16 Desember 2015
Hari ini aku memutuskan untuk mulai masuk sekolah
Sebenarnya agak mengejutkan jika berpikir, tentang apa yang terjadi padaku minggu ini.
Yah, semua bercampur aduk mulai dari rasa sakit, sedih, takut, dan bahagia,
Bagaimanapun juga aku hanya bisa mensyukurinya.
Pagi ini cuacanya cukup cerah.
Aku memandang langit
Ahh indahnya~
Tak ku sangka penglihatanku sembuh seketika.
Bengkak di mata kanan ku pun ajaibnya sirna dalam waktu hanya empat hari,
Padahal dokter bilang ini akan membekas dan membutuhkan waktu berminggu minggu untuk hilang,
Ibu juga tak kalah terkejut,
Tapi ia tetap kawatir
Hei Ren, lihat lah!
Mulai hari ini aku akan hidup tanpa dirimu
Ku harap,aku bisa melewati hari hari ini tanpamu!
Segera setelah ku habiskan sarapan aku bergegas pamit pada Ibu
"Ibu aku berangkat yaa"
"Yaa hati hati ya sayang"
Entah kenapa hari ini aku sangat semangat
Mungkin karena aku akan bertemu dia
Hai Ren, sebenarnya aku agak gugup tapi..
Baiklah aku takkan membuatnya kecewa
Reno.. lihat lah aku akan hidup ceria seperti dirimu!
Reno sangat senang bila melihat si layu ini bersemangat.
Di perjalanan menuju halte aku kembali menatap langit
Entah kenapa rasanya aku seperti diawasi oleh seseorang
Hei Ren, tak perlu mengawasi ku setiap saat dong!
Tenanglah aku bisa menghadapi mereka tanpamu kok!
Akhirnya aku sampai di halte
Aku segera duduk memindahkan tas ku di pangkuan ku agar aku dapat bersandar dengan nyaman
Sembari menunggu Bus sekolah ku tiba
Biasanya aku dan Reno akan melakukan kegiatan bodoh seperti menghitung berapa banyak orang orang yang memakai baju berwarna merah
Atau menghitung jumlah orang yang bersin
Dan menghitung banyak hal bodoh lainnya
Haha memang kita bodoh
"Bagaimana kalau menghitung berapa lama lagi seseorang akan mati?"
"Huh? "
!!!
SIAPA ITU!
AKU YAKIN ADA YANG BERBISIK PADA KU
Tapi siapa?
Aku bersumpah bisikan itu begitu jelas terdengar
Aku langsung melihat sekitar,
Memang banyak sekali orang yang juga menunggu bus
Tapi, jarak mereka terlalu jauh untuk berbisik pada ku seperti itu
Apa mungkin gadis itu?
Suara bisikan itu tepat di telinga kanan ku
Dan memang bisikan nya jelas terdengar suara seorang perempuan tapi.....
Jarak gadis ini juga masih terlalu jauh untuk berbisik.
Aku menoleh ke belakang ku,
Tentu saja ini tembok mana mungkin seseorang yang berbisik itu dari arah belakang
Mungkinkah hanya halusinasi ku saja?
Jadi..
Aku sudah gila ya?
Apa ini?
Tiba-tiba mata kanan ku berkedut
Kau tau.. Rasanya seperti perih saat matamu dimasuki oleh debu,
Tentu aku takkan menguceknya
Segera ku rogoh saku celana ku dan mengambil itu,
Ya, obat tetes mata
Aku pun perlahan meneteskan nya
Lalu dengan cepat melakukan beberapa kedipan agar obatnya merata
Huh?
Mata ku sesaat makin perih
Sial..
Apa ini, penglihatan ku jadi kabur juga
Setelah sekian detik
Kemudian pandangan ku kembali menajam
Syukur lah
Rasa lega mengalir dari jantung ku menyebarkan nya keseluruh tubuhku
"Apa kau juga dapat melihatnya?"
Lagi lagi, suara bisikan itu
Tunggu
Itu seperti suara di kepalaku
"Siapa!"
Reflek aku berteriak
Orang orang mulai menatap ku kebingungan
Sial aku seperti orang yang tidak waras
Bicara sendiri
"Ma.. Maaf"
Lirihku menyesali perbuatan kurang ajarku
Seseorang lewat di hadapanku,
Seorang wanita dewasa
Tapi yang menjadi alasan ia menarik perhatianku adalah
Itu.
Aku menatap sekitar,
Memastikan bahwa orang-orang juga melihat apa yang ku lihat
Tapi..
Dilihat dari reaksinya
Mereka seakan akan tidak menyadari nya
Jangan jangan..
Hanya aku yang dapat melihatnya.
Tentu saja siapa yang tidak terkejut dan heran melihat diatas kepala wanita itu terdapat sebuah jam digital besar angkanya berwarna merah berbentuk kotak percis jam weker di kamar ku, dan anehnya menghitung mundur,
Tuhan, apa ini..
Di situ terlihat 00:00:57
Lima puluh tujuh detik dan terus mundur
"A.. Apa itu "
Bisiku pelan
Apakah aku harus menanyakan orang lain apa mereka melihat jam itu juga?
Tidak
Tentu saja hanya aku kan yang terkejut berarti mereka tak dapat melihatnya
Gila...
Aku sudah benar benar tidak waras
Aku pun berdiri dan menjauh
Dari halte
Segera aku mengucek mataku
Keringat mengucur di tubuhku
Dapat ku rasakan kepala, leher dan punggung ku basah oleh keringat
Otak ku lelah
Mencoba mencerna apa yang kulihat ini
"Kyaaahhhhhhh aaaaa"
Teriakan orang banyak membuyarkan lamunan ku
Dan penampakan apa yang ada di sumber suara membuat siapapun akan muntah
Wanita itu, tertabrak truk saat akan meyeberang
Kepalanya remuk rata dengan aspal jalan
Bau amis darah memenuhi udara sekitar
Perutnya yang hancur menampilkan usus berwarna pink dan jeroan lainnya
"Hoeeeeeekkkk"
Dapat ku lihat sandwich sarapan ku ikut keluar dari apa yang ku muntahkan
Seketika tempat ini jadi ramai
Aku mencoba menyingkirkan diriku dari daerah sini hingga bau darah tak terendus penciuman ku
Mataku kembali berkedut
Tetes air mata mengalir di pipiku
Gigiku menggertak
Waktu kejadian ia tertabrak sama percis dengan waktu hitung mundurnya habis
Tangisan ku kian deras
Rasa sakit kembali muncul di mata kanan ku
Dan saat aku mencoba membuka mata ku
Setiap manusia yang dapat ku lihat,
Memiliki jam itu diatas kepalanya
Dan sedang hitung mundur
Hari itu aku menyadari, bahwa aku dapat melihat waktu kematian seseorang
Aku pun melihat pantulan diriku di kaca sebuah mobil
Jam itu
Tidak terdapat diatas kepalaku
Aku tidak bisa melihat kematian ku sendiri ya?
Bus sekolah ku telah tiba
Tentu saja
Semua orang yang ada di dalam bus ini memiliki jam yang sama dengan wanita itu dan juga sedang menghitung mundur
Kulihat dari sini jam kematian si supir masih lah sangat lama, apabila satuan jam nya di ubah ke tahun mungkin ia masih dapat hidup berpuluh puluh tahun lagi
Tapi yang mengganggu pandanganku adalah gadis ini
Sepertinya dia adik kelasku
Di situ nampak 33:44:52
Tiga puluh tiga jam lagi?
Yang benar saja
Apabila aku menceritakan tentang semua ini pada seseorang, apa dia akan percaya?
Aku menelan ludahku sendiri memejamkan mataku berharap segera sampai ke sekolah
Bus berhenti
Seseorang masuk
Tidak, tapi berlima
Team Bully
Itu cara aku dan Reno menyebut kelompok mereka yang di pimpin oleh Rezan
Dan ini saatnya aku mengawali hari ku sebagai seorang pecundang tanpa Reno
Pasti saat ini wajahku nampak kecewa
Karena apa yang kulihat dari lima orang yang ku harapkan cepat mati ini justru sepertinya satuan jam mereka menunjukkan bahwa mereka akan panjang umur
Dilihat dari hitungan mundurnya
Sial, berapa digit itu jamnya
Rata rata dari mereka masih memiliki sisa hidup sekitar 500 ribu jam lagi
Jika
Satu hari 24 jam
Satu minggu 24x7=168 jam
Satu bulan 168x4= 672 jam
Satu tahun 672x12= 8.024 jam
Aku mengeluarkan kalkulator dari dalam tas ku
Si bajingan Rezan, akan ku hitung kapan dia akan mati!
Jika 556.416 : 8.024 = maka masih sekitar 69 tahun lagi dari sekarang dia hidup, sial..
Ah sial salah satu dari mereka menatapku
"Hei Zan lihat,bukankah dia si culun Ryan? whoo ho ho, dia sudah tidak berkacamata lho"
"Ah? Whoa beneran?"
Mereka menghampiriku
Aku pun segera berdiri dari kursi penumpangku
"oi oi, santai kawan, kami tak kan mengganggu mu, setidaknya untuk hari ini hahaha"
"hei culun, berikan aku bekal makan siang mu, aku kelaparan!"
Aku segera menyerahkan bekal yang telah repot repot ibu siapkan untukku kepada para bajingan ini
"tolong kembalikan tempatnya, ibu ku akan menanyakan nya"
"sudah berisik, menyingkir sana"
Aku menatap sekitar
Mereka seakan tutup mata akan penindasan yang terjadi di depan mata mereka
Dasar sampah
Andai Reno masih ada setidaknya kami bisa berbagi rasa sakit ini
Bus sekolah berhenti
Di halte depan sekolah
"Terimakasih makanan nya ya si culun jelek,hahaha"
Ucap Rezan lalu melempar tempat makan siang ku yang tentu saja isinya telah ia habiskan
Aku pun memungutnya di tanah
Hei Ren lihat, semua tetap baik-baik saja kan? Meski tanpamu aku bisa melewati ini semua kok! Jadi jangan khawatir dan istirahat lah dengan tenang disana ya!
Gumamku menatap langit
Perih
Aku menggigit bibirku sendiri
Rasanya sesak
Menahan tangis
Sungguh sakit...
Menyakitkan.
Aku pun memasuki kelas
Dan di sambut dengan pemandangan yang sangat indah
"Whaa, Selamat Pagi Rangga!, Syukur lah kau sudah dapat masuk sekolah!"
Aku pun tertegun dengan keindahan ini
Ya dia yang menyapaku
Ketua kelas
Kayla
"Uhm!"
Anggukan ku membalas sapanya
"Selamat Pagi Key!"
"Mari aku antar kau ke meja mu!"
Balasnya dengan senyuman nan indah itu
Ini aneh
Seisi kelas menatapku dengan iba
Lalu Bagas menghampiriku
Cowo tertampan di kelas itu datang dan memegang bahuku
"Hei Ga, kami turut berduka cita atas apa yang terjadi padanya dan dirimu, mulai sekarang kami berjanji akan menjadi teman yang baik!"
Ucapnya
Melihat Bagas bersimpati padaku anak anak yang lain mulai berdatangan menghampiri ku
"Yeah, jadi jangan layu dan mari bergaul"
"Hei, kau terlihat lebih tampan tanpa kaca mata Ga!"
"Sial kalau begini, bisa bisa predikat cowok terjelek akan jatuh padaku"
"Ahahahahahah"
Jadi begini rasanya punya teman banyak
Pasti aku menangis
Ah sial, benar saja air mata ku menetes
Tapi ini bukan tangisan kesedihan
Ini pasti karena aku sangat bahagia
Sepertinya mulai hari ini hidupku akan berubah
Ku harap Reno juga ada disini dan merasakan ini semua
"Hei, Rangga mau ke kantin?"
"Hmmm"
"Hei, Rangga kenapa kau senyum senyum sendiri?"
"Re.. Reno?"
"Tentu lah memangnya siapa? "
Tu.. Tunggu
Suasana ini...
Tidak..
Tidak mungkin
Ini gila
Benar-benar gila
Tuhan
Apa yang terjadi padaku?
***