webnovel

Melisa [Cinta Pertama]

Melisa Aurelie gadis remaja yang tak bisa melupakan cinta pertamanya. Dion, terpaksa harus pindah ke luar kota karena mengurus sang Ibu yang tengah sakit. Menjalani cinta jarak jauh terasa berat, tapi tak pernah menjadi beban bagi Melisa. Dia yakin bisa melewati semua ini. Tapi itu hanya berlaku bagi Melisa saja. Suatu ketika Dion menghilang tanpa kabar, membuat hati Melisa hancur, dalam ketidak—pastian, akan tetapi gadis itu tetap menunggu Dion kembali. Hingga datang seorang pria dari masa lalu, dan mampu mengobati sakit hatinya. Namanya, Bagas, dia adalah teman masa kecil Melisa. Tapi di saat Melisa mulai melupakan Dion, serta sudah menetapkan hatinya untuk Bagas, di saat itu pula Dion datang kembali, dan membuat hati Melisa dirundung dilema.

Eva_Fingers · Teen
Not enough ratings
93 Chs

Tamat

Hari yang sangat bersejarah bagiku.

Aku mencium tangan Bagas setelah ijab qobul selesai diucapakan oleh Bagas, dan setelah semua saksi berkata 'sah'

Rasanya begitu lega, kini aku resmi menjadi istrinya Bagas.

Setelah acara ijab qobul selesai, acara pun dilanjutkan dengan pesta pernikahan.

Aku duduk di kursi pelaminan dan bersanding dengan Bagas.

Kami bak Raja dan Ratu dalam sehari.

Tak lama para mantan personil 'The Jamet' pun berkumpul dan mengucapkan kata 'selamat' kepadaku dan Bagas.

Mereka datang dengan membawa orang-orang tercintanya.

Aryo datang dengan membawa istrinya yang tengah hamil besar, dan Ardi membawa istri serta anaknya yang sudah balita.

Sedengkan Rio juga tak mau kalah, dia datang dengan membawa tunangannya dalam acara pernikahan kami.

"Wah, senangnya! Kita bisa kumpul di sini!" ujar Rio. "Ngomong-ngomong selamat ya, Gas! Mel! Akhirnya kalian nikah juga!" imbuhnya.

"Thanks, Rio! Thanks semuanya! " ucapku.

"Eh, si Laras, kemana?" tanya Bagas.

"Gak tahu tuh, si Laddy Roker, katanya sih bakalan nyusul!" ucap Ardi.

"Eh, tuh dia orangnya!" tunjuk Aryo kearah Laras.

"Hai!" Seketika Laras melambaikan tangannya kearah kami. Dia tersenyum manis berbalut gaun warna hitam yang elegan.

Laras masih sama seperti dulu, sangat cantik, dan pencinta warna hitam. Aku tidak tahu apakah dia juga masih suka minum kopi hitam atau tidak?

Yang jelas dimataku Laras gadis terunik dan baik hati.

"Selamat ya, Kalian!" Laras memeluk aku dan Bagas secara bergantian.

"Loh, kamu!" Aku tercengang saat melihat sosok pria yang sedang bersama Laras.

"Ini, Tunangan aku, Mbak!" kata Laras dengan bangga.

"Dia bukanya—"

"Iya, bener! Dia orang yang udah nabrak aku pakek motor, Mbak! Pas dulu kita lagi joging bareng!" jelas Laras dengan tertawa.

"Loh, kok bisa jadi—"

"Hah, ceritanya panjang, Mbak!" sahut Laras yang lagi-lagi memotong kalimatku. "Tapi kalau Mbak Mel, mau dengar kisahnya aku bakalan ceritain!" kata Laras.

Dan aku yang sudah terlanjur penasaran pun langsung menodong Laras, agar segera menjelaskan.

Kata Laras, orang yang sekarang menjadi tunangannya ini adalah Nino. Dia cinta pertama Laras ketika masih duduk di bangku TK. Dulu Laras pernah bercerita tentang Nino kepadaku. Dan aku pikir dulu Laras itu terlalu aneh, karena jatuh cinta ketika masih TK. Tetapi siapa yang sangka ternyata cinta sejak duduk dibangku TK itu, kini menjadi nyata.

Laras juga tak menyangka dapat dipertemu kembali dengan Nino.

Saat pertama bertemu dengan Nino, Laras hampir tak mengenalinya. Namun wajah Nino terasa tidak asing bagi Laras.

Sayangnya pada saat itu Laras masih kesal terhadap Nino yang telah menabraknya dengan motor.

Dan seiring berjalannya waktu, hubungan mereka menjadi semakin dekat, Nino sering mendatangi Laras, dengan alasan untuk melihat keadaan Laras yang baru saja ia buat celaka. Dan dari situlah Nino mulai bercerita tentang siapa dirinya.

Laras hampir tak percaya saat mengetahui jika orang yang telah menabraknya itu adalah cinta pertamanya. Orang yang selama ini ia cari-cari.

Kenyatan ini, membuat Laras merasa bersyukur atas peristiwa kecelakan yang menimpanya. Karena berkat kecelakaan itu, dia dipertemukan kembali dengan Nino.

Kisah cinta Laras dan Nino, hampir sama dengan kisah cintaku dengan Bagas. Kami adalah sepasang teman kecil yang terpisah, dan kembali dipertemukan ketika dewasa.

Hanya saja bedanya, Laras sudah menyukai Nino sejak awal, sedangkan aku, si Anak Nakal yang selalu memanfaatkan anak lelaki polos seperti Bagas.

Namun inilah takdir. Kita tidak akan tahu tentang takdir di masa depan. Bersyukur aku menemukan kebahagiaan atas takdir itu.

Aku berharap Laras dan Nino pun akan segera menyusul kami.

"Ya ampun, aku seneng banget dengernya!" ujarku dengan penuh antusia. "Eh, tapi kok bisa sih, Ras, kamu gak ngenalin wajah Nino? Padahal dia itu, cinta pertama kamu, 'kan?" tanyaku yang penasaran.

"Ya, habisnya pangling, Mbak! Dulu Nino itu imut banget, kalau sekarang jadi maskulin banget! Lihat aja, jambangnya unch... seksi banget" ujar Laras sambil mencubit gemas dagu Nino.

"Ih, buruan nikah, lo," ledekku.

"Iya, bentar lagi kok, Mbak! Tunggu undangan dari kita, ya!" ujar Laras.

Dan tak berselang lama. Aku melihat mobil hitam yang berhenti di area parkir.

Tak lama keluar Elis dan Jeni. Mereka datang dengan suami masing-masing.

Jeni membawa serta putrinya yang baru berusia 3 tahun.

"Hai!" Sapa mereka dengan heboh.

Suasana pesta pun kian meriah dengan kehadiran mereka.

Ya, Tuhan! Lengkap sudah kebahagiaanku.

Kini aku bersanding dengan pria yang kucintai, dan disaksikan oleh para sahabat, serta keluarga yang menyayangiku.

Namun meski begitu Tante Diani tidak bisa hadir pada acara hari ini. Tante baru saja melahirkan putra pertamanya.

Sehingga Tante dan suaminya masih berada di rumah sakit.

Aku sedikit bersedih karena tidak bisa datang menjenguknya.

Tetapi tidak apa-apa ... karena Tante bilang persalinan beliau lancar, dan anaknya pun juga terlahir dengan sehat. Aku turut bahagia mendengar. Dan mungkin setelah acara selesai aku akan segera bertolak ke Jogja.

Tetapi aku akan menginap semalam di rumah Nenek, ya ... setidaknya setelah kami menunaikan ibadah malam pertama, ehm!

Opps!

***

Aku dan yang lainya sedang mengobrol, tak lama Dion datang membawa serta anak perempuannya.

Aku benar-benar tak menyangka dia memenuhi undanganku.

Padahal aku menyuruh Bagas mengundangnya hanya sebatas formalitas. Karena pada saat itu aku pernah berjanji akan memberinya kabar baik tentang pernikahanku. Dan aku yakin Dion tidak akan datang. Namun ternyata datang juga, ah ... yasudahlah ....

Dengan penuh percaya diri dan keikhlasan, dia menjabat tangan Bagas.

"Selamat ya, Bro! Semoga kalian langgeng, dan aku harap kamu bisa membuat Melisa selalu tersenyum. Tidak seperti aku dulu," kata Dion.

"Iya, Dion!" Bagas menjawabnya dengan bersemangat. Kemudian keduanya tersenyum. Dan dilanjutkan dengan berpelukan.

Aku turut bahagia, mungkin inilah akhirnya dari kisah kami. Aku juga turut memeluk Dion. Kami berpelukan bertiga.

Kemudian acara ditutup dengan penampilan 'The Jamet' yang membuat suasana pesta semakin meriah.

Kami semua naik ke atas panggung termasuk Dion.

Kami berdendang ria sambil bernyanyi bersama.

'The Jamet' kembali menunjukkan aksinya setelah lama vakum karena kesibukan masing-masing para personilnya.

Laras dengan penuh percaya diri menunjukkan suara indahnya yang memanjakan telinga kami.

Tamat

Hai, semuanya ....

Aku Eva Fingers, terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti cerita Melisa hingga diakhir bahagia ini.

Semoga sehat selalu bagi kalian semua.

I love you....