webnovel

Me is me

rannaya · Urban
Not enough ratings
108 Chs

Kamu hanya punyaku

"mmmm... apa ya..Zhi han bagaimana kalau kau saja yang menetapkan panggilan yang cocok buat hubungan kita" ucap riri.

"aku kurang yakin apa aku bisa membuat panggilan yang pas" sejenak Zhi han berfikir karena ini adalah permintaan sang istri.

"love sweetheart, honey sweety.. kamu bisa panggil aku love ...aku yang panggil kamu honey atau aku panggil kamu sweety kamu panggil aku sweetheart" ucap Zhi han.

riri yang mendengarnya sejenak terdiam.

"mmm..oke lah..bearti ada dua panggilan yang sudah di tetapkan nih.." ucap riri meanggukkan kepalanya.

"mmmm...looveee...sweetheart lets go to the work" ucap riri memalingkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di pinggang Zhi han.

" apakah gak kepagian nih, ini baru jam 6 honey, sweety..." ucap Zhi han sambil tersenyum.

"please...breakfast...i'm hungry..." rengek riri pada Zhi han.

"wokeehhh...lets go to the eat.." ajak Zhi han sambil menggandeng tangan riri.

mereka memesan makanan di lantai bawah dan mengambil tempat duduk di pinggiran restaurant sambil menikmati suasana pagi yang masih segar tanpa polusi udara. pelayan yang memang sudah siap sedia segera menyajikan sarapan buat mereka. riri melahap makanan yang baru saja di sajikan tanpa banyak omongan sedikitpun. Zhi han yang memperhatikan istrinya makan menyilangkan tangannya keheranan. dan berfikir bahwa ia baru sadar mereka melewatkan makan malam semalam tadi akibat pertempuran yang mengasyikkan. Zhi han pun tersenyum, mengingatnya.

"kamu..kok senyum senyum gitu..ada apa sih,,aku belepotan lagi makannya..." ucap riri yang bingung.

" kamuu...kok kamuuu... " ucap Zhi han.

" oughhh...lupa...my love.." ucap riri sambil terus melanjutkan makan.

" honey...kamu kelaparan banget yaa..." ucap Zhi han.

"mmm...kayaknya, habis malam tadi gak ada jedanya..cuma bentar doang di kasih waktu.." ucap riri setengah protes.

"ups...honey...sorry...sorryyy.." ucap Zhi han sedikit malu.

"tapi habis ini kita lanjut ya..." ucap zhi han lagi sambil memainkan jarinya membentuk hati.

"whaatt...ga salah nih..kita mau kerjaaa...sadar ini udah menjelang siang.." ucap riri dengan mata melotot sambil mendekatkan bicaranya ke arah Zhi han.

"iniii..." ucap Zhi han sambil memperlihatkan massenge.

"💬..uncle tolong atur waktu pemotretan jam 10 siang ya..kami masih ada hal yang akan di urus, penting!" isi massenge Zhi han pada uncle lee yang masih tertidur pulas di kamar hotelnya.

riri yang membacanya semakin melototkan matanya tanda tak percaya dengan kelakuan suaminya.

"kamuuu...sweetheartt....." ucap riri menahan rasa malunya.

*****

dina yang baru saja mendarat di bandara internasional soekarno hatta dengan langkah pasti menuju sebuah mobil yang terparkir untuknya, dengan gaya angkuhnya ia melepaskan kacamata dan menyuruh sang sopir melaju menuju sebuah rumah yang nampak biasa biasa saja.

rifah yang tengah asyik membaca koran di ruang tamu, melihat kedatangan sang istri ia bersikap sangat cuek.

"suamiku...aku sudah pulang...apa kau tak merindukanku..." ucap dina yang duduk di samping suaminya dan merangkulnya.

rifah hanya diam, tanpa bertanya atau ingin tau darimana istrinya selama lebih seminggu ini. melihat sikap suaminya yang acuh dina pun berdiri dan pergi begitu saja dari hadapan suaminya. " awas kau..kalau perusahaan itu jatuh ke tanganku...kau pasti akan menyesalinya karena sikapmu begitu terhadapku...heran..apa ia tak mengkhawatirkan anak yang ada dalam kandunganku.. untung tak membesar nih perut, kalau tidak ibu pasti marah besar begitu tau aku hamil anak rifah.." gumamnya dalam hati sewaktu sampai ke kamar.

rifah menghentikan bacaannya, walau ia tau istrinya sedang kesal saat ini. ia hanya heran apa sebenarnya yang dilakukan istrinya selama di shanghai, rifah yakin bukan sekedar temu kangen, pasti ada rencana licik yang disusun dina untuk mengambil alih perusahaan.

"dina usaha mu takkan berhasil" gumam rifah dalam hati, karena ia menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kemana tujuan istrinya. rifah mengetahui apa saja yang sudah dilakukan dina selama di shanghai, karena laporan anak buahnya. kini ia hanya perlu menggagalkan rencana istrinya. tentu saja rifah masih berantusias untuk memiliki perusahaan itu hanya saja saat ini sangat minim relasi perusahaan yang mau membantunya. ia hanya ingin melampiaskan kemarahannya pada istrinya yang pernah menyelingkuhinya, bahkan ia sekarang berfikiran sedikit kacau, anak siapa yang ada di kandungan dina, anaknya ataukah orang lain. fikiran seperti itu selalu menghantui rifah,ia tak menyangka dina mampu berbuat yang diluar perkiraannya. bahkan rifah mengutuk dirinya sendiri yang selama ini dibodohi dina. pernikahannya hancur bahkan ia tak pernah melihat putra semata wayangnya sejak berpisah dari riri. walau sangat ingin rifah membicarakan perihal anaknya, namun enggan ia lakukan karena menyimpan rasa sesal dan malu. terlebih pada keluarga riri. tak ada foto sedikitpun tentang anaknya untuk dilihat, bahkan tak tau nama anak sendiri. membuat rifah selalu larut dengan rasa bersalahnya.

*****

suara pancuran kran air mengalir membasahi seluruh tubuh riri. tadinya riri ingin menekan tombol air hangat, namun justru salah tekan malah air dingin. seketika tubuh riri mulai menggigil. dalam dinginnya air entah mengapa ada belaian lembut dan kedua tangan yang mulai memegangi pinggang riri. riri menoleh dan baru menyadari ia tak sendirian saat ini. ada wajah yang menatapnya takjut penuh keinginan. riri membalikkan tubuhnya karena derasnya air yang mengalir menghalangi pandangannya. ia pun menyadari itu adalah Zhi han suaminya. tadinya riri fikir Zhi han sedang asyik di tempat tidur yang sedang membaca beberapa majalah. namun siapa sangka kini sudah berada di hadapan riri. wajah Zhi han terpaku tajam memandangi tubuh istrinya. ia pun mendekat dan mulai mendekap tubuh riri. riri tersadar ia lupa mengunci pintu kamar mandi tadi.

"honey..mari kita lanjutkan" ucap Zhi han.

" haah...aappaa...yaa...kamuuu.." ucap riri yang tak mengira tanpa basa basi Zhi han langsung melumat bibirnya. bahkan ia melepaskan pakaian yang tersisa di tubuh riri dengan perlahan. riri yang hampir tak bisa menahan nafas mencoba menenangkan fikiran nya sambil mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang.

"kamu gak apa apakan honey" ucap Zhi han yang melepaskan ciumannya karena nafas riri yang tersengal.

" akuu...akuuu...kaget" ucap riri yang mengeratkan rangkulannya pada Zhi han.

" lalu...bagaimana ini..aku tak bisa menahannya.." ucap Zhi han yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah riri.

" apa boleh buat...aku hanya ingin mengatur nafasku barusan" ucap riri yang terlihat sedikit gugup namun mulai tersenyum begitu Zhi han memandangnya penuh cinta.

"dengarkan aku... mulai saat ini honey hanya milikku...tak boleh siapapun mendekat terlebih menyentuhnya" ucap Zhi han sambil berbisik dan menggigit daun telinga riri.

" lalu kau...tubuhmu tak boleh kau berikan pada wanita lain.. semuanya milikku...semuanyaa" ucap riri yang mencium tengkuk leher Zhi han membuat Zhi han benar benar tak mampu membenam keinginan berlebihannya lagi. membuat hatinya semakin bergejolak panas. riri yang tadinya menggigil kini merasakan kehangatan luar biasa, tatkala Zhi han merasai tubuhnya. tanpa fikir panjang riri tak ingin mengecewakn suaminya. ia membalas semua yang dilakukan Zhi han pada tubuhnya, memberikan kesempurnaan bathin yang ia suguhkan untuk suaminya. pancuran air dingin tak ia rasakan lagi begitu Zhi han menyatukan kehangatan yang tak terkira nikmatnya. Zhi han yang mendengar sedikit desahan nafas istrinya semakin menambah nafsunya memberikan kepuasan bathin tak terhingga. ia merasakan kehangatan dan kemolekan tubuh istrinya yang menyatu dengannya. nikmat sempurna mereka rasakan bersama saat ini. tanpa memikirkan apapun yang akan mereka hadapi nanti. karena perasaan saling memiliki yang mereka ciptakan.

setelah usai percintaan yang mereka lakukan barusan. Zhi han dan riri tengah asyik berjemur di balkon kamar hotel sambil memainkan kaki mereka. riri yang tidur tiduran di pelukan zhi han menikmati udara pagi yang mulai beranjak siang. walau dalam hati mereka tak ingin beranjak dari nuansa yang romantis saat ini. tetap saja setumpuk pekerjaan tetap menanti mereka.

" sweetheart...hampir jam 10, bukankah kita mesti chek out dari hotel ini." ucap riri mengingatkan.

"yaaa...." ucap Zhi han yang tak rela waktu beranjak cepat memisahkan kehangatan romantis mereka saat ini. namun apa boleh buat ada hal yang memang harus segera di selesaikan. Zhi han kembali menciumi bibir istrinya. yang kemudian di balas riri dengan kecupan kecupan manis sambil tersenyum bahagia.