webnovel

MANTAN TERINDAH !

Amanda baru saja dikhianati kekasihnya Arman, sampai akhirnya bertemu Andrian tanpa sengaja, dia adalah seorang bad boy, suka balapan motor liar dan punya masalah dengan keluarganya ... akhirnya jatuh cinta, sayang tidak di setujui oleh kedua orang tua Amanda ... dengan Andrian merasa nyaman dan keluar dari zona nyamannya sebagai perempuan pendiam dan pemalu ... sampai sebuah tragedi memisahkan mereka berdua ...

pangeran_Biru · Urban
Not enough ratings
39 Chs

Ungkapan Cinta Yang Mengejutkan

Sebenarnya beberapa hari sebelum pertemuan perjodohan, Wahyu mengajak Amada makan malam berserta Anissa juga, di sebuah restoran mewah.

"Wah, ada apa ini Yu ? sampai mengajak mba kemari ? apa kamu ulang tahun atau perayaan perjodohanmu ?" tanya Amanda terkejut ketika Wahyu membawanya ke sebuah restoran mewah.

"Engga ada apa-apa kok mba, sungguh ini tak ada spesial pengen ngajak makan saja ! Anissa suka engga ?" Tanya Wahyu mencubit pipi gadis cantik itu dengan gemas.

"Iya pah, Anissa senang !" Anissa tersenyum dan memeluk Wahyu yang sudah di anggap papanya itu, Amanda sebenarnya tidak keberatan yang penting dia tahu siapa papa kandungnya yang sebenarnya yaitu Andrian.

Mereka pun makan bersama dengan penuh kegembiraan, Amanda menatap Wahyu harus diakui hatinya sudah tenang ketika waktu lalu merasa kehilangan karena Andrian tidak ada. Wahyu datang membawa kehangatan terutama kepada Anissa yang sudah berumur 5 tahun sekarang, berarti sudah 4 tahun sejak Andrian meninggal yang membutuhkan sosok ayah yang telah tiada.

Wahyu selalu datang dan bermain dan bercanda bersama putrinya, semakin lama dia tahu Wahyu itu seperti apa, sifat mereka berbeda. Andrian dulu cuek, cool dan sedikit brandalan sedang Wahyu lebih dewasa dan kebapakan padahal usianya lebih muda 3 tahun darinya. Hatinya pun merasa kembali terbuka tidak lagi tertutup kesedihan dan kesepian karena adanya Wahyu, walau hatinya tetap tidak tergantikan hanya untuk Andrian.

Sebenarnya banyak lelaki yang mendekatinya, apa lagi ketika papanya mencoba memperkenalkannya kepada seorang lelaki bernama Bondan sebagai rekan bisnisnya. Entah ini perjodohan atau apa, papanya sepertinya merasa Amanda harus mencari calon pengganti papa buat Anissa.

"Papa minta maaf sayang kalau ini semacam perjodohan ! papa kasihan sama cucu papa yang membutuhkan figur seorang ayah ! papa tahu kalian dekat dengan Wahyu adik Andrian, tapi dia sebentar lagi akan mempunyai istri ! dan tak mungkin dekat lagi seperti dulu !" Papanya tahu Wahyu akan di jodohkan oleh mamanya, dan Amanda menyadari semua.

"Tapi itu semua terserah kamu Amanda, kalau kamu tidak suka juga tidak apa-apa ! papa tidak akan memaksakan kehendak !" lanjut papa.

"Terima kasih pa, Amanda tahu dan mengerti !" mereka berpelukan.

-------------

"Mba sedang dekat dengan seseorang ?" tanya Wahyu ketika mereka dalam perjalanan pulang, sedang Anissa tertidur di bangku belakang, Amanda tertegun dari mana Wahyu tahu ?

"Oh itu hanya rekan bisnis saja, emang kenapa ?" tanya Amanda.

"Engga hanya bertanya saja kok !" jawab Wahyu, Amanda harus jujur kepada Wahyu.

"Dia diperkenalkan sama papa ! sepertinya papa kasihan karena Anissa sepertinya membutuhkan seorang papa !" jelas Amanda.

"Kan ada aku mba !" Amanda melirik kepada Wahyu yang dari nadanya seperti cemburu.

"Wahyu, aku minta maaf ! tapi kamu sebentar lagi akan menikah ! tidak mungkin kamu dekat dengan kami lagi !" ujar Amanda.

"Siapa bilang aku akan menikah mba ?" tanya Wahyu dan membuat Amanda tertegun.

Akhirnya mereka sampai di rumah, Wahyu memangku Anissa dan membawanya ke kamar untuk menidurkannya. Amanda menunggu untuk mendengar penjelasan dari Wahyu tadi.

"Wahyu, maafkan mba kalau salah mengerti ! kamu kan sudah di jodohkan oleh mamamu ?" tanyanya kini mereka mengobrol di bawah di ruang tengah.

"Iya memang mba, tapi itu kan tergantung aku menerima atau tidak ! cocok atau tidak karena keputusan ada ditangan Wahyu !" jawab Wahyu.

"Mba mengerti Wahyu, tapi mba tahu siapa mamamu itu !" Amanda menatap Wahyu, tanpa di duga Wahyu menyentuh tangannya dan itu mengejutkannya, ada perasaan aneh yang dirasakannya.

"Mba, ada yang harus aku bicarakan demgan mba !" Wahyu menatap Amanda membuat hatinya berdebar, dia pun menarik tangannya dari genggaman tangan Wahyu.

"Apa itu Wahyu ?" tanyanya.

"Wasiat bang Andrian kepadaku !" jawab Wahyu, Amanda menatapnya dengan tak percaya.

"Wasiat ? tentang apa ?" tanya Amanda.

"Mba pasti tahu bukan, sebelum bang Andrian meninggal dia berbicara banyak denganku ? semua berhubungan dengan mba Amanda ! intinya aku harus menggantikannya untuk melindungi dan menjaga mba Amanda serta Anissa !" Amanda tertegun.

"Tapi kamu sudah melakukannya Wahyu, dan mba berterima kasih untuk itu ! mba harap sekarang kamu memikirkan dirimu sendiri ! aku dan Anissa bisa menjalani hidup dengan baik !" jawab Amanda.

"Aku ... sudah mempunyai seseorang yang ku cintai mba ! aku tahu, tapi aku merasa bang Andrian ingin lebih dari itu !" Amanda menatap kembali Wahyu, hatinya semakin berdebar.

"Siapa itu Wahyu ?" tanyanya,.

"Aku mencintai mba !" Amanda terkejut mendengar pengakuan adik iparnya itu !

"Wahyu, mba ingin kamu jangan terlalu berlebihan dengan wasiat Andrian ! sungguh, kamu tidak usah khawatir tentang mba dan Anissa ! kami akan baik-baik saja !" jawab Amanda.

"Ini bukan karena wasiat itu saja mba ! aku tahu, ini mendadak tapi terus terang ! aku sudah lama menyukai mba Amanda dan Anissa sudah sudah ku anggap putri aku sendiri !" Wahyu kembali menyentuh tangan Amanda dan itu menimbulkan getaran aneh di dalam diri Amanda.

"Wahyu, tolong ! lupakan perasaan itu ! mba tidak ingin mempunyai masalah apapun dengan keluargamu terutama mamamu !" Amanda menarik tangannya dan berdiri untuk menghindar dari Wahyu.

"Wahyu, sebaiknya kamu pulang dan lupakan dengan pembicaraan ini !" perintah Amanda, Wahyu terdiam dan berdiri.

"Maafkan aku mba ! tapi apa yang aku katakan adalah serius dan aku tidak menarik ucapannya ! aku mengerti, aku pulang dulu mba !" Wahyu pun pulang.

Malam itu Amanda menangis dan sambil menatap foto Andrian sambil bertanya kenapa dia melakukan itu kepada Wahyu dan dirinya.

-------------

Dua hari kemudian setelah acara perjodohan, Amanda di telpon Bu Dewi mertuanya untuk bertemu empat mata, Amanda terdiam apa ini ada hubungannya dengan Wahyu, karena sudah dua hari ini dia tidak datang ke rumah, Anissa sampai bertanya kemana Wahyu. Selain itu dia mendapat kabar bahwa pertemuan perjodohan telah dilaksanakan dan dia memang tidak di undang tapi tidak masalah.

Mereka bertemu di suatu tempat Cafe yang cukup sepi. Bu Dewi menatapnya tajam seperti marah ketika bertemu.

"Amanda, aku ingin bertanya sama kamu !" tanyanya, Amanda menatap Bu Dewi kemudian menunduk.

"Apa Bu ?" tanya Amanda.

"Apa kamu suka Wahyu ?" Amanda terkejut.

"Maksud ibu ?"

"Sudah, katakan saja kalau suka !" jawabnya sedikit sinis.

"Anu bu, sungguh aku belum mengerti yang ibu katakan ! memang Wahyu sering datang kerumah dan itu wajar menurut aku ! tak ada yang aneh !" Amanda menjawab,

"Ya mungkin saja, Andrian kan sudah tidak ada ! jadi kamu kesepian !" Bu Dewi menatapnya semakin tajam.

"Ibu, sungguh sampai saat ini hubungan kami hanya sebatas itu ! tidak ada yang lain ! lagi pula perasaan aku masih tidak berubah ! dalam hati terdalam hanya ada Andrian !" Amanda meyakinkan Bu Dewi mertuanya.

"Baik, apa Wahyu mengatakan sesuatu kepadamu ?" tanya Bu Dewi. Amanda terdiam dan menghela nafas.

"Iya bu, di bercerita tentang wasiat Andrian kepadanya !" jawab Amanda,.

"Wasiat ?"

"Iya bu, mengenai untuk dia menjaga saya dan Anissa ! aku bilang, tidak usah ! aku bisa menjaga sendiri dan juga Anissa bu ! sungguh ! hanya saja ... !" Amanda terdiam.

"Hanya saja apa Amanda ? katakan saja !" Bu Dewi penasaran.

"Wahyu beberapa hari lalu mengungkap perasaan cintanya ke pada saya bu ! tapi saya menolaknya hanya karena wasiat itu !" jawab Amanda.

"Baik, ibu terima perkataanmu ! aku dengar kamu dijodohkan ayahmu ? lebih baik di terima Amanda ! kamu tidak mau hubungan kita memburuk bukan ? lupakan Wahyu !" perintah Bu Dewi sambil menatap tajam.

"Iya bu, akan kupikirkan !" jawab Amanda pelan.

"Bagus !" jawab Bu Dewi tersenyum menang.

Bersambung ....