webnovel

Marrying Mr CEO

Jeanna benci menjadi orang lemah. Ia benci menjadi orang yang tak berdaya. Namun, pada akhirnya, ia menjadi orang lemah setelah kehilangan segalanya. Ia kehilangan orang tuanya, adiknya, dan … jati dirinya. Rain benci melihat gadis lemah yang hanya bisa menangis. Rain benci melihat gadis yang menyerah pada keadaan. Rain benci … gadis seperti Jeanna. Namun, pada akhirnya ia memilih menikahi Jeanna daripada harus menikah dengan wanita yang tak dikenalnya. Namun, perlakuan kasar dan sikap dingin Rain padanya perlahan membuat Jeanna berubah. Jeanna mulai melawan, hingga akhirnya, Jeanna menemukan jati dirinya kembali. Jeanna … pada akhirnya jatuh cinta pada pangeran kejam berhati es itu.

Ally_Jane · Urban
Not enough ratings
416 Chs

19 – Noah 

Jeanna berangkat kerja dengan lebih semangat pagi itu. Entah kenapa, ketika ia bangun tadi, ia tiba-tiba teringat wajah Noah. Jeanna bahkan refleks tersenyum ketika teringat bagaimana pria itu memegangi Jeanna semalam.

Begitulah pria tampan. Harus selalu sigap menolong wanita. Apa gunanya tampan, tapi selalu bersikap kasar dan kejam, seperti bosnya yang super dingin itu?

Jeanna menghela napas ketika mengingat Rain. Terlepas dari insiden di dekat klub malam kemarin, ada insiden lain yang mengusik Jeanna. Yaitu insiden di kamar ganti Rain.

Tidak. Itu bukan salah Jeanna. Jeanna pergi ke sana ketika jam pulang dan ketika Rain tidak ada di kantornya. Pria itu yang tiba-tiba masuk ke sana dan … sial! Dia bahkan berani menbuka pakaiannya di depan Jeanna!

Padahal, kemarin Jeanna langsung panik duluan dan berusaha menutup tubuhnya dengan menyedihkan. Namun, pria itu dengan santainya melepas pakaiannya, telanjang di depan Jeanna, dan berganti pakaian dengan nyaman. Jika dipikir-pikir, seharusnya kemarin Jeanna juga melakukannya seperti Rain.

Argh! Itu benar-benar memalukan. Harusnya Jeanna tetap bersikap tenang dan cool, seperti Rain. Namun, memangnya siapa yang bisa bersikap tenang dan cool di situasi seperti itu? Yah, kecuali Rain, sepertinya tak akan ada yang bisa.

Ketika Jeanna tiba di kantor, ia mengecek ruangan Rain. Kosong. Jeanna berlari secepat kilat menyeberangi ruangan untuk pergi ke ruang ganti. Namun, Jeanna langsung menjerit kaget ketika melihat sudah ada orang di sana. Itu pun, Rain, dan pria itu bertelanjang dada.

Jeanna langsung memejamkan mata. Jeanna berjalan mundur, tapi pintu di belakangnya sudah tertutup. Jeanna mengulurkan tangannya ke belakang, berusaha meraih handle pintu, tapi tak bisa menemukan handle-nya. Ayolah, kabur ke mana ini handle?

Saat itulah, Jeanna merasakan kehadiran Rain di depannya. Jeanna bisa mencium aroma pria itu. Parfum mahal. Jeanna menahan napas. Ia merasakan tangan Rain menyentuh tangannya yang mencari handle pintu dan mengarahkan tangannya ke handle pintu.

Handle berputar, lalu pintu terbuka dan Jeanna menjerit panik ketika tubuhnya jatuh ke belakang. Jeanna membuka mata ketika mendapati tubuhnya mendarat di lantai ruangan Rain. Lalu, sudut mata Jeanna menangkap bayangan di sisi kanannya. Jeanna menoleh dan menjerit kaget ketika melihat keberadaan Noah di sana.

"Ja-jangan salah paham!" panik Jeanna sembari berdiri. "Aku … kami …" Jeanna menoleh pada Rain, berharap pria itu akan menjelaskan, tapi Rain tak mengatakan apa pun dan malah membanting pintunya menutup.

Dasar pria kurang ajar! Jika bukan karena dia bos Jeanna, sudah Jeanna tendang bokongnya!

***

Rain memilih kemeja sembari mendengarkan suara Jeanna di luar.

"Aku … itu … berbagi ruang ganti dengan Pak Rain," Jeanna berkata.

Tak ada tanggapan dari Noah.

"Omong-omong, terima kasih untuk semalam," ucap gadis itu lagi.

Cih, dia bahkan tak tahu jika Rain yang menolongnya.

"Kau … um … aku ingin mentraktirmu makan siang untuk berterima kasih …"

Mendengar itu, Rain menyambar satu kemeja dengan asal, lalu keluar dari ruang gantinya sambil memakai kemeja itu.

"Dia sibuk. Tak ada waktu untuk berurusan denganmu," Rain menjawab untuk Noah.

Rain melihat kekecewaan Jeanna. Gadis itu lantas memperhatikan Rain yang belum mengancingkan kemejanya. Gadis itu menutup mata.

"Pak Rain, kemejanya belum dikancingkan," beritahu gadis itu.

"Kau pikir, aku membayarmu untuk apa?" sinis Rain. "Aku sedang malas mengancingkan kemejaku."

"Ma-maksudnya … saya yang harus mengancingkannya, Pak?" tanya Jeanna masih dengan mata terpejam.

"Lalu, aku harus meminta Noah yang melakukannya?" kesal Rain.

Jeanna membuka mata dan menatap Noah. "Kau mau melakukannya?"

"Kau!" teriak Rain.

Jeanna terlonjak kaget, lalu bergegas menghampiri Rain dengan kepala tertunduk. Rain menunduk dan melihat gadis itu mendongak untuk mulai mengancingkan kemeja Rain dari atas. Begitu selesai mengancingkan kemeja Rain hingga bawah, Jeanna bertanya,

"Saya … tidak harus memasukkan bagian bawah kemeja Pak Rain ke celana, kan?"

Tanpa menjawab itu, Rain membuka ikat pinggang dan kancing celananya. Seketika, Jeanna memutar tubuh. Rain merapikan bagian bawah kemejanya dan kembali merapikan celananya.

"Kenapa kau tiba-tiba masuk ketika aku sedang berganti pakaian? Kau mau mengintipku?" ledek Rain.

"Tidak!" sambar Jeanna. "Pak Rain yang aneh. Kenapa Pak Rain sudah ada di kantor padahal ini masih jam enam?"

Rain menyipitkan mata. "Kau … menyebutku aneh?"

Jeanna yang tersadar kesalahannya, langsung mendongak menatap Rain. "Ma-maaf, Pak, maksud saya …"

"Jangan bicara lagi!" bentak Rain. "Aku tidak suka mendengar suaramu."

Jeanna mengangguk.

"Ganti bajumu dalam lima menit, lalu keluar dari sini!" perintah Rain.

Jeanna mengangguk dan masuk ke ruang ganti, tapi Rain tersadar, jas dan dasinya masih di dalam, jadi Rain kembali masuk. Jeanna seketika panik. Rain tak menatap Jeanna dan menyambar jasnya yang ada di etalase dan mengambil acak dasi di etalase itu, lalu keluar sambil membanting pintu.

Rain melangkah pergi, melemparkan jasnya pada Noah ketika melewati Noah, lalu sambil memakai dasi, ia keluar dari ruangannya. Usai memakai dasinya, Rain merentangkan lengan dan Noah dengan sigap memakaikan jas Rain.

"Tapi, Tuan, kenapa Tuan membiarkan dia berganti pakaian di ruang ganti Tuan?" tanya Noah. "Bukankah ada loker ganti karyawan di bawah?"

"Apa aku juga harus meminta izinmu untuk melakuan sesuatu sekarang?" ketus Rain.

"Maaf, Tuan," jawab Noah. Lalu, dia tak bertanya apa pun lagi.

Ck. Apa yang dilihat Jeanna dari Noah? Apa katanya tadi? Makan siang? Cih!

***