webnovel

Kopi dan Gulanya

Dua hari berlalu sejak hari itu. Disha kini sedang gencar didekati Jason, apalagi pria itu berada di Yogya saat ini. Malamnya, ketika semua keperluan Ines sudah ia bereskan, wanita itu akan keluar dengan Jason sekedar dinner berdua atau berkeliling kota di atas motor.

Maklum, ABG kasmaran. Emang susah kalau sudah ditimpa virus merah jambu. Suka lupa daratan.

Ines juga baru tau kalau Jason ternyata ada di Yogya. Jangan tanya kemana Reinal! Karena pria itu disibukkan dengan pekerjaannya di Banyuwangi. Sedangkan Jason kemari karena ada proyek milik saudaranya yang harus ia handle, makanya mereka berdua terpisah.

Omong-omong soal Reinal, Ines hingga kini masih menjalin komunikasi dengan pria itu. Tiap hari tanpa henti. Saling memberi kabar atau bahkan memberi hati.

Canda hati. Cuma hati emoticon aja sih.

Tentunya tanpa sepengetahuan Saga. Bisa berabe kalau si model tampan itu tau bahwa Ines berkomunikasi lagi dengan Reinal.

Ah ya, hari ini CLOUDS MANAGEMENT diliburkan sebab bertepatan dengan hari valentine. Kebiasaan agensi kalau pas hari kasih sayang tiap tahunnya memang libur. Bukan karena ada acara, tapi memang sudah seperti budaya.

Malangnya, tak ada yang mengajak Ines kencan hari ini. Nggak punya ayang soalnya. Kalian juga, kan? Eh-

Pagi tadi, Saga mengabari bahwa ia terbang ke Bandung. Seperti perkataannya minggu lalu, pria itu akan mengontrol Frezy Gym Dago yang dikelola adiknya untuk beberapa hari ke depan.

Pukul 07.00 pagi dan ia baru saja bangun dari tidurnya. Sejam yang lalu, Ines dikejutkan oleh sebuah kiriman paket yang dibawa oleh salah seorang maid di rumahnya.

Tidak ada nama pengirim di sana. Namun di bagian luarnya tertulis: FOR MY SWEETIE.

Haha, tak perlu kuberi tau kalian sudah tau, kan?

Iya, dari Saga. Di dalamnya terdapat replika bunga lily sintetis yang dikelilingi oleh cokelat lumer berukuran mini. Tak lupa, pinggiran kotak bagian dalamnya dibubuhi stiker love di mana-mana. Oiya, satu lagi, sebuah surat cinta warna pink muda terselip di bagian tengah replika bunga lily tersebut.

Tak perlu dibacakan, biar Ines saja yang tau.

Ia geleng-geleng kepala saat membacanya. Padahal seminggu yang lalu sudah diberi buket bunga dan cokelat sebagai hadiah di hari kasih sayang. Tapi kini diberi lagi. Saga memang tak berubah, selalu saja berlebihan.

"Agenda hari ini ngapain, Mbak? Mas Saga ndak ada loh." Goda Disha saat keduanya sarapan.

Ines mengangkat kedua bahunya tak acuh, matanya tak berpindah dari hidangannya. "Mau di rumah aja deh. Nggak ada yang ngajak keluar juga."

"Yah kok lemes gitu sih? Aku jadi ndak enak nih mau ninggalin kamu."

Ines menatap Disha yang cemberut. "Kamu mau kemana?"

"Ya jalan-jalan to sama my baby honey Jason."

Haha, asisten kurang ajar! Bosnya gabut di rumah, ia malah asik-asikan main sama gebetan.

What the hell?!

"Dasar! Pacaran mulu."

"Mana ada? Orang deket biasa aja sama Jason. Aku lagi ndak pengin berhubungan dulu."

"Kenapa? Kapok ya?"

Sementara Disha menggerutu dalam hati. Bukannya kapok, tapi memang sedang ingin main-main dulu untuk saat ini. Malas menanggapi godaan bosnya, Disha menyudahi sarapannya kemudian beranjak dari kursi.

"Terserah kamu aja, Mbak. Aku mau mandi dulu, bentar lagi Jason jemput. Muah."

****

Dua kali semprotan toner spray di pipi kanan dan kirinya sudah cukup untuk finishing skincarenya hari ini. Si model cantik yang harus tetap menjaga wajahnya agar senantiasa paripurna.

Selepas mandi, wanita itu mengenakan daster rumahan dan mengaplikasikan basic skincare ke wajahnya. Rencananya ia akan pacaran dengan setumpuk novel yang dibelinya bulan lalu dan baru seperempat yang dibacanya.

Ia sendirian, Disha sudah pergi 30 menit yang lalu dijemput Jason.

Sebuah novel japanese teenlit yang baru Ines baca 20 halaman terpaksa terhenti ketika salah seorang maid memanggilnya. Maid itu lari tergopoh-gopoh dari dalam rumah menghampirinya yang berada di halaman belakang.

"Nyonya. Di depan ada tamu. Seorang pria."

Ines mengangkat sebelah alisnya. "Saga?" Lah, bukannya pria itu ke Bandung?

"Bukan. Kayaknya belum pernah ke sini."

Ines tertegun. Siapa? Rekan kerja?

"Suruh temui saya di sini aja." Maid itu mengiyakan lalu masuk ke dalam rumah lagi.

Si model sibuk menerka-nerka, siapa agaknya pria itu? Pasalnya sangat jarang seseorang berkunjung ke rumahnya. Mengingat Ines tak begitu akrab dengan orang luar. Bahkan rekan kerja di agensi pun bisa dihitung pakai jari siapa saja yang kemari.

Sebuah suara bariton khas pria membuat Ines terperanjat kaget. Ia yang duduk di kursi panjang tak mengetahui bahwa si tamu berdiri gagah di belakangnya.

"Re-Reinal?"

****

Dibalik helm full face yang menutupi seluruh wajahnya, Reinal sesekali melirik Ines dari kaca spion motornya. Wanita itu duduk di jok belakang sembari membetulkan kaitan helm yang belum terkunci sempurna. Anak rambutnya yang beterbangan menambah kesan manis dan mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Model multitalenta ini benar-benar cantik dilihat dari sisi manapun.

Setelah aksinya membuat kejutan dengan datang ke kediaman Ines diam-diam, pria itu mengajak Ines jalan-jalan. Katanya sih mau ke suatu tempat sekitar Yogya, tapi Reinal belum memberitahu. Biar surprise katanya.

Maka di sinilah mereka sekarang. Di atas triumph hitam milik Reinal di jalanan Yogyakarta yang dipadati beragam kendaraan. Tampaknya semua orang keluar rumah untuk merayakan hari valentine.

"Nes."

"Ya?" Ines sedikit memajukan wajahnya agar bisa mendengar suara Reinal yang teredam dengan bunyi motor lain.

"Kamu suka nggak cokelat yang aku kasih?"

Ines tersenyum mengingat bagaimana manisnya Reinal saat memberinya sebuket cokelat di halaman belakang tadi. Dirinya cukup terkejut mendapati bahwa Reinal menemuinya ke Yogya hanya untuk jalan-jalan berdua. Bahkan nekat berkunjung ke rumahnya diam-diam tanpa bicara apapun sebelumnya.

Peselancar itu ternyata minta Jason untuk shareloc rumah Ines. Mengingat tempo hari Jason mengantar Disha pulang, otomatis ia jadi tau kediaman si model dan asisten.

By the way, Reinal memberinya buket cokelat tadi dengan posisi sebelah kaki berlutut bak orang yang sedang melamar kekasihnya. Sambil mengatakan 'Selamat hari valentine, Ines Bethari Alvenanda. Maukah kamu kuajak berkeliling Yogyakarta?'.

Ah- si macho itu manis sekali. Mengingatnya membuat perut Ines geli sendiri.

"Sejatinya dari kecil aku suka cokelat. Jadi mau kamu memberiku cokelat jenis apapun, pasti aku makan."

Hati Reinal menghangat mendengarnya. Ia tarik lagi tangan Ines yang semula pegangan di perut sampingnya, kini lebih ke depan tepat di roti sobeknya.

Oh- betapa Ines merindukan roti sobek ini, yang dulu ia jumpai wujud aslinya di tengah pantai.

"Aku tak suka cokelat." Reinal berujar.

"Kenapa?"

"Tak suka yang manis-manis. Terutama gula."

"Jadi kamu suka yang pahit? Seperti kopi hitam?"

Reinal terkikik. "Aku memang tak suka manis. Tapi aku dibuat candu oleh cara gula berpadu dengan pahitnya kopi. Hingga keduanya menjadi utuh dan bisa dinikmati."

"Oh- I see." Ines berpikir sejenak. "Kamu tak suka gula, tapi menjadi suka saat gula bercampur dengan kopi. Right?"

"Begitulah. Tapi kalau kamu menemaniku minum kopi, mungkin aku tak perlu gula lagi."

"Kenapa?"

"Karena kamu gulanya."

Maklum, ABG kasmaran. Emang susah kalau sudah ditimpa virus merah jambu. Suka lupa daratan.

olistorycreators' thoughts