webnovel

MBA (Married By Accident)

Pernikahan yang disebabkan karena sebuah "kecelakaan" belum tentu berakhir buruk. Rexa salah seorang mahasiswa ternama di Jakarta harus bertaruh masa depan akibat perbuatannya. Ia pun kini berpindah universitas atas kemauan orang tuanya. Pertemuannya dengan gadis asal Yogyakarta menjadi babak baru dalam cerita hidupnya.

HarryKurniallah · Teen
Not enough ratings
24 Chs

Kejar terus!

Pagi-pagi sekali aku harus bangun dari tempat tidurku yang nyaman, hari ini berasa gravitasi semakin kuat karena aku susah sekali untuk beranjak dari kasurku.

"Maaf, maaf aku terlalu ceroboh" sebuah kalimat yang tiba-tiba terngiang di dalam kepalaku. Tampak dari belakang wanita itu mempunyai postur tubuh yang biasa, tapi entah mengapa aku penasaran bagaimana bentuk wajahnya, mungkin dia seperti kebanyakan kutu buku, memakai kacamata tebal, rambut tak terurus, dan diseluruh wajahnya terdapat jerawat besar, ya itu hanya sekedar imajinasi saja, tidak semuanya seperti itu, hanya gurauanku dalam hati.

Setelah mandi dan bersiap-siap menuju kampus, aku berjalan kaki sambil mencuci mataku melihat para bidadari-bidadari surga berpenampilan seksi. Aku tidak membawa kendaraan karna hanya beberapa meter dari kontrakanku menuju kampus.

Setibanya di kampus aku melihat seseorang wanita yang sedang terburu-buru melangkahkan kakinya, tidak salah lagi

"WOIIIII!!!???" Teriakku kencang berharap ia mendengarnya.

Tanpa menoleh pun ia tetap berjalan cepat menuju kelasnya, aku pun sedikit berlari santai untuk mengejarnya. Siapa sangka kalau kami ternyata 1 kelas, tapi sepertinya aku belum pernah melihatnya atau aku memang sama sekali tidak memperhatikannya sejak awal. Ini terasa aneh sekali.

Aku pun menghampirinya.

"Hai, kenalkan, namaku Rexa" Ucapku secara perlahan, mencoba bergaul dengannya.

"Aku sudah tau namamu." Sepertinya dia agak sedikit jutek

"Apa aku boleh tau siapa namamu ?"

"Namaku Lika, salam kenal" jawabnya ketus

"Nama yang sangat indah, kau tau, namamu sepertinya sudah ditulis di..."

"Hentikan, aku sudah tau kelanjutan dari omonganmu, kau ingin merayuku, lalu meniduriku, setelah itu meninggalkanku, benarkan ?" Bantahnya sebelum aku melanjutkan semua perkataanku.

Tak bisa dipungkiri, apa yang ia bicarakan denganku tidak sepenuhnya salah, aku memang seperti itu, kecuali jika aku meninggalkannya, tidak seperti itu karena aku jarang sekali memutuskan hubungan dengan seseorang, hanya beberapa orang, mungkin satu atau dua, karena aku memang tidak suka, berbeda ceritanya jika aku yang selalu ditinggalkan, mungkin itu benar apa adanya.

"Enggak gitu dong Lika, aku ga seperti itu, cuma sekedar gosip itu mah" belaku kepadanya

"Itu bukan gosip tapi fakta." Jawabnya lagi

Seperti tidak kebanyakan perempuan, dia seperti memiliki kelasnya tersendiri, entah aku yang merasa kartu as ku sudah tersebar ke seluruh penjuru kampus atau hanya dia memang sedikit susah untuk ditaklukan dan itu menjadi tantangan tersendiri bagiku.

Tapi salah satu prinsipku tidak ada yang tidak bisa kumilikis, sedikit egois memang, tapi aku menyukai prinsipku sendiri.

"Yaudah aku kebelakang dulu ya, kata orang kalo emang jodoh pasti bakal ketemu lagi" aku pun sedikit tersenyum sembari menuju belakang. Dan dia tidak menjawab sama sekali pernyataanku tadi.

Mata kuliahku pun selesai. Aku pun menuju kantin sambil melihat para wanita populer dikampus menunjukan lekuk tubuhnya. Entah mengapa sesaat dikantin seluruh pandanganku hanya tertuju pada Lika, aku tidak tau apa yang menarik dari dia, aku pun tidak bisa melihat keindahan yang dipancarkan dari dalam wanita itu.

"Rexaaaaaaaa~"

"Hay Rexa"

"Rexa, hallo ?"

"Woi goblok, diem aje lu dipanggil ama ciway caem, BANGKE LU!" Sapa Raka kesal.

Raka adalah teman setiaku, dia lebih dari sahabat baikku, dia teman masa kecil, dari sekolah dasar sampai kuliah kami selalu bersama, memang ada kesamaan nama atau sebutan untuk kami, tapi kami tidak terlalu memperhatikannya.

"Apaan sih bangsat ganggu aja" aku pun kesal karena dia aku jadi kehilangan pandangan ke arah Lika.

"Lagi elu ditegor ciway-ciway malah diem, goblok bat sih lu" lanjutnya ketus

"Awas ahh, burik lu" sembari menggeser Raka agar aku dapat kembali memperhatikan Lika. Hey, dia menghilang dsri tempat duduknya yang semula, kemana perginya.

"Nyariin siapa sih lu ? Getol amat kek nyari ikan cere di selokan" Raka memang suka ceplas ceplos, aku juga tidak tahu bagaimana sekarang dia bisa seperti itu.

"Kebetulan nih, eh lu kenal ga sama yang namanya Lika, yang tadi sekelas sama kita ?"

"Lika ? Lika ? Lika siape ye ? Oh Lika, iye gue tau, kenape emang ?" Jawabnya

"Die anak baru ya ? Kok gue baru ngeliat dia ?"

"Palelo anak baru, lu aje ga pernah negor die makanye ga tau, sok ke kerenan sih lu jadi orang makanye temen sekelas aje ga tau" ucapnya sembari menepak pundak belakangku.

"Ah masa sih, yaudah gue pergi dulu ya Ka" aku pun memukul balik pundaknya sambil berlalu pergi meninggalkannya

"REXA BANGSAT!" Teriaknya seperti marah padaku. Aku pun membalikan badan lalu menunjukan jari tengahku padanya. Hal seperti itu sudah biasa kulakukan padanya dan persahabatan kami pun tetap berjalan baik, bahkan bertambah baik.

Hampir seluruh kampus sudah kulalui tapi belum bertemu dengannya. Bahkan toilet wanita pun sudah aku lewati, tapi hasilnya tidak ada. Hanya 1 yang belum kulewati, benar, itu perpustakaan kampus, selama aku disini, akupun belum pernah menginjak tempatnya dan tak pernah tau akan seperti apa tempatnya.

"Permisi, apa bangku di depanmu kosong ?"

"Silahkan" tegasnya sembari membaca tanpa melihatku terlebih dahulu

"Kamu sering kesini ya ?"

"Sssssttttttttttt"

"Nanti jadwal kamu kosong ga ?"

"Ssssssssttttttttttttttt"

"Pulang aku anter ya ?"

"Ssssstttttttttt"

Entah kenapa aku sedikit gugup jika harus berbicara dengannya, ini seperti bukan diriku yang sebenarnya.

"Kamu tadi udah makan ?" Bodoh, pertanyaan macam apa itu, kenapa aku bertanya seperti itu padanya, aku benar-benar seperti amatir.

"Aawwww...."

Seketika ada yang menepuk pundakku dari belakang dengan keras

"KAMU BISA DIAM TIDAK ? KALAU MASIH MENGANGGU YANG LAINNYA LEBIH BAIK KAMU KELUAR!" Terdengar padat dan tegas, ya itu dia si penjaga perpustakaan kampus.

"Baik bu, maaf mengganggu yang lainnya" akupun memasang wajah melas agar bisa dikasihani. Begitu aku berbalik, kulihat Lika sedikit tersenyum kecil sambil menahan tawa.

"Kamu sih, aku kodein dari tadi ga peka, ditegur kan jadinya, sakit ga ?"

Ya Tuhan, suaranya menggairahkan sekali, ingin aku mendengar lagi dari bibirnya yang kecil, tak kusangka ia akan seimut ini, pipinya merah merona dengan rambut diikat layaknya buntut kuda, senyumnya membuat lesung pipit yang bikin tubuhku merinding tak karuan, ditambah memakai kacamata baca yang mirip seperti Mia Khalifa, STOP. Imajinasiku terlalu berlebihan dan liar. Tapi dia memang sangat indah untuk dipandang.

Walaupun aku agak sedikit malu dengan kejadian tadi aku merasa beruntung karena bisa melihatnya sedikit tertawa.

"Kalo kamu mau bicara sama aku, nanti aja selesai aku baca buku, soalnya disini ga boleh berisik" ucapnya seperti memberi harapan untukku.

Aku pun hanya memberi isyarat sebuah jempol untuk mengiyakan pernyataan dia tadi.

Hampir 2 jam aku menunggu di perpustakaan hanya untuk berbicara dengannya. Gilaaaaaaa, bagaimana caranya aku yang seorang Rexa harus bertahan berjam-jam karena hanya ingin berbincang dengan wanita yang belum kukenal lebih dekat, kurasa aku memang sudah gila sampai berani melangkah sejauh ini.

"Kamu masih kuat ?" Ucapnya pelan

"Hahhhhh ?"

"Sssssttttt jangan berisik nanti kamu dimarahin lagi"

"Hahhhhh, ga kedengeran" lanjutku

Dia pun berdiri membereskan bukunya, langsung mengajakku pergi dari tempat terbosan ini.

"Maaf ya, aku ga maksud ngerjain kamu" ucapnya lagi membuka pembicaraan denganku

"Maksudnya apa ?" Sepertinya otakku benar-benar tidak tersambung jika berada di dekatnya

"Iya kamu nungguin aku di dalem tadi, aku tau kok kamu ga biasa ke perpus atau belum pernah sama sekali ke perpus"

"Glek..." Aku hanya bisa diam dengan semua kata-kata dia barusan

"Yaudah yuk pulang, katanya kamu mau nganterin aku" lanjutnya lembut

Aku hanya mengiyakannya, aku benar-benar sudah kehabisan kata sama sekali.