webnovel

Chapter 21: Permasalahan Kue Kromboloni

Mono mulai memakan kue kromboloni yang baru dia beli dan terus melihati Sako.

"Kue... Kromboloni... promo terakhir," ujar Sako lemas dan terduduk.

"Huh? kau mau kromboloni ini? aku bagi dua saja," ujar Mono.

"Tidak!! bekas laki laki, sungguh menjijikan,"ujar Sako.

"Jadi kau mau tidak?" tanya Mono.

"Tentu saja tidak. Kue itu sudah digigit olehmu. Dilihat lihat sepertinya kau laki laki sok dingin yang hanya bersifat dingin di depan wanita. Pasti kau 'cowok buaya'," ujar Sako dengan nada menghina.

Mono mulai kesal dan berkata," Hey dengarkan sini kau cewek sialan. Ini memang sudah sifatku. Jika kau ingin kue ini, tinggal bilang saja. Dasar cewek judes. Udah judes, dadanya kecil. Pasti bakal sulit dapet pacar."

"PLAKK!!"

"KURANG AJAR!!" Teriak Sako sembari menampar wajah Mono dengan sangat keras. Tamparan Sako mengenai bekas pukulan Aruta di pipi Mono. Mono terpental menabrak meja di belakangnya. Mono terkapar tak berdaya setelah terkena tamparan Sako.

"Hmph, kenapa aku bertemu orang orang aneh hari ini," ujar Sako berjalan meninggalkan kantin. Aruta dan Sako terkapar di kantin cukup lama sebelum akhirnya dibawa menuju UKS.

***

Di UKS, Mono mulai bangun dan melihat Aruta yang duduk di samping tempat tidurnya.

"A-ruta?"

"Ahh akhirnya kau bangun," ujar Aruta. Aruta masih memegangi perutnya.

"Kau kenapa?" tanya Mono.

"Aku tadi berlomba makan mie iblis dengan cewek tadi. Tapi bukannya pedasnya yang kayak iblis, malah asinnya yang kayak iblis," jawab Aruta.

"Ternyata kau korbannya juga ya. Siapa yang membawa kita kesini?" tanya Mono.

"Kata perawat di sini, Mona yang membawa kita. Katanya Mona menemukan kita terkapar di kantin dan menggendong kita kemari," jawab Aruta.

"Oh, dia ternyata."

"Omong-omong, kakakmu kan ketua osis. Kenapa kau tidak ikut menjadi anggota osis," tanya Aruta.

"Ya, aku memang bukan anggota osis sih. Tapi kakakku sering menyuruhku mengerjakan tugas seorang anggota osis. Jadi walau aku bukan anggota osis sekalipun aku tetap dipaksa mengerjakan tugas mereka," jawab Mono.

Tidak lama kemudian, Mono mendengar suara notifikasi dari ponsel miliknya. Mono mengecek ponselnya dan melihat Pak Kuroto yang mengirim pesan. Pak Kuroto berkata bahwa akan ada misi untuk Mono dan Aruta sepulang sekolah nanti. Tidak hanya mereka berdua, akan ada satu lagi anggota penyihir juntoshi baru yang akan menemani mereka.

"Penyihir juntoshi baru lagi?" ujar Mono.

"Wah aku punya junior dong," ujar Aruta.

"Tapi kan kau baru bergabung kemarin. Dia akan seangkatan denganmu," ujar Mono.

***

Sore harinya, Aruta bergegas menuju markas penyihir juntoshi. Setibanya di markas, Aruta melihat markas yang cukup sepi. Tidak lama kemudian, Bu Haruki keluar dari dapur dan membawa sebuah teh yang baru saja dia buat.

"Oh Aruta," sapa Bu Haruki.

"Uh... dimana yang lain?" tanya Aruta.

"Yang lain sedang ada yang melakukan misi. Ada juga yang memang tidak datang. Hanya ada Ibu dan Pak Kuroto saja di sini. Ibu dengar kau akan menjalankan misi pertamamu bersama Pak Kuroto ya. Pak Kuroto sedang ada di kamarnya. Mungkin kau bisa mendatanginya. Kamarnya ada di pintu sebelah vas bunga di sana Haruki menunjuk dengan tangannya. Tapi jangan lupa ketuk pintu dulu ya," ujar Haruki.

Aruta mulai berjalan menuju kamar Kuroto. Aruta sampai di depan kamar Kuroto dan mulai mengetok pintu itu. "TOK TOK TOK."

"Siapa di sana?" tanya Kuroto yang ada di dalam kamar.

"Ini aku, Aruta," jawab Aruta.

"Oh Aruta ya. Masuklah, pintunya tidak dikunci," ujar Kuroto.

Aruta membuka pintu kamar dan mulai memasuki kamar itu. Ketika Aruta memasuki kamar, Aruta melihat kamar Kuroto yang cukup sederhana. Hanya ada beberapa perabotan seperti kasur, lemari baju, lemari buku, meja, dan kursi.

"Halo Aruta," sapa Pak Kuroto.

"Halo juga pak," jawab Aruta.

Aruta melihat ke arah Kuroto yang sedang duduk di depan mejanya. Di meja itu hanya ada sebuah laptop. Namun ketika Aruta memerhatikan lagi, Aruta melihat sebuah buku yang cukup tua terbuka di depan laptop itu.

"Ada apa? Aruta," tanya Pak Kuroto.

"Buku itu tua sekali, memang itu buku apa?" tanya Aruta.

"Oh buku ini. Ya, aku menemukannya beberapa hari yang lalu," jawab Pak Kuroto. "Omong-omong, dimana Mono?" tanya Pak Kuroto

"Dia tadi dimintai tolong oleh Kak Mona. Dia sudah menolak tapi Kak Mona memohon-mohon kepadanya," jawab Aruta.

"Haha begitu ya. Penyihir baru itu juga belum datang. Mungkin kita bisa mengobrol sebentar sambil menunggu," ujar Pak Kuroto.