Sungguh. Seumur hidup Jeanna, belum pernah Jeanna bertemu dengan orang semenyebalkan Rain. Oh, tidak juga. Adik tirinya juga menyebalkan. Istri dari ayah tirinya juga. Namun, setidaknya mereka tidak pernah mengajak Jeanna makan di restoran hanya untuk menjadi penonton seperti yang dilakukan Rain saat ini!
Ketika mereka tiba di restoran tadi, Noah hanya membukakan pintu mobil untuk Rain, tapi ketika Rain pergi ke restoran, Noah tidak ikut. Jeanna sempat berhenti, tapi Rain dengan suara tak ingin dibantahnya berkata,
"Kenapa kau berhenti? Cepat jalan!"
Begitulah, akhirnya Jeanna masuk ke restoran itu bersama bosnya yang mulia itu. Begitu Rain duduk, Jeanna juga duduk di depan pria itu. Namun, tatapan Rain membuat Jeanna merasa seperti dia melakukan kesalahan super besar dan siap dipenggal.
"Apa yang kau lakukan? Berdiri!" perintah pria itu.
Jeanna langsung berdiri dan keluar dari kursi itu. Ia kini berdiri di samping kursi, seperti manekin. Masalahnya, mana ada manekin di restoran? Terima kasih pada Rain, sekarang Jeanna merasakan bagaimana rasanya menjadi manekin di restoran.
Seolah itu belum cukup buruk, ketika pesanan Rain datang, Jeanna harus menyaksikan bagaimana pria itu memotong daging steak yang tampak sangat lezat dan tentu saja, mahal itu, lalu memasukkannya ke mulut. Jeanna? Tentu saja dia hanya bisa menelan ludah. Penyiksaan semacam ini, hanya Rain yang bisa melakukannya.
"Kenapa kau belum mengobati keningmu?" tanya Rain tanpa menatap Jeanna.
Jeanna mengusap keningnya. "Ah. Ini hanya terbentur lift, tidak begitu parah. Mungkin hanya akan memar, Pak." Apa pria itu menyesal sekarang? Apa dia akan meminta maaf?
Tentu saja, tidak mungkin!
Rain menatap Jeanna dengan ekspresi datar. "Bukan yang itu. Aku tak peduli jika itu memar atau apa. Toh, itu tidak akan terlalu terlihat. Tapi, luka yang satunya."
Jeanna refleks menurunkan rambutnya untuk menutupi luka di sisi keningnya yang lain.
"Apa kau ingin mempermalukanku dengan menunjukkan wajah babak belurmu itu?" sengit Rain.
"Ma-maaf, Pak. Saya belum sempat mengobatinya semalam karena langsung tertidur dan tadi pagi …"
"Segera obati lukamu, entah kau menutupnya dengan plester atau menutupinya dengan make up. Begitu aku selesai makan, aku tak ingin melihat luka itu lagi," ucap Rain dingin.
Mendengar itu, Jeanna langsung berbalik dan berlari, melesat pergi dari sana. Bagaimana tidak berlari? Rain sudah menghabiskan setengah daging steak yang ukurannya mungkin lebih kecil dari telapak tangan Jeanna. Entah apa yang akan dilakukan pria itu jika Jeanna terlambat muncul di depannya nanti.
Tadi dia hanya menutup pintu lift. Kali ini, bisa-bisa pria itu menutup pintu penghasilan Jeanna yang kuncinya ada pada pria itu.
***
Rain memperhatikan Jeanna berhenti di samping mobil Rain dengan napas terengah. Satu tangannya menenteng high heels yang entah kapan dilepasnya, sementara tangannya yang lain menggenggam kantong plastik berlogo apotik.
Gadis itu berusaha mengatur napas dengan posisi membungkuk, tangan bersandar di lututnya. Ketika dia menoleh ke arah restoran, Rain segera mengangkat garpu yang tadi diletakkannya. Dari dinding kaca restoran ini, pasti gadis itu bisa melihat Rain dengan jelas.
Ketika Rain kembali menoleh pada Jeanna, tampak gadis itu sedang mencoba memasang plester ke lukanya dengan berkaca di jendela mobil Rain. Saat itulah, Noah turun dari mobil. Rain mendengus ketika melihat Jeanna langsung tersenyum lebar ketika melihat Noah.
Jeanna mendekati Noah dan mengatakan sesuatu. Panjang lebar. Sementara, di depannya, ekspresi Noah masih datar. Hingga akhirnya, setelah Jeanna mengakhiri ocehannya, Noah membuka mulut dan berbicara. Asisten pribadinya itu bicara tak lebih lama dari Jeanna, tapi ekspresi Jeanna seketika berubah.
Gadis itu tampak terkejut, terpukul, terguncang, atau entah apa pun itu. Yang jelas, itu bukan pertanda bagus. Rain bisa menebak jika Noah menolaknya. Meski begitu, Noah masih berbaik hati menawari membantu memasangkan plester ke kening Jeanna.
Rain mendengus puas ketika melanjutkan makan siangnya. Inilah tujuannya membawa Jeanna kemari. Membuat gadis itu menyadari posisinya.
Jika dia berpikir dia bisa merayu Noah, dia bisa bermimpi!
***