webnovel

Satu-satunya Hal Yang Bisa Membuatnya Berpikir Jernih.

Pagi yang cerah Edwin sedang menunggu Bila di luar sambil mendengarkan musik dari ponselnya.

Benerapa saat kemudian Bila keluar dengan senyum manisnya.

"Maaf kak, tdadi habis beresin meja makan".

"Ya ga papa, Bila kamu yakin mau naik motor aja".

"Ya kak, aku ga mau kakak repot antar jemput aku terus, lagian kita belum ngasih tahu orang-orang kalau kita sudah nikah, ga enak aja".

"Ya udah".

"Bila...aku suruh pak Darto ambil motor kamu aja ya, hari ini kamu aku anterin".

"Oke".

Mereka bersama menuju butik untuk mengantar Bila, ditengah perjalanan ponsel Bila berbunyi, ketika ia melihat ternyata ibunya yang menelfon segera ia angkat.

πŸ“ž"Assalammualaikum ibu".

πŸ“ž"Waalaikumsallam.... Bila kamu sudah seminggu lebih lho ga pulang, kangen ga sih sama ibu".

πŸ“ž"Kangen bu maaf, kerjaan Bila banyak banget, kak Edwin jemputnya udah malam jadi Bila belum bisa pulang" Bila mencoba menjelaskan.

"Siapa?" tanya Edwin.

"Ibu"

"Biar aku yang ngomong".

"Tapi...."

Edwin merebut ponsel Bila untuk berbicara dengan ibu mertuanya, ia segera menepikan mobilnya setelah menemukan tempat yang pas.

πŸ“ž"Ibu...apa kabar, ini kami juga sudah kangen barusan rencananya kami mau nginep.di rumah ibu nanti sore".

Bila menatap heran ke arah Edwin "kak Edwin boong banget".

πŸ“ž"Beneran?" tanya ibu penuh semangat.

πŸ“ž"Ya bu tunggu ya, ibu masakin yang enak buat kami, biar cepet punya cucu".

πŸ“ž"Heeh ibu masake yang enak, ibu tunggu ya".

πŸ“ž""Siap bu".

Ibu menutup telfonnya dengan perasaan bahagia.

"Kak Edwin bohong banget".

"Ga papa Bil, kan buat nyenengin ibu kamu".

"Iya makasih ya".

"Kembali kasih sayang, aku yang berterimakasih karena kamu sudah rela meninggalkan keluarga kamu demi aku".

Bila tersenyum mendengar pernyataan Edwin, ia kemudia meraih tangan suaminya sambil mencium tangan itu.

"Wih....mimpi apa aku semalam".

"Emang kenapa kak?" tanya Bila Heran.

"Karena kamu tiba-tiba mesra gini sama aku".

"Kakak"

Bila segera melepas tangan Edwin lalu membuang muka karena malu.

Edwin yang gemaspun tak tahan, tanpa aba-aba ia mencium pipi Bila yang segera bersemu merah.

"Kakak.....tempat umum".

"Pulang aja yuk".

"Kakak...udah ayo berangkat".

"Ayooo".

Edwin baru saja menemui seorang untuk menbicarakan kerja sama, pertemuan itu berlangsung lancar dan berakhir dengan sebuah perjanjian kerja sama yang cukup baik.

Baru saja mengantar relasikerjanya Reivan menelponnya untuk membicarakan hal penting.

πŸ“ž"Rei gua baru mau telfon lo, ternyata lo duluan, Alhamdulillah pertemuan hari ini lancar dan kerja sama baru kita sudah fix".

πŸ“ž"Win sory gua bukan mau ngomingin itu tapi, gua mau ngasih tahu kalau perusahaan memutuskan untuk menarik Nisa lagi".

πŸ“ž"Maksut lo,ga Rei ga bisa gitu dong, Rei kami baru menikah, apa lo tega misahin kita?".

πŸ“ž"Apa? Win lo ga lagi becarda kan?".

πŸ“ž"Rei gua serius, kita baru nikah kurang lebih dua minggu lalu".

πŸ“ž"Kok lo diem aja, ga ngasih tahu gua".

πŸ“ž"Ini bener-bener mendadak jadi memang kami baru menikah secara agama, dua setengah bulan lagi kita bakal resmiin kok".

πŸ“ž"Wah parah lo man, ya udah dah kalau gitu gua pinjam istri lo enam atau delapan minggu, paling lama dua minggu sebelum hari H, Nisa sudah gua balikin".

πŸ“ž"Gimana ya".

πŸ“ž"Tolonglah Win, lagian lo bisa datang tiap weekand, atau Nisa pulang kan?".

Setelah mendengar cerita Reifan tentang pembukuan diperusahaannya yang sedikit kacau, dan permohonan sahabatnya itu akhirnya dengan berat hati Edwin menyetujuinya.

Edwin kembali ke kantornya dengan lemas, ketika sampai dimeja bu Anis dengan lemah ia berkata.

"Bu...Bila sudah sampai di sini?".

"Mnak Nisa sudah mas, gimana mas?".

"Tolong suruh istri saya menemui saya ya bu" pinta Edwin.

"Istri".

"Eh...bu Anis belum tahu ya, kalau kami sudah menikah, tolong panggilkan Bila ya".

Edwin meninggalkan bu Anis yang masih shock mendengar berita tersebut, bu Anis hanya mampu terbengong-bengong sambil menganggukan kepalanya.

Sampai diruangan Bila bu Anis dengan histeris memeluk kemudian mecubit pipi Bila, membuat pak Hadi dan pak Wijaya keheranan.

"Ada apa bu" tanya Bila dengan heran.

"Mbak Nisa, keterlaluan ga bilang sama ibu kalau kamu sudah menikah".

"Apa?" dua pria dalam ruangan itu ikut terkejut.

"Bu Anis tahu dari mana?".

"Suami kamu sendiri yang bilang, mas Edwin".

"Bu Anis ini serius?" tanya pak Wi.

"Ga salah dengar ini bu?" sahut pak Hadi.

Sudah tak ada pilihan lagi ahirnya Bila menceritakan semuanya dalam waktu yang singkat, juga penjelasan yang padat berisi.

Mereka bertiga mendengarkan dengan seksama, dan diujung cerita ringkas itu tawa menghiasi wajah mereka, setelah itu ucapan selamat segera mengalir untuk Bila.

Setelah memberitahu semua pada rekannya, bu Anis mengajak Bila ke ruangan Edwin.

"Silahkan masuk bu Edwin, hibur suaminya".

"Bu Anis". Bila menjawab sambil tersipu malu.

Edwin sedang duduk disofa kantornya dengan menaruh kepala dan memejamkan matanya ketika Bila masuk.

"Kak ada apa?, apa kerja samanya tidak berjalan dengan baik".

"Ga kok Bil" melihat istrinya rasanya ia ingin menyiman rapat wanita itu agar tak ada yang bisa memisahkan mereka.

Bila duduk disamping Edwin untuk merelakskan suaminya Bila memberikan pijatan kecil dikepala Edwin.

Merasakan kelembutan tangan Bila rasanya semua kesusahan Edwin hilang seketika, namun jika ingat harus berpisah dengan Bila.hatinya langsung berubah kacau.

Edwin segera memeluk Bila dengan erat seolah tak mau melepaskannya, Bila yang tak tahu alasan apa dibalik semua ini hanya mampu membelas pelukan itu.

Edwin merasa begitu nyaman dalam.pelukan Bila, setelah merasa cukup tenang ia mulai menceritakan keinginan Reifan untuk meminta Bila kembali bekerja di perusahaan induknya selama satu atau dua bulan.

"Hanya dua bulan, dan setelah itu aku jadi istri kakak seutuhnya, karena aku akan mengundurkan diri,.bagaimana?" Bila berkata untuk menenangkan Edwin.

"Sungguh?".

"Ya, dan aku akan melamar ditempat kakak sebagai karyawan baru saja".

"Syang kamu tuh bisa saja ya menghiburku".

Bila mengangguk kemudian menggenggam tangan Edwin "percaya kak, dua bulan itu ga akan lama, lagi pula setiap ahir minggu kita bisa ketemu kan?"

"Ya" Jawab Edwin.

Tanpa buang waktu Edwin segeta mengecup bibir Bila untuk menenangkan dirinya, yah sejak menikah rasanya Bila jadi satu-satunya hal yang membuatnya bisa berpikir jernih.

Wah.....ada bahaya apa lagi ya yang segera meninmpa mereka, diawal pernikahannya.

Smg mereka kuat menghadapi ujiannya ya.

Happy reading and love you all

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter