webnovel

Belanja

Arjuna mengepalkan tangan dengan kuat, mati-matian berusaha menahan diri karena tujuannya untuk menemui Dewanata bukan untuk membahas soal kematian ibunya. Ada hal penting lain yang harus laki-laki itu pastikan, karena itu Arjuna mengulurkan ponsel dan menunjukan rekaman cctv yang di berikan Jo kepadanya.

"Papa ngapain manggil Medda ke ruang kerja?"

"Papa cuma minta Medda beresin beberapa barang di ruang kerja papa."

"Jangan macem-macem pa, Juna enggak pernah peduli sama apa yang mau papa lakuin. Tapi kalau papa ganggu Medda, udah lain urusannya. Juna enggak akan diem aja." Desis laki-laki itu tajam.

"Papa tau Juna, papa ngerti jadi kamu enggak usah khawatir." Ucap Dewanata sembari menepuk pundak anaknya pelan.

***

Medda memainkan tali tasnya dengan bosan, ia sedang menunggu Juna yang belum juga kembali dari toilet. Saat ini mereka sedang berada di salah satu mall di pusat kota, Arjuna membawa Medda ketempat tersebut setelah berkunjung ke makam ibu mereka.

"Medda, iya kan?" perempuan itu menoleh, ia mengenali perempuan cantik yang dengan riang langsung memeluknya.

"Eng, non..Dya?"

"Ih seneng deh kamu inget aku." Dya berseru heboh.

"Kamu sendiri?" Medda menggeleng, perempuan itu dengan kikuk menatap sekeliling mencari-cari majikannya.

"Lo ngapain?" Arjuna tiba-tiba saja muncul, laki-laki itu langsung memasang gestur siaga dengan menyembunyikan Medda dalam pelukannya.

"Ck, ada pawangnya ternyata."Dya menggerutu sebal.

"Enggak usah ganggu, pergi sana."

"Ya ampun, enggak usah terang-terangan kali Jun."

"Pergi Dya." Usir Juna tanpa perasaan, sedangkan sejak tadi Medda terus diam. Otaknya terus saja memutar permintaan Dewanata kepadanya.

"Yaudah lah, dah Medda semoga bertah ya jalan-jalan sama laki-laki arogan kayak Juna."

"Tung.. tunggu!" Medda dengan cepat menarik tangan Dya.

"Non Dya sendiri? Kalau iya, ikut aja."

"Medda.." Arjuna jelas menolak, Medda memutar otaknya dengan cepat. Mencoba mencari alasan paling masuk akan untuk membawa Dya bergabung bersamanya.

"A.. ada barang yang mau saya liat, eng.. kalau non Dya enggak keberatan saya mau minta tolong non Dya untuk bantu pilih."

"Barang? Kamu mau liat apa?"

"Eng.. i.. itu." tunjuk Medda kesembarang arah, Dya tidak bisa menahan tawa begitu menyadari kalau Medda menunjuk toko pakaian dalam. Sedangkan Arjuna, wajahnya mulai memerah karena membayangkan yang iya-iya.

"Eh.. i.. itu maksudnya.."

"Pft! Enggak apa-apa Medda, aku paham kok." Seru Dya sembari mengedipkan mata.

"Well, kalau memang kamu butuh saran dari perempuan ini, oke lah dia boleh ikut."Medda menunduk, wajahnya sudah benar-benar merah padam sekarang.

"Pilih yang berenda ya atau berbulu juga oke, kayaknya kamu bagus pake itu."

"Hahahahahaha."

***

Medda menerima satu paperbag lagi untuk ia pegang, sejujurnya kakinya sudah sangat lelah karena begitu keluar dari toko pakaian dalam Arjuna terus membawanya berkeliling sembari berdiskusi dengan Dya barang-barang apa lagi yang cocok untuk Medda kenakan dan tentu saja semua biaya di tanggung oleh Arjuna.

"Jangan merah!"

"Ini bukan merah, tapi coral!" Dya tidak mau kalah, sejak tadi ia dan Arjuna terus saja berdepat tentang barang-barang yang akan di kenakan oleh Medda.

"Ck, ini aja nih. Warna bibir, alami."

"Enggak, ini aja. cocok di Medda, dia kan putih."

"Enggak ada, udah warna ini aja." Arjuna tidak mau kalah.

"Eng, gimana kalau kakanya nyobain langsung aja mas.. mba? Biar tau cocoknya warna apa." Penjaga toko mencoba mencari jalan tengah yang untungnya langsung di setujui oleh dua manusia keras kepala tersebut.

"Nah ini, kakanya boleh Cobain yang coral dulu." Medda menurut, dengan kikuk ia pulas lipstick ke bibirnya yang mungil.

"Cantik banget!" Dya langsung berseru heboh.

"Liat kan, Medda cocok banget pake warna ini." Medda menatap wajahnya dengan perasaan kagum, lipstick yang barusan di gunakannya memang luar biasa bagus dan sangat berbeda dengan lipsticknya yang ia beli seharga lima belas ribu rupiah di toko kosmetik di pasar.

"Yaudah bungkus." Perintah Arjuna tanpa pikir panjang.

"Sekalian sama alat makeup yang lain."

"Baik tuan." seru si penjaga toko kegirangan.

Saat sedang mengurus pembayaran, perut Medda tiba-tiba saja berbunyi. Meski Dya sudah berbaik hati untuk tidak tertawa Medda tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

"Kita makan dulu, abis itu baru keliling lagi." Ucap Arjuna sembari mengambil semua kantung belanjaan di tangan Medda.

"Keliling lagi?" Medda menggelengkan kepala.

"Kalau tuan masih mau keliling, saya pulang duluan boleh?"

"Kamu enggak mau keliling lagi?" Lagi-lagi Medda menggelengkan kepala, ia menunjuk semua tas belanja dengan pandangan horror.

"Lemari di kamar saya aja belum tentu bisa nampung semua barang-barang ini."

"Haah, yaudah sekarang kamu mau makan apa?"

"Non Dya mau makan apa?" Medda malah balik bertanya kepada Dya yang sejak tadi tidak bisa berhenti tersenyum melihat pasangan tersebut berdebat.

"Kok kamu nanya Dya, kan saya duluan yang nanya kamu mau makan apa?!"

"Saya mau makan, makanan yang di lagi di pengen sama non Dya juga."

"Ck, repot banget sih." Gerutu Arjuna dengan sebal.

"Kamu udah pernah makan shusi Da?" Tanya Dya dengan jahil, ia tahu Arjuna membenci makanan satu itu.

"Belum, enak non?"

"Enak! Kita Cobain yuk."

"Ck, enggak enak. Jangan percaya sama dia."

"Kamu liat dulu deh Da menunya, kalau enggak suka kita bisa kok pilih restoran lain." Bujuk Dya yang langsung di angguki Medda tanpa ragu.

Medda memandang berbagai tampilan shusi dengan mata berbinar, perempuan itu begitu saja tertarik ingin mencoba begitu melihat iklan yang di tampilkan di layar display.

"Gimana, mau?" tanya Dya.

"Mau! Saya mau non, boleh tuan?" Dya mengulum senyum kemudian menatap Arjuna yang sudah berwajah masam, laki-laki itu tidak pernah mau menurutinya untuk memasuki restoran shusi itu sebelumnya.

"Ayo lah." Dengan di pandu oleh pelayan, mereka menempati ruangan privat. Medda membalik buku menu dengan semangat dan sesekali bertanya kepada Dya tentang menu-menu yang tidak ia mengerti.

"Duh, saya permisi ke toilet sebentar ya tuan, nona."

"Oh iya, kamu tanya aja ya sama pelayan toiletnya di mana. Nanti di tunjukin kok."

Setelah Medda pergi, Dya melipat tangannya dan menatap Arjuna dengan lekat. Hari ini perempuan itu benar-benar terkejut melihat sisi Arjuna yang tidak pernah ia sangka akan bisa Dya temui dari laki-laki paling dingin sejagad raya tersebut.

"Apa?" tanya Arjuna jengah.

"Gue enggak nyangka kalau lo bisa jadi 'bucin'." Ucap Dya sembari menggerakan jari membuat tanda petik.

"Gila ya, jadi lo sama Medda ini beneran ada hubungan?"

"Kepo lo."

"Eh mau kemana?" tanya Dya dengan cepat begitu melihat Arjuna mendorong kursinya.

"Toilet, lo di sini aja jagain makanan kalau dateng."

"Loh, jun! Arjuna!" jerit Dya yang kesal karena di tinggalkan begitu saja.