2 MALAM YANG PANJANG (2)

Hailee mengalihkan pandangan dari tubuh berdarah di hadapannya ini dan membuang pecahan vas bunga di tangannya begitu saja.

Rasa takutnya membuat luka yang cukup dalam di tangannya menjadi tidak terasa, tubuhnya gemetar dan berkali- kali jatuh saat dia berusaha untuk bangun dan mencapai tembok, menggunakannya sebagai penopang karena kakinya terlalu lemas untuk dapat bergerak.

Detak jantungnya yang begitu cepat dan seolah memukul- mukul tulang dadanya, sama sekali tidak membantu Hailee dalam kondisinya ini.

Hal pertama yang Hailee lakukan adalah berjalan ke kamar mandi dengan terhuyung- huyung dan begitu sampai, dia memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam kloset sebelum dia mem- flush berkali- kali apa yang sudah keluar.

Dengan tubuh yang masih gemetar dan kedinginan, Hailee melangkah menuju wastafel dan menatap bayangan dirinya sendiri di sana.

Seorang wanita muda berwajah sangat pucat dan rambut hitam kusut masai membingkai wajahnya yang tirus. Rasanya hanya dalam waktu beberapa jam saja Hailee merasa dia sudah bertambah umur hingga menjadi seorang wanita berusia empat puluh tahunan.

Di sisi kepala sebelah kirinya, Hailee dapat melihat bekas luka akibat menghantam pinggiran meja dan pecahan vas bunga membuat memarnya bertambah buruk. Sayatan- sayatan kecil yang berdarah dapat Hailee lihat disana.

Dengan tangan gemetar, Hailee membuka kran air dan membasuh wajahnya yang tertutupi keringat dan darah, entah itu adalah darahnya atau darah pria di ruangan sebelah. Hailee tidak mau memikirkan itu sekarang.

Aliran air dingin yang terbasuh ke wajahnya mampu menenangkan gemuruh jantungnya dan membuat tangannya tidak terlalu gemetar lagi.

Rasa sakit di pelipis kirinya juga terasa jauh lebih baik sekarang setelah darah berhenti mengalir di sana, atau memang Hailee tidak lagi merasakan sakitnya karena otaknya yang terus berputar untuk memikirkan jalan keluar sehingga dia tidak memiliki waktu untuk mengeluh atas luka- lukanya ini.

Butuh waktu kurang lebih setengah jam bagi Hailee untuk menenangkan diri dan meninggalkan kamar mandi mewah itu dengan satu determinasi baru.

Dia telah mempertimbangkan berbagai opsi yang dia miliki; pertama, dia bisa menyerahkan diri ke polisi atas tindakannya ini, tapi ide tersebut segera Hailee hapus dari daftar pilihan karena tidak ada jaminan dia akan memenangkan persidangan.

Pria bandot tua ini adalah salah petinggi di kota T, dia adalah jaksa wilayah di sana, dengan pengaruh dan jabatannya yang tinggi, tidak mungkin Hailee bisa melenggang pergi setelah membunuhnya.

Apalagi, anak dari pria itu memiliki profesi yang sama.

Hailee bisa membayangkan dia akan membusuk di penjara selama sisa hidupnya dan tentu saja, kemungkinan dirinya tidak akan di siksa lagi setelah masuk ke dalam bui adalah mendekati nol.

Bagi orang- orang seperti mereka, menyewa seseorang untuk menyiksa dirinya di balik jeruji besi adalah hal yang semudah membalikkan telapak tangan.

Hailee bergidik dan segera mencoret ide itu, yang berarti hanya meninggalkan dirinya dengan pilihan terakhir, yaitu; melarikan diri.

Pergi sejauh mungkin dari kota T, bersembunyi di suatu tempat terpencil yang sama sekali tidak di ketahui banyak orang dan berdiam diri di sana sampai kasus ini mereda.

Mungkin setelah sepuluh atau dua puluh tahun kemudian, Hailee baru dapat kembali mendapatkan kebebasannya setelah mereka lupa akan kasus ini.

Tapi, hal itu lebih baik daripada opsi pertama. Dengan tekad baru, Hailee melangkah keluar dari dalam kamar mandi.

Hailee sengaja tidak mengalihkan pandangannya ke tubuh berlumur darah di lantai saat dia melewatinya dan memeriksa jaket serta tas Roland Dimatrio, pria yang telah dia bunuh.

Roland meletakkan segala dokumen penting di dalam tasnya serta beberapa jumlah uang cash di dalam saku jaket dan dompetnya.

Hailee segera mengambil semua itu tanpa menyisakan sepeserpun karena dirinya tahu kalau dia tengah berada dalam kondisi dimana dia membutuhkan setiap lembar uang yang bisa dimiliki.

Tidak cukup sampai di situ, Hailee menghembuskan nafas perlahan dan memejamkan mata sebelum dia membalikkan badan dan menghadapi tubuh dingin Roland Dimatrio.

Hailee sempat melihatnya, jam tangan mahal berlapis emas yang pria tua itu kenakan. Harga dari jam itu jauh lebih banyak ketimbang dari semua uang cash yang bisa Hailee temukan di kamar itu.

Dirinya merasa seperti perampok ketika dia melepaskan jam tangan dari lengan berdaging Roland and juga mengambil dua cincin dari jarinya.

Tanpa di sadari, insting untuk bertahan hidup Hailee mengalahkan rasa takutnya dan dia bersyukur karena itu. Saat ini bukan waktunya untuk besikap manja dan penakut.

Walaupun tubuhnya masih sedikit gemetar dan jantungnya berpacu, tapi Hailee jauh lebih baik daripada saat dia pertama kali melihat mayat Roland.

Selanjutnya adalah; bagaimana dirinya bisa keluar dari kamar hotel ini tanpa di ketahui oleh bodyguard Roland yang menunggunya di belakang pintu.

Beruntungnya, sebelum Roland tewas di tangannya, pria itu sempat memberi peringatan pada Alex untuk tidak mengganggunya apapun yang nanti akan dia dengar. Maka dari itu Hailee memiliki waktu yang cukup panjang sebelum para bodyguard itu menyadari ada sesuatu yang salah dan tidak wajar di dalam kamar.

Ada satu ide yang menurut Hailee begitu tricky, tapi layak untuk di coba. Mau bagaimana lagi? Dalam keadaan gila seperti ini, memang dibutuhkan solusi yang gila juga bukan?

Hailee tahu kalau setiap kamar hotel mewah seperti ini pasti dilengkapi dengan microwave, maka dari itu, dia mengambil botol parfume yang tadi dia temukan dan memasukkannya ke dalam microwave, sebelumnya Hailee membawa benda itu ke bawah ke bawah smoke detector yang berdekatan dengan sprinkler dan menarik kabel tambahan untuk menyalakannya.

Ini memang merupakan eksperimen tergila yang pernah dia lakukan. Setelah selesai menyalakan suhu tertinggi dan jangka waktu yang lama, Hailee segera bersembunyi di balik tirai di dekat pintu keluar.

Mereka yang nanti mendengar alarm dari smoke detector ataupun suara ledakan dari microwave, tidak akan menyadari kalau Hailee tidak berada di dalam ruangan itu.

Hailee berharap, rencananya berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan.

Dengan mengenakan jaket Roland yang besar dan mampu menutupi separuh pahanya karena dia tidak mengenakan apapun di baliknya dan tidak bisa menemukan pakaiannya dimanapun, Hailee menyembunyikan tubuh kecilnya di balik tirai, di samping pintu.

Rasanya detik berlalu begitu lama dan degup jantung Hailee sama sekali tidak mereda.

Ketika suara mengertak terdengar, Hailee tahu apa yang dia tunggu sebentar lagi akan terjadi, maka dari itu, dia bersiap- siap dengan menutup ke dua telinganya dengan telapak tangannya keras- keras saat suara ledakan terdengar disusul dengan alarm peringatan yang meraung nyaring di keheningan ruangan.

 ***

Cek ig story ku untuk visualisasi dan inner thought dari masing-masing karakter.

@jikan_yo_tomare

avataravatar
Next chapter