Setelah selesai makan malam, Lisa langsung bergegas menyusul Aksa yang katanya sudah menunggu dirinya di taman belakang.
Mata Lisa langsung berbinar ketika melihat taman belakang di sulap oleh Aksa dengan begitu cepat menjadi taman yang indah.
Lampu klap klip menghiasi tempat itu bersamaan dengan balon warna warni yang ikut serta menghiasi taman.
Senyum di wajah Lisa begitu memancarkan betapa bahagia nya dirinya ini.
"Sa." Panggil Lisa ketika sudah sampai di taman belakang, tepatnya di tempat yang telah Aksa hias itu.
Aksa menoleh ke arah Lisa sambil tersenyum.
"Udah selesai?" Tanya Aksa yang langsung di anggukan oleh Lisa.
Aksa menepuk tempat di sebelahnya berharap agar Lisa juga duduk disana.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Lisa langsung duduk di samping Aksa itu.
Mereka tersenyum entah apa yang membuat suasana menjadi begitu sangat canggung saat ini.
"Sa."
"Lis."
Setelah itu keduanya terdiam, dan kembali menjadi sangat canggung.
"Lo aja yang ngomong dulu."
"Lo aja yang ngomong dulu."
Lagi, mereka kembali mengatakan hal itu dengan serentak dan membuat mereka menjadi canggung lagi.
Entahlah, sudah berapa lama mereka tak berada dalam keadaan seperti saat ini lagi. Dan memang mereka benar-benar tak ingin berada pada keadaan yang membuat mereka menjadi serba salah ini.
Lisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, jika dibiarkan seperti ini maka ini akan terus berlangsung sampai beberapa jam kedepan.
"Sa, maafkan gue ya untuk tadi." Ucap Lisa, sepertinya ia harus mencoba untuk memulai lebih dulu dalam mengutarakan Semuanya.
Aksa menghela napasnya dengan kasar, entah kenapa mood-nya menjadi buruk saat ini ketika mendengar ucapan Lisa itu.
Tak ingin membahas lagi, Aksa langsung berbaring dan kemudian menatap ke langit-langit di atas sana melihat bintang yang begitu banyak bertaburan di atas langit.
"Indah ya mereka." Ucap Aksa mencoba untuk mengalihkan pembahasan mereka berdua.
Tahu bahwa Aksa sedang tak ingin untuk membahas nya, Lisa langsung membaringkan tubuhnya di samping Aksa saja kemudian menatap langit diatas sana yang terlihat indah karena dihiasi oleh banyak bintang.
"Iya, indah. Sudah berapa lama kita tak lagi melihat bintang seperti ini?" Tanya Lisa, sepertinya ia sudah terbawa dalam suasana yang diinginkan oleh Aksa itu.
"Menurut lo? Kapan kita terakhir melihat indahnya malam ini?" Tanya balik Aksa yang langsung membuat Lisa mencoba untuk berpikir kembali.
Dengan cepat ia langsung mengingat kapan terakhir mereka seperti ini?
"Ah iya, gue ingat." Ucap Lisa yang langsung membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari langit ke arah Lisa yang ada di sampingnya itu.
"Kapan?" Tanya Aksa.
"Tepat di hari ulang tahun gue dan beberapa hari sebelum kita putus." Jawab Lisa.
Aksa tersenyum mendengar ucapan Lisa itu. Sepertinya ingatan Lisa masih benar-benar Bagus dan pastinya hal ini menunjukkan betapa Lisa begitu menghargai setiap kenangan mereka yang Sedikit. Tapi meskipun sedikit tapi mereka memiliki kenangan yang sangat indah sekali.
"Oh ya?" Jawab Aksa yang langsung membuat Lisa menganggukkan kepalanya.
Namun tak lama kemudian Lisa langsung melebarkan matanya.
Ia mulai mengingat tanggal hari ini dan bulan nya.
"Tanggal berapa hari ini?" Tanya Lisa.
"Lima belas Januari." Jawab Aksa yang membuat Lisa semakin melebarkan matanya seolah matanya ha.oir saja keluar.
Ia bangkit dari posisi berbaring nya dan kemudian menatap Aksa yang masih berbaring itu.
"Bukankah hari ini adalah hari itu?" Tanya Lisa kepada Aksa dengan sangat serius.
Namun Aksa hanya diam saja tanpa memberikan jawaban apapun. Ia tak menganggukkan kepalanya maupun menggelengkan nya.
Perlahan ia langsung menutup matanya dan hal itu membuat Lisa mengamuk.
"Aksa." Panggil Lisa sambil menggoyang tubuh Aksa yang masih terbaring itu.
"Berhentilah menggoyangkan tubuhku ini Lisa." Ucap Aksa dengan mata tertutup.
Namun bukan Lisa namanya yang akan menuruti apa yang oleh Aksa itu.
Ia tetap menggoyangkan tubuh Aksa untuk mendapatkan jawaban dari apa yang ia pertanyakan tadi.
"Sa." Ucap Lisa.
Aksa langsung memegang tangan Lisa hingga membuat Lisa yang tak siap dengan itu langsung jatuh di atas tubuh Aksa.
Aksa membuka matanya hingga membuat tatapan mereka langsung beradu tatap satu sama lainnya.
Waktu seakan berhenti sejenak, mereka seolah mengutarakan banyak hal melalui tatapan mata satu sama lain itu. Ada sesuatu yang tak bisa lagi mereka utarakan melalui bibir hingga mata lah tempat untuk mengatakan yang sebenarnya.
Bukankah ada yang mengatakan bahwa Mungkin mulut bisa berbohong tapi mata tidak sama sekali.
Ada rasa yang memang tak bisa untuk diucapkan dan sepertinya hal itu adalah sebuah kesalahan jika di ucapkan. Jadi hanya bisa untuk menyimpan nya saja.
Detik berikutnya, Lisa langsung bangkit dan menjauhi dirinya dari tubuh Aksa yang ia tindih.
"Ma-maaf." Ucap Lisa dengan ragu.
Namun Aksa sama sekali tak berbunyi, ia bangkit dari posisi berbaring nya itu sambil tersenyum.
Sementara Lisa membelakangi Aksa, ia benar-benar belum sanggup untuk menatap wajah Aksa dengan kondisi nya saat ini yang sedang begitu malu.
Jantungnya berdebar begitu cepat seolah ingin lompat dari tempatnya saat in.
Aksa menatap Lisa yang nampak sedang membelakangi dirinya itu, kemudian tanpa berpikir panjang lagi ia langsung memeluk pinggang ramping milik Lisa hingga membuat Lisa terkejut.
Baru saja ia selesai mengendalikan dirinya sendiri tapi kenapa malah semakin jadi seperti ini?
"Seperti ini aja dulu, please." Gumam Aksa ketika tahu bahwa Lisa sedang berencana untuk melepaskan pelukannya itu.
Sementara Lisa langsung diam, ia mengurungkan niat nya dan membiarkan Aksa memeluk dirinya seperti ini sesuai dengan yang ia inginkan.
Jujur saja, ia tak ingin munafik untuk saat ini. Ia benar-benar merasa begitu nyaman sekali berada di dekat Aksa seperti ini. Dan satu lagi, ketenangan yang diberikan oemh aksa seperti sebuah janji hingga ia merasa sangat betah di dekat Aksa setiap harinya.
"Gue merindukan saat seperti ini Lis." Bisik Aksa yang sontak membuat Lisa langsung menegang di tempat nya.
Apakah ia benar-benar tak salah dengar tadi? Atau memang karena ia begitu ingin masa itu kembali hingga ia juga mendengarkan kata itu lagi dan lagi seperti ini?
Semenyra Aksa menyandar kan kepalanya pada punggung Lisa. Dulu saat mereka masih pacaran ia sangat suka seperti ini dengan Lisa, karena baginya ini begitu nyaman sekali.
"Lis." Panggil Aksa beberapa menit setelah hening menguasai mereka yang nampak canggung itu.
"Iya." Jawab Lisa.
"Apakah kita masih bisa menjadi seperti dulu lagi? Gue merindukan saat itu Lisa." Ucap Aksa yang membuat Lisa langsung terdiam di tempatnya itu.