webnovel

Liburan

Ajuna mengambil tas ransel di pundak Medda dan memasukannya kedalam mobil, sesuai kesepakatan mereka akan pergi berlibur ke salah satu vila milik keluarga Wardana minggu ini.

"Yakin enggak ada lagi yang ketinggalan?"

"Enggak ada tuan, saya udah pastikan semua barang yang tuan Juna butuhkan sudah ada di dalam koper." Jawab Medda sopan.

"Baguslah, papa udah minta Joko untuk stand by. Kalau butuh apa-apa hubungin dia aja."

"Juna bukan anak kecil lagi."

"Papa tau." Jawab Dewanata sembari mengulum senyum.

"Papa cuma sedikit menghawatirkan Dya, perempuan kan biasanya selalu butuh sesuatu. Pokoknya kalau ada apa-apa hubungin Joko ya Dya."

"Baik tuan."

Briani memperhatikan perhatian Dewanata sembari mendengus, awalnya ia keheranan kenapa Dewanata bisa dengan mudah memberikan Dya cuti hanya untuk liburan dan begitu tau alasannya, Briani tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir suaminya yang sekarang menjadi sangat licik.

"Loh kalian mau liburan?" Yudistira yang baru saja kembali dari lari pagi bertanya keheranan.

"Bedua aja?"

"Kenapa, mau ikut?" tanya Arjuna sembari menatap saudaranya dengan dingin.

"Astaga, bener juga. kenapa kamu enggak ikut aja Yudis, kamu juga pasti capek kan kerja terus dari kemaren-kemaren." Yudistira menatap ibunya dengan heran.

"Enggak apa-apa kan Juna, dari pada ganjil lebih baik genap ahahaha. Kalau nanti kamu sibuk sama Dya, biar Yudistira yang temenin Medda." Ketika ibunya memberikan penekanan pada nama Dya barulah laki-laki itu mengerti.

"Oh kalau kalian enggak keberatan sih."

"Cepetan, lima belas menit belum siap gue tinggal!" ucap Juna sembari menyeret Medda memasuki mobil.

"Yudis siap-siap dulu ya pa, ma."

"Oh iya sayang, sana-sana." Ucap Briani dengan girang.

"seneng ya mas ngeliat anak-anak akur kayak gini."ucap perempuan itu dengan senyum puas, Briani tidak akan pernah membiarkan Dewanata menjalankan rencanya dengan mulus.

Yudistira terkekeh, menyadari betapa licik saudara laki-lakinya. Awalnya Yudistira terkejut karena Arjuna menyetujui ucapan ibunya, karena laki-laki yang tidak pernah memperdulikan sopan satun itu tidak memiliki rasa segan dan bisa dengan mudah menolak ide Briani kapan saja.

"Jun! astaga, bener-bener lo ya."Yudistira tidak bisa menghitung sudah berapa kali Dya menjerit kesal karena tingkah Arjuna.

"Tau begitu gue enggak mau lo ajak liburan ke sini!" kemarahan perempuan itu bukan tanpa alasan, sejak masih di perjalanan hingga sekarang mereka sudah berada di dalam villa Arjuna menganggap Yudistira dan Dya tidak ada.

"Apaan sih lo, noh udah gue bawain si Yudis biar lo enggak kesepian. Ngobrol deh lo pada, jangan ganggu gue sama Medda." Maki tuan muda Wardana sembari menyerahkan coklat hangat untuk Medda minum.

"Justru karena ada dia!" jerit Dya semakin kesal.

"Kalau tau dia ikut, gue enggak akan turun dari kamar!"

"Percuma mau protes gimana juga, dari awal Arjuna memang mau liburan sama Medda. Kita cuma pion yang di manfaatin Juna untuk dapetin apa yang dia mau." Ucap Yudis sembari mengulurkan coklat panas juga, laki-laki itu tidak akan melewatkan kesempatan.

"Jangan ganggu gue, urus aja urusan lo sendiri." Desis perempuan itu sebal kemudian membanting pintu kamarnya dengan kencang.

***

"Kenapa?" tanya Arjuna karena sejak tadi Medda menjadi jauh lebih diam.

"Non Dya enggak apa-apa tuan?"

"Ck, enggak usah di pikirn. Dia udah besar, lagian kalau memang bener-bener enggak suka di sini dia bisa langsung telefon supir untuk jemput terus pulang." Medda menganggukan kepala, perempuan itu mengernyit ketika Arjuna tiba-tiba saja menyerahkan satu tas belanja yang sangat di kenalnya.

"Tuan dapet ini dari mana?!"

"Kamar kamu lah, pake sana." Medda langsung mendekap tas belanja berisi pakaian dalam berenda yang beberapa waktu lalu ia beli di mall bersama Dya dan juga Arjuna.

"Saya tunggu sini."wajah Medda merah padam.

"Kamu beli itu memang untuk di tunjukin ke saya kan?"

"Enggak!"Kilah Medda dengan cepat, sayangnya bantahan itu justru membuat wajah Arjuna mengeras.

"Kalau bukan ke saya terus ke siapa?! kamu punya pacar?"

"Eh, enggak!"balas Medda dengan sewot.

"Sa.. saya beli ini untuk saya sendiri kok tuan. Buat saya liat sendiri." Arjuna tidak percaya begitu saja.

"Sekarang saya mau liat kamu pake lingeri itu."

"Ta..tapi.."

"Jangan uji kesabaran saya Medda." Ucap Arjuna tidak bisa di bantah, karena itu dengan bersungut-sungut Medda memasuki kamar mandi di kamar yang di tempatinya dan mulai mengganti bajunya.

Medda mengintip takut-takut, wajahnya sudah merah padam menyaksikan sendiri bagaimana pakaian yang sekarang di kenakannya sama sekali tidak bisa menyembunyikan bentuk tubuhnya.

"Kamu enggak tidur di dalem kan?" seru Arjuna dengan sebal.

"Kalau enggak keluar juga, saya yang masuk kedalem."Medda langsung panik, perempuan itu mencari apapun yang bisa ia gunakan untuk menutupu tubuh bagian depannya yang benar-benar terbuka.

'klik'

Medda langsung berbalik begitu mendengar suara pintu di kunci, tangannya sebisa mungkin menutupi tubuh bagian depannya dengan handuk kecil yang behasil ia temukan.

"Lucu juga." Gumam Arjuna sembari menganggukan kepala, laki-laki itu benar-benar kelihatan senang dengan penampilan Medda meski gadis itu berusaha menutupinya.

"Tu.. tuan, saya malu." Perempuan itu berucap lirih ketika Arjuna mendekat dan dengan mudah merampas satu-satunya penutup tubuhnya.

"Kenapa malu, lucu kok." Medda menunduk, wajahnya semakin merah padam.

"Liat saya Medda." Bisik Arjuna.

"Sayang sekali saya enggak bisa nemuin lipstick coral yang waktu Dya pilihan, penampilan kamu ini pasti akan semakin sempurna dengan lipstick itu."Arjuna menelan ludahnya dengan susah payah, darahnya berdesir melihat bagaimana mata pelayan perempuan itu menatapnya sayu. Bibir kemerahan yang basah itu juga terbuka, seolah mengundangnya untuk menyecap.

'cup'

Arjuna menunduk, mengecup bibir basah Medda sekilas.

"Tuan.." perempuan itu merengeng, Arjuna tidak tau untuk apa. mungkin karena tubuh setelah telanjangnya merasa kedinginan.

"Saya.. udah boleh ganti baju?"

"Boleh." Jawab Arjua lirih, jari-jarinya sekarang sudah berputar di renda-renda kecil di sekitar dada Medda.

"Biar saya bantu kamu ganti bajunya." Arjuna menyeringai kemudian begitu saja mendorong Medda untuk merapat ke tembok kamar mandi.

Dya yang memang menempati kamar di samping kamar Arjuna langsung mengumpat, dinding kayu yang tipis membuat perempuan itu mendengar kesibukan Arjuna dan Medda. Merasa tidak tahan, perempuan itu memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton televisi di ruang depan.

"Belum tidur?"

"Enggak usah basa basi." Yudistira menanggapi ke sinisan Dya dengan tawa, tanpa merasa takut laki-laki itu menjatuhkan bokongnya tepat di samping Dya.

"Mereka benar-benar berisik." Keluh laki-laki itu menunjuk kamar Arjuna yang memang ada di tengah-tengah kamar mereka.

"Karena mereka udah sibuk sendiri, gimana kalau kita juga buat ke sibukan?" Yudistira menampilkan senyum terbaiknya, laki-laki itu dengan perlahan mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Dya yang panjang.

"Cantik." Bisiknya sembari mengecup harum rambut Dya yang ada di genggamannya, merasa tidak mendapat penolakan Yudistira mencoba menjadi lebih berani dengan mencoba mencuri kecup dari bibir Dya yang sejak tadi tertutup rapat.