webnovel

Me is me

rannaya · Urban
Not enough ratings
108 Chs

perasaan yang sehat bukan yang sakit

"cari tau siapa yang menyerang mereka barusan, dan ingat besok kalian awasi dari jauh saja, apa yang mereka kerjakan. aku tak mau kita kali ini lengah" perintah uncle lee kepada beberapa pengawalnya sebelum mereka meangguk dan mengerti perintah uncle lee yang barusan melihat video yang di dapat dari salah satu teman pengawalnya. uncle lee menarik nafas panjang, dan mulai berfikir untuk memangkas segala kegiatan dan kerja kedua anak kesayangannya. kalau ia membiarkan mereka berlama lama di shanghai bukanlah hal yang baik. terlebih ia tahu james bakal mengawasi riri dari dekat.

*****

riri dan zhi han sedang bersiap siap dengan kegiatan kerja hari ini setelah uncle lee mengirimkan jadwal kerja mereka. memang acara penghargaan akan di gelar besok malam. jadi tak salah kali ini mereka manfaatkan bekerja walau mereka terpisah tempat. Zhi han menemui beberapa relasi kerja nya begitu juga riri. namun karena jadwal Zhi han sangat padat hari ini ia tak bisa cepat menyelesaikannya.

"berikan datanya..". ucap perempuan yang sedang memakai topi dan masker hitam disertai kacamata putih kepada seorang pria suruhannya. setelah ia mendapatkan datanya ia segera menyambungkan lewat OTG handphonenya.

"sudah ku duga..itu kau!" celotehnya sambil tersenyum. ia pun segera pergi meninggalkan sebuah bangunan tua itu. setelah ia mendapatkan apa yang ia mau. di taxi ia meraih handphonenya kembali.

"james, apa kau tak berencana bertemu denganku" ucap nya yang tak lain adalah riri.

"apa kau sedang di shanghai sekarang..baby..ayo kita bertemu..where..??" ucap seorang lelaki tampan ini, james.

"tempat biasa.." ucap riri yang yang segera menyuruh supir taxi menyambangi sebuah alamat yang di berikan riri.

setelah sampai di tujuan riri berjalan menyusuri sebuah gang yang agak kumuh, dan sedikit gelap karena hanya ada cahaya lampu kecil di sepanjang gang yang ia jalani. hingga menuntunnya ke sebuah restoran besar, berkelas, yang terang benderang di ujung gang yaitu restoran Bo dou Xin ji yang berada di kawasan tersembunyi di kota shanghai. ia berjalan ke arah sebuah kursi paling ujung dari restoran, tempat biasa ia selagi muda menghabiskan waktu bertiga dengan kakak lelakinya. tempat ini tak berubah sedikitpun, hanya saja waktu yang telah berubah. ia pandangi setiap sudut ruangan restoran. kenangan itupun masih terlintas di benaknya. dimana dulu ia dan james sering kemari, menghabiskan waktu berdua, bahkan sesekali mereka pergi bertiga dengan kakak riri. canda tawa, bahkan percakapan serius sering terjadi di restoran ini oleh mereka. waktu memang tak bisa terulang.

tanpa terasa sebuah tangan besar menutupi mata riri sambil berkata. "huan ying..baby?? # selamat datang..sayang??" ucapnya di telinga riri dengan lembut sambil tersenyum menatap riri yang menoleh ke arahnya. ia segera mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan riri.

" kau tak melupakan tempat ini rupanya...aku terkesan dengan daya ingatmu" ucap james yang begitu mengagumi sosok wanita yang ada di hadapannya sekarang. bagaimanapun buat james riri adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya sesudah ibunya.

"aku tak lupa james, langsung saja..apa kau yang mengirimnya" ucap riri yang memperlihatkan gambar wajah seseorang yang memar berdarah dari handphone riri.

james memperhatikan wajah orang itu yang memang tak ia kenali. ia pun menggeleng.

"no.. kalaupun itu karyawan kita, itupun juga mustahil. karena aku memang tak mengenali nya.tak ada karyawan kita yang tampangnya seperti itu" ucap james pada riri.

"benarkah....kau tak berbohongkan" balas riri.

"untuk apa aku berbohong". ucap james yang merasa riri mencurigainya.

"baiklah,.."ucap riri sambil berdiri

"hey,,kau baru sampai dan ini belum beberapa jam disini, apa kau memang tak pernah merindukanku" ucap james yang tak percaya wanita dihadapannya ini akan pergi meninggalkannya.

"james aku ada urusan, bisakah kau tak mengucapkan kata kata seperti tadi" ucap riri dengan nada dingin.

"okey...okey..tapi tak maukah kau membahas perusahaan kita" ucap james.

"aku sudah mengatakan sebelumnya,aku tak tertarik kalau kau ingin melanjutkan perusahaan itu,ku harap...jangan bermimpi terlalu jauh". ucap riri tajam.

"tak maukah kau mengungkap pelakunya lewat perusahaan majalah kita"

"apa kau fikir itu ide yang baik, perhatikanlah dampaknya james". ucap riri yang tak mau semua terulang, terulang, dan terulang lagi hal yang sama, mengekspos kehidupan pribadinya. itu sangat menakutkan yang membuat riri sangat jijik bahkan. ia pun membalikkan tubuhnya untuk pergi namun segera di cegah james. " aku sudah menadatangi surat perjanjian kontrak dengan perusahaan ternama ri,, bisakah kau hadir dalam perayaan kesepakatan kerjasama nanti." ucap james mencoba meyakinkan hati riri bahwa niatnya baik.

"kau...jangan gegabah james,, apa kau ingin aku menghilang" ucap riri yang terkejut mendengar keputusan james tanpa bertanya kepadanya terlebih dahulu. riri pun pergi begitu saja dengan wajah yang kesal dan marah. di taxi yang ditumpanginya ia terus bertanya tanya dalam hati, mengapa james sangat bersikeras ingin kembali merintis perusahaan yang hampir riri kubur. kalau tau begini, kenapa tak ia lenyap kan saja perusahaan itu. apa perlu diambil alih dan dijadikan gudang saja fikir riri.

"tuutt..tuuutt" suara deringan telpon yang di silent riri bergetar. begitu ia melihat suaminya menelpon segera ia membenarkan wajahnya yang kesal. dan meangkat handphonenya.

"Sweetyy...kamu di mana..malam begini..kenapa belum pulang sayang, apa pekerjaanmu banyak" terdengar suara lembut namun dengan rada khawatir pada istrinya yang belum pulang.

"mmmm...aku ada urusan sebentar tadi...kenapa..kamu belum makan???.." ucap riri bertanya.

"kok tau sihh, pulang lah..aku kangen" ucap Zhi han seperti menyembunyikan maksud dari kata katanya.

"oke..aku dijalan.." ucap riri menutup teleponnya.

Zhi han mendengar ucapan istrinya yamg menuju pulang nampak lega, walau ia masih tak percaya riri secara diam diam menemui seseorang di sebuah restoran tersembunyi barusan. ia mengetahui hal ini dari para pengawalnya yang ada di shanghai yang ia tugaskan mengawasi istrinya karena tak mau kejadian malam itu kembali terjadi. walau ia tak mengetahui siapa lelaki ini. karena gambar fotonya yang memang sangat sulit di ambil karena berada di bagian yang sangat pojok dari ruangan restoran itu.terlebih sepertinya restoran itu sangat ramai pengunjung.

sebuah pelukan halus memeluk pinggang Zhi han." kau sudah makan...apa lama menungguku.." ucap riri setengah manja. Zhi han berbalik dan mengusap rambut istrinya."apa kau belum makan" balas Zhi han bertanya balik. riri menggeleng. karena ia memang tak sempat makan sekalipun tadi sehabis dari sebuah restoran.

Zhi han membawa riri ke sebuah restoran bernama A Fan Ti restauran, dan mereka memesan berbeque shalshik berbahan daging dan olahan ayam. riri yang melihat makanan yang di sajikan di depannya masih hangat segera meraih sumpitnya. sepertinya ia memang sudah tak bisa menahan laparnya. Zhi han yang melihat istrinya sedemikian menahan lapar langsung menaruh daging dan sayur di piring riri." pelan pelan makannya, kasian lambungnya nanti marah". ucap Zhi han setengah bercanda karena memang melihat wajah istrinya dengan raut wajah yang sedikit tegang dan diam. riri pun meangguk pelan karena malu, sambil mengunyah makanan yang disajikan Zhi han untuknya.

"apa kau sudah siap untuk acara besok". ucap Zhi han.

"apapun hasilnya..aku akan terima"balas riri menenangkan dirinya.

"apabila kita meraih 5 besar, maukah kau benar benar menikah denganku". ucap Zhi han menatap riri dengan serius.

riri yang mendengarnya, mencoba sedikit acuh. ia hanya diam sambil mengunyah makannya. membuat Zhi han sangat penasaran apa jawaban riri. ia menatap sangat lama sampai makanan yang di makan riri habis." apa kau tak mau memakan makananmu" ucap riri mengalihkan pembicaraan.

"aku sangat penasaran apa jawabannmu atas pertanyaan ku barusan" ucap Zhi han yang menyilangkan tangannya di atas meja makanan sambil mendekatkan wajahnya memandangi wajah istrinya.

riri yang menyelesaikan makanan

nya pun segera mengambil minuman karena temggorakannya yang terasa gatal sambil menahan batuk, karena ia sangat kebingungan ingin menjawab apa. Zhi han mengambil tissu dan mengelap bibir mungil riri sehabis minum barusan. "mmm... pernikahan itu bukanlah main main Zhi han".ucap riri sambil memasukkan makanan ke mulut Zhi han. karena Zhi han sedari tadi hanya memandanginya saja. Zhi han yang mengunyah suapan istrinya sedikit terdiam. karena ia memang tau istrinya pasti masih memendam trauma dari pernikahan terdahulu. namun tak bisakah riri berbahagia dengannya dan melupakan yang telah lalu.

"aku mengerti apa maumu Zhi han, tapi memutuskan sebuah keputusan untuk seumur hidup perlu pertimbangan banyak" ucap riri menjelaskan.

"lalu...apa artinya pernikahan yang kau ajukan padaku, apakah hanya disecarik kertas saja" balas Zhi han yang memandangi mata istrinya dari dekat mencari jawaban yang sebenarnya.

"aku juga tak meanggapnya main main, hanya saja... aku masih berproses dengan hubungan kita Zhi han, dan..bukan bearti aku tak menghargai setiap apapun yang kita lakukan..aku..hanya perlu waktu memahami semuanya tentang kamu...me.Zhi??" ucap riri sambil tersenyum tipis.

"oke..aku akan kembali menunggumu, menunggu perasaan mu seutuhnya untukku, menunggu kapan aku bisa memilikimu,,,semua yang ada dirimu" ucap zhi han membalas senyuman riri sambil mendekatkan dahinya ke dahi istrinya dengan tangannya yang membelai lembut rambut riri.

"thanks..." ucap riri yang kembali bersemangat karena pengertian Zhi han suaminya yang mau mendengarkan apa mau riri. karena riri masih harus menata hatinya dengan rapi agar Zhi han tak menemukan sedikitpun luka di hatinya. karena baginya ia ingin lelaki yang menemukan hati, dan perasaannya yang sehat bukan yang sakit.