MKC 224
...
Keesokan harinya, perawat yang akan menemani gue melakukan terapi datang dengan wajah secerah matahari pagi. Meski diluar langit mendung dan rencana kita akan pergi ke pantai Laguna harus dibatalkan karena cuaca yang sedang tidak mendukung.
"Kita mulai sekarang ya mba." Kata ibu perawat dengan seulas senyum cerah.
Gue hanya mengangguk dan hanya melihat saja apa yang dilakukan oleh perawat tersebut. Dari membuka gips dan membimbing gue jalan tanpa bantuan kruk. Semua gue lakukan tanpa berpikir alias pikiran kosong.
Tidak benar-benar kosong sebenarnya, gue hanya tidak terlalu memikirkan bagaimana rasa ngilu saat kaki kiri gue dipaksa berjalan tanpa bantuan kruk atau saat perawat memijit pelan bagian kaki yang sedikit bengkak.
Yang gue pikiran adalah bagaimana caranya gue bisa berjalan normal secepat mungkin. Gue tidak bisa berlama-lama dengan keadaan seperti saat ini. Berjalan dengan bantuan kruk atau tidak bisa membantu pekerjaan si embok.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com