webnovel

LYORA IS MINE

.Romance @start27juni2021 Lyora tak tau jika pria yang menculiknya merupakan bagian dari masa lalunya. Lyora mengalami kecelakaan yang masih menimbulkan tanda tanya besar bahkan hingga dirinya mengingat kembali semua momen, ia masih tak tau bagaimana ia bisa mengalami kecelakaan besar hingga ingatannya hilang. Disisi lain, Sean dengan sisi gelapnya, pembawaan dinginnya serta kekayaan yang dimilikinya mampu membuat apapun yang ia inginkan akan ia dapatkan. Kecelakaan yang menimpa kekasihnya merupakan hal yang besar, Sean ingin semua hama yang mencoba menjatuhkan mereka ia singkirkan dengan tangannya sendiri. "Bagaimana bisa aku tetap berada disampingmu sedangkan kamu melakukan hal yang sangat mengganggu ku!" -Lyora Axelyn "Lyora Axelyn! Kamu milikku, sekali aku berkata begitu kamu akan selamanya menjadi milikku." -Sean O'Pry

Silvergoals · Urban
Not enough ratings
313 Chs

BAB 17 - LYORA IS MINE

"Bagaimana Robert? Apa semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Sean sembari berjalan menaiki satu persatu anak tangga dengan di dampingi seluruh bodyguardnya. Kali ini ia mengarahkan seluruh anak buahnya yang berada di pulau ini bersamanya untuk ikut serta melihat sesuatu yang menarik menurutnya. Lyora? Ia tau pulau ini sangat aman, tak masalah meninggalkan Lyora di dalam kamar sendiri, lagipula Lyora pasti ingin bebas tidur nyenyak tanpa bodyguard di setiap pintu ruangan.

Robert mengagguk, "Seperti permintaan anda tuan. Sedikit sentuhan pertama dan jangan biarkan dia mati."

"Bagus—

"... Oh dan satu hal lagi, jangan biarkan siapapun membersihkan tangga atau ruangan ini, sekalipun orang-orang terpercaya atau orang yang akan kau bunuh nantinya. Aku hanya tak ingin tempat bermain ku di sentuh oleh siapapun," sambungnya yang dapat disetujui oleh Robert.

Dua orang bodyguard membukakan pintu yang menjulang tinggi itu, hingga memudahkan untuk sang tuan masuk ke dalam.

Hal pertama yang Sean lihat, seorang pria yang tengah tergantung diantara dua besi kokoh. Kedua lengan serta kakinya tampak dirantai, tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya, sayatan serta cairan kental yang masih mengalir di tubuhnya membuat sensasi tersendiri bagi yang melihatnya.

Sean jelas bukan psikopat, bukan pula pria sakit jiwa, ia hanya seorang penguasa yang senang menghukum para hama. Ia tak akan segan menyingkirkan siapa saja yang berani berkhianat padanya.

Tatapan pria itu terpaku pada Sean, ekspresi yang dia tunjukan seolah terkejut melihat siapa yang datang.

"TU-- TUAN!! MAAFKAN AKU! AKU BERJANJI AKAN MEMBERESKAN SEMUANYA!! TOLONG MAAFKAN AKU TUAN!!!"

Sean menatap pria itu tajam, "Tapi tangan kanan ku sudah membereskan semuanya, apa yang akan kau bereskan lagi, huh?"

"TI-- TIDAK TUAN! AKU BERJANJI TAK AKAN MELAKUKAN APAPUN LAGI! AKU BENAR-BENAR AKAN MENGHABISKAN SISA HIDUP KU DENGAN PENYESALAN! AMPUNI AKU!!!"

"Apa gaji yang kuberikan setiap bulan kurang bagimu? Apa jaminan yang kuberikan tidak berarti apa-apa bagimu? Apa seluruh bonus besar yang ku janjikan pada setiap karyawan ku kurang besar bagimu? Apa ada perusahaan lain yang memberi bayaran seperti perusahaan ku?"

Belum sempat hama itu menyangkal, Sean sudah lebih dulu melanjutkan ujarannya, "... Robert katakan padaku. Kau bilang perusahaan ku yang terbaik dan semua bayaran yang ku berikan sudah termasuk nominal yang tinggi, lantas mengapa masih ada si dungu yang berkhianat?"

Apa yang Sean katakan terdengar seperti sindiran, jelas Sean tau jika perusahaannya merupakan perusahaan terbaik seantero. Ada banyak orang terpelajar yang ingin menjadi karyawan di perusahaan L&S technology company. Selain fasilitas yang dijanjikan serta nominal setiap bulannya yang tinggi, perusahaan Sean merupakan perusahaan terbesar hingga memasuki peringkat mendunia.

"Maaf Tuan, tapi memang perusahaan anda yang terbaik, tak ada satupun perusahaan yang mau menjanjikan seperti apa yang perusahaan anda berikan," tutur Robert mempertegas.

Sean tersenyum miring, Robert memang selalu membuatnya merasa puas.

"Lihatlah luka-lukanya, darahnya pun sepertinya tak ingin berhenti keluar," kata Sean tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Ia melirik Robert, "Siramlah dengan bensin, siapa tau darahnya berhenti mengalir."

"Baik, Tuan!"

"TI- TIDAK!!! TOLONG MAAFKAN AKU TUAN!! AMPUNI AKU! AMPUNI AKU! AKU BENAR-BENAR MENYESAL!" teriaknya histeris. Namun Sean tetaplah Sean, pria itu tak akan pernah menarik ucapan yang sudah keluar dari mulutnya. Robert pun sudah berjalan ke arah pria itu dengan para bodyguard lainnya yang juga membawa bensin di tangan kiri dan kanannya. Tidak tanggung-tanggung mereka membawa bensin itu dalam wadah besar.

"BERI AKU KESEMPATAN SEKALI INI SAJA TUAN! TOLONG JANGAN LAKUKAN INI PADAKU!!"

"TUAN! AKU SUNGGUH NENYESAL! AKU MEMANG BODOH! AKU DUNGU DAN AKU BENAR-BENAR TAK TAU DIRI! TOLONG LEPASKAN AKU TUAN! MAAFKAN AKU DAN AMPUNI AKU TUAN!!"

Byur... Byur...

"ARGHHH!!!!!!"

"ARGHHHHHHHHHH!!!!"

"ARGHHHHHHHHHH!!!! PERIHHH!!!! ARGHHH!!!!"

Teriakan kesakitan menggelegar disetiap sudut ruangan, membuat Sean merasa puas sekaligus senang di waktu bersamaan. Bagaimana bisa ada seseorang yang berani berkhianat padanya? Tentu ia akan memberi hukuman walau bukan dengan tangannya sendiri.

Ia jelas mengingat janjinya pada Lyora— sang pemilik hati.

***

Lyora tersenyum penuh kemenangan, wanita cantik itu tampak antusias kala Sean telah pergi meninggalkannya di kamar, Sean pasti mengira jika dirinya telah tidur.

Kali ini Lyora akan pergi ke rooftop, masa bodo dengan jalan yang tidak ia hafal, toh saat mereka berjalan dari rooftop menuju kamar yang ia tempati kini, Lyora sudah mencoba mengingatnya meski mansion ini tampak sangat besar nan megah.

Ia mulai berjalan mengendap menuju pintu keluar tanpa alas kaki tentunya. Lyora tak ingin mengambil resiko— dengan menambah besar kemungkinannya ia dipergoki oleh para anak buah Sean, tentu Lyora tak sebodoh yang dipikirkan.

Cklkkk--

Pintu terbuka, tak ada siapapun bahkan tak ada satu orang pun di depan pintu kamar nya. Apa Sean benar-benar membebaskannya? Oh ayolah Lyora sangat senang, ia tak henti-hentinya mengucap syukur karena Dewi Fortuna tampaknya tengah berpihak padanya.

Tidak— Lyora tak boleh merasa senang dulu, masih ada jalan yang harus ia hafal, mungkin tahap pertama ia keluar dari dalam kamar sudah berhasil, kini ia harus mencari dimana letak tangga menuju rooftopnya berada.

Ia berjalan pelan menyusuri setiap lorong, tak jauh darinya berada terdapat sebuah tangga yang entah akan membawanya kemana. Tangga itu tampak tidak terurus bahkan tak ada penerangan sedikitpun. Jelas bukan tangga kotor itu yang akan membawanya ke rooftop, ia ingat jika tangga yang ia lewati bersama Sean beberapa saat yang lalu tampak bersih terurus dan terang tentunya.

Jangan lupakan Lyora— wanita dengan sejuta pertanyaan di pikirannya. Jelas ia penasaran dengan apa yang ada disana, kemana tangga kotor itu akan membawanya dan apa yang akan ia dapatkan kala ia sampai disana.

Dengan tekad yang bulat serta keinginan yang teguh, wanita itu tampak melangkah menaiki satu persatu anak tangga. Bertelanjang kaki membuatnya harus sedikit berjinjit menghindari tangga yang terdapat banyak debu, tidak— bahkan semuanya tampak berdebu.

Setelah perjuangan menempuh setiap anak tangga tanpa alas kaki, akhirnya ia sampai di depan pintu yang menjulang tinggi. Pintu itu tampak sangat menyeramkan, ada banyak sarang laba-laba dan debu dimana-mana. Jangan lupakan satu hal penting, ia mencium bau amis yang— lupakan saja.

Pikirannya tampak menimang-nimang sesuatu, antara buka atau tidak. Namun jawaban yang ia miliki ada pada tekad dan keinginannya, dan Lyora memilih untuk membukanya.

Ia pikir, bukan ide yang buruk.

Suara decitan pintu membuatnya sedikit meringis, namun kala pintu sudah terbuka lebar Lyora menganga tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

Deg!