Jeanna akhirnya menemani Rain yang melanjutkan menanam beberapa bunga yang tersisa. Jeanna menatap wajah Rain yang semakin kotor terkena noda tanah. Jeanna menghampiri pria itu dan berlutut di sebelahnya.
"Jangan kemari. Di sini kotor," ucap pria itu.
Jeanna tersenyum. Ia mengulurkan tangan dan mengusap wajah Rain, membersihkannya dari noda tanah.
"Kenapa kau bersenang-senang sendirian?" tanya Jeanna. "Seharusnya kau membangunkanku dan mengajakku."
"Kau … suka melakukan ini?" tanya Rain.
Jeanna mengangguk.
"Kau … benar-benar menyukai hal-hal yang aneh," ucap Rain kemudian. "Ini melelahkan. Memasak juga sangat sulit. Tapi, kau menyukai hal-hal seperti itu."
Jeanna menatap Rain. Bahkan meski itu melelahkan dan terasa sulit baginya, tapi Rain tetap melakukannya? Ah, Jeanna merasa begitu terharu hingga tenggorokannya tercekat.
"Jeanna …" Rain terdengar terkejut.
Jeanna baru sadar jika air matanya sudah jatuh ke pipi. Jeanna buru-buru menghapus air matanya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com