webnovel

Without Support System

Disha mengerjapkan matanya. Merasakan hangatnya cahaya matahari pagi yang menyentuh kulitnya. Wanita itu menyibakkan selimut lalu meregangkan badan.

Tunggu, jam berapa sekarang? Kenapa matahari sudah meninggi? Astaga, Disha lupa bahwa hari ini dia harus ikut Ines ke Gema Buana. Buru-buru wanita itu meluncur ke kamar mandi. Namun sebelum itu, ia terperangah mendapati bahwa dirinya menggunakan dress. Ah iya, kejadian semalam, diputusin Nino lalu diantar Jason.

Alright. Disha Nathania Ayu jomblo sekarang.

Tak masalah. Mungkin butuh waktu untuk melupakan Nino. Memulihkan segala lukanya dan menghapus kenangan bersama. Tapi semalam saat ia berada di mobil Jason, Disha bertekad bahwa ia akan self upgrade. Ia akan meningkatkan kualitas diri dan hidupnya. Meski tanpa sosok kekasih di sampingnya.

Sampai di lantai atas, ternyata Ines tak ada di kamarnya. Bos cantiknya itu pasti sudah berangkat duluan. Tapi, why? Kenapa tak membangunkannya? Apa Ines juga tak kepo tentang ia yang memakasi dress? Tak ingin tau dari mana ia pergi semalam tanpa pamit?

Sahut-sahutan pertanyaan berkeliaran di benak Disha. Ia lantas turun terbirit-birit, menyetater motornya kemudian melenggang meninggalkan rumah tanpa sarapan apalagi dandan.

****

"Aku nggak tau pasti dia kenapa dan kemana. Tadi pagi aku tanya sama Pak Jo, katanya dia lihat waktu Disha berangkat naik taksi. Terus pulangnya diantar mobil dalam keadaan lusuh dan berantakan gitu katanya."

Ines dan Saga kini tengah berada di sebuah restoran cepat saji di dekat Gema Buana. Si cantik itu sedang menjelaskan tentang sesuatu yang terjadi pada asistennya.

Semalam setelah dari kamar Disha, Ines tanya ke para maid di rumahnya. Mereka tak ada yang tau kapan dan kemana Disha pergi. Hanya saja, salah seorang diantara mereka memergoki Disha pulang dengan wajah merah bak habis nangis berjam-jam. Tak hanya maid, sebelum berangkat pun Ines tanya pada Pak Jo- security di rumahnya- tentang Disha. Dan sedikit banyak ia mendapat info dari pria paruh baya itu. Karena Pak Jo berjaga di dekat gerbang, ia lebih tau keluar masuk penghuni rumah ketimbang para maid.

"Dia putus mungkin?"

Asumsi Saga mendapat anggukan dari Ines. "Tadinya aku juga mikir gitu, Ga. Tapi kalau putus, kenapa Nino mengantar Disha pulang? Biasanya kan kalau orang putus ya udah, nggak peduli lagi. Mau si mantan belum makan, jalan kaki, kecapekan, nggak akan digubris."

Saga tertawa terpingkal-pingkal. "Tau dari mana, hm? Kamu pacaran aja nggak pernah, udah ngomongin putus aja, hahaha."

"Ih ngeselin." Ines meninju lengan Saga dengan pukulannya yang tak seberapa. "Kan aku cuma beranggapan aja dan biasanya juga gitu kok aku lihat di film-film."

Haha, bermodal nonton film, Ines jadi tau seluk beluk dunia pacaran.

"Ya kan beda, Nes. Mungkin aja mereka putusnya di mobil. Atau Nino nggak tega biarin Disha pulang sendirian. Atau--"

"Mbak."

Sebuah suara menghentikan ucapan Saga sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya. Disha berdiri di sisi meja, diantara mereka berdua.

Ines kebingungan. "Disha. Kamu kok- tau aku di sini?"

"Maaf Mbak aku bangun kesiangan. Tadi aku tanya ke Geby, katanya lagi di resto sebelah. Jadi aku langsung ke sini."

"It's okay. Lagi break time kok, jadwal aku dikit hari ini. Santai aja." Seolah mengerti apa yang baru saja menimpa Disha, Ines membiarkan wanita itu untuk tak banyak kerja dengan berkas schedulenya dulu.

Namun perkataan Ines justru makin membuat Disha tak enak hati. Ia merasa bersalah pada bosnya lantaran merasa tak profesional. Sebab kalau sudah masuk dunia kerja, jangan lagi membawa masalah pribadi di dalamnya.

Disha melirik Saga sejenak lalu berganti ke arah Ines. "Ada yang mau aku omongin sama kamu, Mbak. Banyak sih."

"Sini aja, sekalian makan siang."

Disha menggeleng cepat. "Ndak mau ada Mas Saga," kata Disha hati-hati. Takut bila pria itu langsung tersinggung.

"Yaelah kayak sama siapa aja. Emang kalau ada aku kenapa sih?"

"Ndak bisa, Mas. Girls talk only, ngerti kan?"

Saga mencebikkan bibir mendengarnya. Sebetulnya ia tau, Disha pasti hendak menceritakan terkait apa yang terjadi padanya kemarin ke Ines. Tapi ia sendiri juga pengin tau. Tapi yasudahlah, wanita emang ribet. Stigma itu sejak dulu tak pernah berubah bagi Saga.

Ah, pria mana tau rasanya jadi wanita?

Sementara Disha benar-benar hanya ingin berdua saja dengan Ines. Karena sesama wanita tentu tau dan lebih paham. Modelan kayak Saga ini, bagi Disha tak baik buat kesehatan mental bila diajak curhat. Pasti Saga akan mengolok-olok dirinya bila tau ia begitu bodoh saat berniat mempertahankan hubungannya padahal Nino jelas memilih balikan dengan mantannya. Apalagi kalau Saga dengar bahwa ia rela dandan cantik, pakai dress terbuka agar Nino tergoda, bahkan membuang rasa malunya di depan banyak orang hanya demi pria yang tak pernah bisa menghargainya. Sudah pasti Saga akan memaki-maki Disha. Betapa bodohnya asisten Ines ini.

Ya, Disha yakin pasti Saga akan bereaksi seperti itu.

Memilih tak berdebat, Saga pun menuruti permintaan Disha. Pria itu akan kembali ke kantor agensi untuk melanjutkan kesibukannya.

Sedangkan waktu break time yang tersisa, digunakan Ines untuk mendengarkan cerita Disha semalam.

Ternyata wanita itu pergi ke tempat di mana Nino dan selingkuhannya bertemu. Diam-diam tanpa ada pembicaraan ke Ines.

Si model cantik itu juga terkejut kala mendengar bahwa Disha diputuskan Nino dengan cara paling busuk yang pernah Ines dengar. Ia kira manusia brengsek dan tak punya hati macam Nino hanya ada di film dan novel. Tapi ternyata ada di dunia nyata juga. Dan itu adalah mantan Disha.

Menjadikan putus sebagai surprise di anniversary hubungannya.

Nino si bedebah. Muka pas-pasan aja sok-sokan selingkuh. Gimana kalau tampan? Hah, Ratu Elizabeth pun dia ghosting mungkin.

Penuturan Disha yang terdengar memilukan bukannya membuat Ines iba, tapi malah gatal ingin menonjok wajah Nino dengan bogeman sarung tinju.

Disha bodoh, Nino tega. Hubungan yang sangat seimbang.

Kepala Ines rasanya sudah berapi-api sekarang. "Coba aja kemarin bisa diulang. Akan aku tonjok itu muka buluknya si Nino babi," sungutnya.

"Udah Mbak. Aku ndak pa-pa kok." Disha mencoba kuat di tengah rasa sakitnya. "Aku lepasin dia, aku ikhlasin dia kalau memang dia mau kembali sama mantannya. Aku ndak bisa melarang dia lagi sekarang. Kita sudah ndak ada hubungan apapun."

Melihat Disha yang begitu dewasa menghadapi masalahnya sendiri, membuat perasaan Ines tersentuh. Betapa tegarnya asistennya ini. Berjuang meski diselingkuhi, memaafkan meski dikhianati.

"Tapi kamu tenang aja, Mbak. Aku udah janji sama diri sendiri, bahwa aku akan be better than before. Being best version in my life," senyumnya mengembang.

"Lagi pula, aku masih punya Jason dan beberapa pria di luar sana. Mungkin aku bisa berkencan dengan mereka, untuk sekadar menyibukkan diri dari bayang-bayang Nino," imbuhnya.

Ines terkekeh. Meski polos begini, tapi sebetulnya Disha itu cantik dan punya daya tarik tersendiri bagi pria yang melihatnya.

"Aku mendukungmu untuk move on, jalur menemukan orang baru tentunya." Si model kemudian tersenyum smirk.

"Well, hidup kita terlalu berharga kalau hanya untuk memikirkan cinta," imbuh Ines menyadarkan Disha. Bahwa hidup tak melulu tentang support system. Kadang kamu perlu berdiri di atas bahumu sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain.

Being best version in your life, with or without support system in your side.

olistorycreators' thoughts