MKC 174 Bukan tidak sayang
...
Oke. Kalau soal berdebat dengan Jono, gue enggak akan pernah bisa menang. Tidak sekalipun bisa menang. Seperti saat ini. Gue tidak punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Tersadar dengan maksud tersembunyi dari kalimat Jono gue mundur hingga mentok di tembok dan handuk yang membungkus kepala gue pun jatuh karena lilitannya tidak kencang. Dasar Mami Anna!
Jono lah yang pertama kali menyadarinya dan langsung mengambil handuk yang jatuh ke lantai.
"Nggi, elo enggak apa-apa?" suara Jono terdengar jelas khawatir yang tidak disembunyikan.
Pertanyaannya dia khawatir sama gue atau dengan sesuatu yang lain.
"Elo tanya begitu emang elo udah mau pergi ke luar negeri besok? Enggak kan? Masih ada satu semester lebih buat kita bisa temu bareng. Jadi elo enggak usah lebay dan buat gue seperti satu-satunya." Dih, gue ngomong apa sih, kok jadi sok puitis gini?