1 Prolog

Pada awalnya kehidupan seorang pangeran dari kahyangan bernama Sagara Guruminda baik-baik saja. Ia adalah seorang pangeran yang tampan dan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Semua penduduk kahyangan tunduk dan hormat padanya. Meskipun sang pangeran selalu berlaku arogan dan hanya suka bersenang-senang.

Hingga suatu ketika, dia membuat kesalahan fatal. Dia di tuduh telah masuk ke kamar seorang bidadari yang sedang di pingit. Bidadari tersebut adalah tunangan sang kakak pertama, Pandu Sona.

Meskipun Sagara bersumpah tidak melakukan yang di tuduhkan padanya, tapi tidak ada satupun penduduk kahyangan yang mempercayainya. Bahkan ayahnya juga sangat murka, sedangkan ibundanya tak bisa banyak membantu.

Itu disebabkan karena perilaku buruknya selama ini.

Sagara terkenal sebagai pangeran yang susah di atur, dan dia hanya tahu bersenang-senang, tidak suka belajar. Dan suka melakukan hal yang di larang oleh ayah dan bundanya. Seperti minum arak dan berjudi dengan kalangan iblis.

Oleh sebab itu, ketika dirinya melakukan kesalahan fatal kali ini, semua tetua kerajaan kahyangan sepakat untuk mengirimnya ke Buana Panca Tengah (bumi) dan mengutuknya sebagai lutung.

BRRUUKK!

Sagara tersungkur di sebuah kebun, dia baru saja di lemparkan dari kahyangan dengan cara tidak hormat.

"Sial... ini sakit tahu!" Keluhnya meringis kesakitan sembari memegangi pinggangnya yang terasa ingin patah.

Padahal selama hidup hampir 2200 tahun di kahyangan dia tidak pernah merasakan sakit seperti ini.

"Di mana ini?" Gumamnya sembari menatap ke sekeliling yang gelap dan hanya di terangi cahaya bulan purnama yang bersinar di langit sana.

Lalu Sagara melihat ke arah tubuhnya. Pupil matanya seketika membelalak lebar, kulit tangannya di tumbuhi bulu bewarna hitam lebat. Perlahan ia memberanikan diri meraba wajahnya, dan di wajahnya juga terasa di tumbuhi bulu-bulu yang entah dari mana asalnya.

"Astaga... Jadi apa aku ini? Kenapa tubuhku jadi seperti para iblis itu?Jelek banget!" Sagara Meraung sembari menatap ke atas langit. Dia seolah sedang menyesali perbuatannya selama ini.

"Ananda Sagara..."

Sebuah suara tiba-tiba menggema di udara.

Sagara mencari-cari asal suara. "Ibunda... apakah itu ibunda? Sagara takut di sini sendirian. Sagara tidak mau di sini, Sagara ingin kembali." Rengeknya pada sang Ibunda.

"Tegarlah Ananda... Selama kau di asingkan di Bumi, ibu harap kau bisa merenung dan belajar. Dan jangan lupa untuk berbuat kebaikan dengan tulus."

"Ibunda..." Rengeknya lagi.

"Ibunda tidak bisa banyak membantumu, hanya nasehat ini yang bisa ibu berikan padamu, jaga dirimu baik-baik."

"Ibunda... Ibunda!"

Suara halus dan lembut itu kini tak terdengar lagi meskipun Sagara telah memanggilnya berulang kali.

Kini dia merasa sangat kesepian. Biasanya hanya sang ibu yang menjadi pembela setianya. Namun kini sang ibu juga tak bisa banyak membantunya. Mungkin sudah saatnya dirinya berubah dan belajar mandiri.

"Terimakasih atas nasehatnya, ibunda. Sagara akan berusaha untuk menurutinya." Lirihnya dalam keheningan.

Bersambung

avataravatar
Next chapter