21 Membuat Bimbang

Beberapa puluh menit kemudian, Maya keluar dari dalam kamar mandi dan sudah mengenakan pakaian dengan lengkap untuk tidur. Maya selama berada di kamar mandi untuk menghilangkan rasa suntuk dan amarah dengan menangis. Maya juga sudah mengeringkan rambut dengan hair dryer.

"Pa, Papa udah tidur?" tanya Maya sambil menggoyangkan bahu suaminya.

"Hmm, Ma? Udah pulang?" Justin berpura-pura baru bangun tidur.

"Udah tadi, kok. Ini baru selesai mandi. Maaf tadi pesan Papa belum Mama balas. Mama repot banget hari ini."

"Iya, nggak apa, Mama. Mama sekarang tidur aja. Besok biar Papa yang ke kantor seperti biasa."

"Papa masih, sakit, kan? Tunggu Papa pulih total aja."

"Papa udah baik-baik aja, Ma. Biar gantian Mama istirahat dulu."

"Oh, ya udah. Terserah Papa aja, tapi besok Mama ada pertemuan sama beberapa klien yang minta Mama aja yang urus . Nggak apa, kan, Pa? Bukan di kantor, kok." Maya sengaja mengambil beberapa proyek dari tangan suaminya sendiri untuk berjaga-jaga agar tidak ada lagi sesuatu yang disembunyikan.

"Iya, nggak apa Mama. Papa saja yang di kantor. Mama kalau mau ketemu klien boleh." Justin sengaja mengiyakan saja apa yang diminta oleh istrinya agar tidak dicurigai.

Maya tersenyum dan paham kalau Justin sudah mulai curiga dengan apa yang Maya lakukan. Kalau begitu, Maya akan bertindak lebih cepat dan tepat untuk menemukan apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya itu. Hanya cukup satu kali lagi ketahuan maka semua kebusukan Justin akan diungkap ke publik dan juga diberitahukan kepada orang tua Maya dan mertuanya. Maya sudah merasa muak dengan semua yang terjadi di masa lalu hingga saat ini putra mereka sudah dewasa dan hendak menikah.

"Pa, soal Mark ...."

Justin terkejut Maya menyebutkan nama putranya. Apakah Mark sudah menceritakan kepada Maya soal kamar apartemen itu? Justin jadi waspada hendak menjawab.

"Mark bilang tidak pulang rumah ada urusan penting. Lalu tadi dia sempat bilang ke Mama soal rencana melamar dokter muda itu. Papa katanya sudah setuju, ya?" Maya melanjutkan berkata dan membuat Justin sedikit tenang karena tidak membahas soal apartemen.

"Oh, soal itu. Ya, Papa ikut Mark saja. Kasihan kalau anak sudah ada pilihan tapi ditentang orang tua. Dulu kamu juga pernah merasakan itu, bukan? Rasanya gimana?" Justin sudah mempunyai rencana untuk membuat Mark tidak bersama Luna agar Justin bisa memanfaatkan Luna lebih lagi. Licik sekali pria itu.

Maya terdiam sejenak memikirkan hal itu. Namun saat mengetahui kenyataan hingga saat ini memang suaminya tidak bisa berubah, Maya jadi menyesal tidak mendengarkan apa perkataan kedua orang tuanya tentang memilih pasangan hidup. Maya jadi bingung harus berkata apa dan menanggapi seperti apa tentang keinginan putranya menikahi dokter muda yang belum jelas asal usul tentang keluarganya.

"Pa, ya udah, Mama pikir dulu. Mama mau istirahat aja. Capek."

"Iya, Ma. Kita tidur aja. Soal pasangan hidup, biar Mark putuskan sendiri. Belum tentu yang kita pilih itu menjadi jodoh yang terbaik untuk putra kita. Biar soal permasalahan cinta dipilih oleh yang merasakan saja agar tidak ada keterpaksaan dan juga penyesalan. Kalau sudah memilih sendiri dan kemudian hari merasa menyesal berarti itu kesalahan diri sendiri bukan karena perjodohan atau keterpaksaan." Justin mengatakan semua itu untuk menyinggung Maya tentang pilihan di masa lalu yang telah diambil untuk menjadi pasangan suami istri.

Sejak awal Maya sudah mengetahui kalau sifat Justin yang selalu berganti-ganti wanita dan tidak bisa setia dalam satu hati saja itu merupakan sifat yang buruk. Namun karena perasaan cinta Maya yang begitu besar sehingga menginginkan tetap menikah dengan Justin adalah pilihan diri sendiri padahal sudah ditentang oleh kedua orang tuanya. Hal itu yang ingin ditekankan oleh Justin jika suatu hari nanti kembali terungkap adanya perselingkuhan maka penyesalan Maya tidak akan berlaku karena pernikahan itu terjadi karena keinginan Maya, bukan Justin.

Maya hanya terdiam saja mendengarkan penjelasan Justin karena hatinya terasa tertusuk tajam pisau perkataan Justin. Maya teringat dengan jelas kejadian di masa lalu Karena wanita itu sudah diperingatkan oleh kedua orang tuanya untuk tidak menikah dengan Justin tetapi justru memohon agar tetap bisa menikah dengan pria yang saat ini berbaring di sampingnya. Kehidupan memang kejam cinta di masa lalu tidak mungkin bisa dipungkiri tetapi kenyataan di masa depan yang dihadapi tidak lain dan tidak bukan seperti perkataan kedua orang tua Maya waktu itu.

"Sekali orang itu berselingkuh dan dimaafkan maka ada perselingkuhan yang kedua yang ketiga yang keempat yang kelima dan selanjutnya terus-menerus akan berulang seperti itu sampai akhir hidupnya. Perselingkuhan itu merupakan penyakit yang tidak ada obatnya kecuali orang itu mati." Begitu kalimat yang dikatakan oleh papanya Maya saat Maya meminta restu untuk bisa menikah dengan Justin yang jelas-jelas memang bukan pria yang baik meski dari keluarga terpandang dan kaya raya.

Maya dan Justin berbaring dan mencoba untuk memejamkan mata mereka. Keduanya memikirkan hal yang berbeda dan masing-masing belum bisa tidur. Banyak pikiran dan juga bayangan yang menghantui tentang kehidupan rumah tangga mereka yang memang tidak baik-baik saja. Maya menjadi bimbang dan gelisah karena sudah mengetahui kalau suaminya ada main dengan wanita lain. Bagaimana kalau orang kepercayaan Maya bisa menemukan siapa wanita itu? Apakah tindakan Maya dengan menceraikan Justin adalah sesuatu yang tepat karena pernikahan mereka juga atas keinginan Maya di masa lalu? Lantas soal Mark yang mendukung Maya untuk menceraikan Justin, apakah tidak akan berdampak pada kehidupan Mark ke depan? Maya jadi merasa gelisah di dalam hati memikirkan semua itu hanya karena kalimat panjang lebar yang dikatakan oleh Justin mengusik hati Maya.

Justin merasa puas di dalam hati. "Sudah aku duga kalau kamu tidak bisa lagi berkata-kata karena sejak awal pernikahan kita terjadi karena permintaanmu bukan permintaanku. Aku merasa terpaksa harus menikahimu padahal aku masih ingin menikmati kehidupan yang panjang tanpa adanya ikatan keseriusan dengan wanita manapun. Jika pada akhirnya perselingkuhanku dengan Luna akan terungkap, maka aku akan menjelaskan semua kepada kedua orang tuamu karena memang dari awal yang menginginkan pernikahan ini dan menggenggam cinta ini hanya kamu saja. Aku bertahan hanya karena sudah memiliki putra. Mark kelak pasti juga akan paham dengan apa yang aku rasakan karena cinta itu tidak bisa dipaksakan dan perasaan bisa mati begitu saja hanya karena paksaan." Justin berbicara dalam hati dengan penuh rasa puas sudah mempermainkan perasaan istrinya sendiri.

Itulah kehebatan Justin dalam mengendalikan pikiran dan mempermainkan perasaan orang. Pria itu selain licik dalam urusan bisnis, pun juga pintar membuat orang lain stress dan merasa bersalah. Padahal Justin yang salah saat ini, tetapi Maya justru terbebani dengan semua kalimat yang diucapkan dari mulut Justin. Apakah Maya akan mengungkapkan tentang perselingkuhan yang saat ini terjadi jika sudah memiliki bukti yang kuat untuk bercerai?

avataravatar
Next chapter