ga cemburu, masak sama tante-tante kamu kesel gitu".
Bila tersenyum, ia merasa tingkahnya berlebihan karena merasa cemburu sebelum mendengar penjelasan Edwin.
"Sudah malam, kalian istirahat saja, papa juga ngantuk". pak Baroto mengingatkan.
Didalam kamar Bila merasa canggung karena tingkah kekanak-kanakannya.
"Kak maaf ya".
"Ya.....kalau kamu cemburu artinya kamu beneran sayang sama aku, aku ngerti kok".
"Tapi jangan terlalu deket sama Selly Selly itu ya kak".
"Iya sayang, sekarang tidur yuk udah malam nih".
Kekesalan Bila sudah mereda, sekarang ia berjanji pada dirinya sendiri untuk kembali percaya pada kesetiaan Edwin.
Edwin menarik tubuh Bila supaya mereka bisa tidur berdwkatan, ia tahu bahwa Bila masih merasa bimbang sehingga Edwin memeluk bidadari surganya dengan mesra.
Setelah beberapa saat Bila bersandar dalam pelukan Edwin ia mulai merasa mengantuk.
"Kaka aku sudah ngantuk nih, tidur yuk".
"Aku belum nih, aku masih pengen sesuatu".
"Kakak lapar, aku buatin sesuatu ya" Bila menawarkan.
"Ga perlu Bila.....aku memang lapar tapi bukan perutnya".
"....." Bila tak mengerti.
"Aku lapar pengen makan kamu".
Setelah mengucapkan kalimat itu Edwin langsung menyergap Bila yang sudah tak berdaya menolak apapun yang akan ia lakukan.
Mereka saling memberikan kehangatan untuk pasangannya (yah....walaupun belum sampai gitu dech) namun perasaan disayangi dan saling membutuhkan sudah begitu dalam tertancap dihati mereka.
Waktu sudah malam ketika ahirnya mereka tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.