webnovel

MKC 3 Stick Pocky Pocky

"Woi woi woi ! Ngapain kalian pada buka baju di kelas?" seru sebuah suara yang berasal dari cewek dengan rambut pendek mirip kayak cowok penampilannya.

Otomatis gue noleh ke belakang dan melihat sebagian anak cowok pada lepas baju serempak.

"Ganti kaos lah. Kita kan mau ke sawah. Lo cewek ganti baju di toilet sana gih. Ini kelas kita, cowok-cowok. Lo yang cewek lima biji minggir deh." Cerocos anak laki berambut hitam keriting kayak mie keriting tapi gak ada pakai kuning telur jadinya entah-entah, yang gue tahu bener nama dia Budiman.

Cewek rambut pendek dan gayanya yang maskulin itu namanya Annalia. Duduknya di sebelah gue, dibarisan paling depan.

Melihat dia yang masih melotot tajam ke anak cowok di belakang dengan kedua tangannya yang ditaruh pinggang, gue yakin akan ada perang saudara sebentar lagi bakal pecah.

Annalia itu tipe cewek frontal, gak suka basa basi, kalo gak suka pasti bilang gak suka dan akan mempertahankan keyakinannya itu walau dengan cara kekerasan sekali pun.

Gue jadi bertanya - tanya apa mungkin dulu ibunya pas hamil, beliau pengen punya anak cowok tapi malah keluar cewek kali ya. Seumur hidup gue baru ketemu spesies cewek sebentuk Annalia ini.

Tapi dia keren banget. Dilihat sekilas Anna emang mirip cowok tampilannya. Kurus. Dada rata. Tinggi badan diatas rata-rata cewek kelas. Apalagi ada bulu halus di atas mulut yang banyak kayak kumis, hanya meyakinkan orang lain untuk menganggap dia itu cowok. Kata Stefie namanya babyboy atau apalah itu namanya kalau di Thailand. Who's care?

"Udah Ann, kita ngalah ajah. Gih keluar." bujuk gue.

Stefie sudah duluan kabur sama dua cewek yang lain. Tinggal kita berdua di kelas. Melawan tujuh belas cowok dengan hanya kita berdua bukan ide yang bagus. Apalagi ini masih MOS. Gue belum pengen membuat reputasi yang gak menyenangkan di awal sekolah.

"Nggak bisa Nggi. Mereka itu keterlaluan. Kan bisa tuh, minta ijin dulu mau ganti baju. Jangan sok keren pamer perut buncit gitu." Kata Anna masih dengan nada tinggi sambil nunjuk Budiman yang emang buncit perutnya.

"Ngalah bukan berarti kalah Ann." Kata gue sambil narik tangan dia keluar kelas.

"Kalo mereka minta maaf baik-baik, gue keluar." delik Anna ke arah Budiman. Yang tentu saja dibalas balik sama itu cowok item kriting gak jelas tersebut. Bisa gue rasakan ada aliran listrik tak kasat mata dari tatapan dua anak itu.

"Gue gak salah kok." sembur Budi itu tidak tahu diri. Gak tau apa dia yang nyulut api peperangan.

"Yuk Ann. Percuma ngadepin buaya satu itu." kata gue, masih berusaha narik Anna dengan kekuatan penuh yang akhirnya mau juga dia gue ajak keluar kelas setelah ngos-ngosan keluarin tenaga.

"Asal kalian tahu ajah ya, lihat itu di pojokan atas ada CCTV. Gak malu apa kalo guru BK liat kalian gak pake baju di kelas." kata gue lagi ke anak cowok sebelum meninggalkan kelas.

Dan akhirnya satu per satu cowok kelas keluar ngikutin gue dan Anna di belakang.

Seperti yang sudah diberi tahu, hari ini kita akan studi ke lapangan alias persawahan di belakang sekolah. Semua anak sudah pakai kaos olahraga.

Tetapi, Anna masih aja bersungut-sungut gak jelas apa yang dia umpatkan. Gue gak terlalu ambil pusing. Toh anak cowok pada malu sendiri dan ganti baju di toilet juga pada akhirnya.

Sawah punya yayasan itu ternyata luas banget. Kebetulan juga lagi musim tanam. Jadi, kita anak baru disuruh buat semacam laporan tentang kegiatan di sawah hari ini.

Banyak petani yang sedang sibuk menanam padi. Ada juga kakak senior dengan seragam khusus sedang ikut menanam padi di petak sawah lain. Sekitar tiga petak khusus dengan papan yang bertuliskan 'Area Praktek'. Ada sekitar tiga guru pembimbing yang mengawasi di sisi pematang sawah agak jauh dari lokasi kami.

Suatu hari gue juga bakalan ada disana kan? Praktek menanam padi.

Hanya membayangkan hal itu saja sudah bikin kepala gue nyut-nyut gak jelas.

Bukan gue takut lumpur atau panas. Cuman, gimana yah...

Rambut gue itu panjang banget sampe pantat, dan bakalan ribet musti kudu mengikat rambut dan sebagainya. Karena intinya gue bukan tipe cewek yang mau ribet, yang lebih memilih aktifitas dengan energi seminim mungkin kecuali badminton.

Cita-cita gue menjadi atlet badminton, walaupun sekedar juara tingkat sekolah gak apa-apa lah. Karena untuk jadi atlet nasional gue gak pernah lulus seleksi.

Sedih? Banget.

Baper? Of course.

But life must go on.

Gue masih belum menyerah dengan badminton.

Gue lagi ngobrol dengan salah satu petani untuk bahan bikin laporan saat terdengar ribut-ribut dari arah depan yang agak jauh dari lokasi gue berada. Si Budi sedang kumat usilnya. Bocah item itu memang gak ada habis akal bulusnya buat ngerjain anak lain.

"Please man, jauhin itu dari gue. Geli tahu." seru anak bule yang bernama Jonathan sambil menutupi dada dangan dua tangannya ketika Budi mendekatkan seekor belut yang penuh lumpur ke muka dia.

"Yaelah bro, masa sama belut ajah takut." ledek Budi sambil memutar-mutar si belut. Membuat lumpurnya menyiprat ke badan Jonathan.

"Bukan takut. Tapi geli. And you mad !" teriak Jonathan lalu berlari menjauh.

Budiman yang gak tau malu itu malah mengejar. Jadilah aksi kejar mengejar gak jelas di pematang sawah yang sempit.

Mereka seakan gak menyadari kalau banyak anak lain di pematang sawah yang sempit dan terpaksa minggir saat Jonathan lari kayak dikejar orang gila. Hingga akhirnya sampailah di depan gue, lalu...

Cebluk..!

Gue jatuh ke sawah.

Badan gue kena lumpur dari atas sampai bawah. Untung saja pas gue jatuh bukan di area yang ada benih padinya. Dan, untungnya lagi bukan wajah gue yang duluan masuk ke lumpur sawah. Tapi, rambut panjang gue ?

"Sorry." decit Jonathan tersenyum sambil mengulurkan tangan ke arah gue.

Terpaksa gue terima uluran tangan dia. Bukan untuk naik ke atas lagi, tapi narik dia supaya ikut jatuh kaya gue. Yups, gue gak mau malu sendirian. Belepotan penuh lumpur sekujur badan itu memalukan pake banget. Gue pengin anak bule ini tahu rasa, walau tersangka utama si Budi tengil.

"Kita impas, oke! Dan gue bisa naik ke atas sendiri." ucap gue setelah anak bule itu juga sama kondisinya kaya gue penuh lumpur sawah. Dia hanya bengong natap gue. I don't care bro.

Tanpa susah payah gue balik ke pematang sawah, langsung menuju Budi yang nyengir kuda melihat gue seperti stik pocky-pocky.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Ningsih_Nhcreators' thoughts
Next chapter