Dalam beberapa saat tempat itu terasa hening dengan hanya sepasang mata keduanya yang tampak saling bertatapan. Hal itu terjadi beberapa menit namun dengan cepat berubah hanya dalam hitungan detik.
Sakura menghelah nafasnya dan mulai memposisikan tubuhnya menyandar pada jendela kamar di belakangnya, sebelum mengalihkan lagi kepalanya pada pemuda itu.
"Jadi, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya gadis itu sekali lagi.
"Aku punya sasuatu yang menarik mungkin kau ingin mengetahuinya, kakak?"
"Oh, ya? katakan padaku apa itu."
-----
"Misi kali ini cukup mudah, kau hanya perlu mencuri informasi di markas kepolisian global, sebagai gantinya aku akan memberikanmu koleksi ketiga."
"Baik, akan kupastikan!"
Komandan Hiltof keluar dari pintu lift yang terbuka, rapih dengan setelan kerjanya seperti biasa dan koper hitam yang selalu ia bawa setiap kerja. Dengan santai pria itu langsung berjalan menuju ruangannya di saat yang sama ia melihat Jem juga berjalan kearah yang sama.
"Selamat pagi Jem!" Sapa Komandan dengan hangat.
"Selamat pagi Komandan hari yang cerah ya!"
"Ya, hari ini sangat cerah dan kau terlihat sangat bersemangat sekali, apa pemeriksaannya lancar?" Tanya Komandan saat mereka menunggu pintu masuk terbuka.
"Sangat lancar, bahkan pagi ini aku HUAaaa....!!!" Pekik Jem di susul oleh suara jatuh yang cukup keras, setelah Keichiro dan Sakuya mendorongnya dari balik pintu dengan lakban hitam yang langsung di gulungkan di tubuh Jem. Untungnya komandan sempat menghindar sehingga tidak ikut jatuh bersama mereka.
"Keichiro, Sakuya ada apa ini?" Tanya Komandan.
"Maaf mengagetkanmu pak, tapi kami tidak bisa membiarkan Jem lolos." Ujar Sakuya dengan tangan yang masih sibuk melilitkan lakban di tubuh Jem.
"HEI, KALIAN LEP...!!!" Teriakan Jem terhenti seketika setelah Keichiro mematikan sistem yang membuatnya bicara.
"Aku tidak akan menyalakannya sebelum kami selesai memeriksamu, Jem." Sahut Keichiro.
"Ah....Bisakah kalian menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"
"Kami baru menerima informasi pak, seseorang baru saja menyabotase data informasi milik kita." Jelas Sukasa yang baru saja keluar dari dalam ruangan bersama Noel yang berjalan di belakangnya.
"Dan Jem kau adalah....pelakunya!" Sahut Noel melanjutkan.
"Apa!?"
Flash back beberapa saat sebelumnya....
"Apa ini?" Tanya ketiganya dengan mata yang fokus pada amplop coklat yang sedang dipegang oleh Keichiro.
"Itu adalah intel Lupin, setiap Kami memperoleh intel tentang gangler maupun koleksi yang harus kami cari intel itu selalu di letakkan di dalam amplop seperti itu. Aku baru mendapatkannya, cukup mengejutkan karna ditunjukkan untuk para Patranger, yang artinya itu milik kalian."
"Milik kami? Tapi kenapa?" Tanya Sukasa, Noel yang mendapat pertanyaan itu hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.
"Tapi apa boleh kita menerima intel ini, bukankah seharusnya kita...." Sakuya tidak melanjutkan kalimatnya saat pandangannya ia alihkan pada Keichiro.
Dengan diam ia dan Sukasa menatap seniornya itu merobek amplop yang sejak tadi ada di tangannya, mencoba mengeluarkan isi yang ada di dalam amplop tersebut. Bahkan tanpa pikir panjang, lagi pula intel itu memang untuk mereka jadi seharusnya tidak masalah. Ucap mereka dalam hati masing-masing.
"Huh! Apa ini, sebuah foto hitam?" Ujar Keichiro sambil menunjukkan selembar foto berbentuk persegi yang ia dapatkan dari dalam amplop.
"Foto? Tidak sesuai ekspetasiku." Gumam Sakuya agak kecewa.
"Tunggu Keichiro, sepertinya ada sesuatu di belakangnya!" Sahut Sukasa yang langsung menarik foto itu dari tangan Keichiro dan membaliknya. Mereka yang mendengar Sukasa langsung mendekatinya dan melihat apa yang tertera di sana.
"Jika kau ingin mengenali seseorang jangan lihat dia dari apa yang kau lihat tapi lihatlah dari apa yang kau rasakan. Bahkan sebuah topeng bisa menutupi segalanya."
"Apa maksudnya?" Tanya Sakuya bingung.
"Sepertinya....ini teka-teki." Ujar Keichiro dengan anggukan setuju dari Sukasa.
"Ah....aku mengerti, jadi kita harus memecahkannya dulu untuk mendapatkan petunjuk benarkan? Tapi dari kata-katanya....sepertinya sangat sulit." Ucap Sakuya dengan kepala yang sedikit tertunduk. Sementara Kaichiro dan Sukasa sudah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing untuk memahami maksud dari kata tersebut.
Yah, aku sudah menduganya Sakura tidak akan memberikan intel semudah itu pada para polisi, itu menjelaskan foto dan kata-kata yang ia gunakan di dalamnya. Meski itu sebuah informasi tapi harus di pecahkan lebih dulu. Begini apa bedanya menyelidiki dari awal. Tapi diluar itu, aku sedikit terkejut karna Keichiro langsung menerima intel itu. Apa ada sesuatu? Batin Noel.
"Mungkin maksudnya, ada mata-mata di antara kita benar tidak? Noel bagaimana menurutmu?" Tanya Keichiro.
"Huh? Ah....ya....kedangaran seperti itu."
"Jika gangler itu mata-mata pasti tindakannya tampak mencurigakan, siapa yang mencurigakan akhir-akhir ini?"
Flash Back end...
"Aku tidak menyangka Jem, ternyata itu adalah kau!"
Jem mengamuk dengan badan yang terus meronta-ronta meski para Patranger tidak akan mengerti apa yang sedang ia pikirkan, setidaknya itu memperlihatkan dengan jelas pembelaan yang ia lakukan.
"Ah....pak, mungkin kita biarkan saja dia bicara akan sulit untuk memahaminya seperti inikan?" Ujar Sakuya mengingatkan.
"Iya kau benar." Sembari menyalakan lagi sistem bicara milik Jem.
"TIDAK! BUKAN AKU PELAKUKNYA!"
"Memangnya kalian punya bukti kalau Jem adalah gangler yang menyamar?" Tanya Komandan Hiltof yang baru mengerti situasi mereka.
"Tentu saja pak, karna sikapnya akhir-akhir ini sangat mencurigakan!" Tegas Keichiro dengan jelas bersamaan dengan anggukan ketiga Patren lainnya.
"Kau bahkan tidak membantuku melerai Keichiro dan Sakuya saat mereka cek-cok tadi pagi, tidak mencurigakan sih! Hanya saja berbeda dari biasanya."
"Benar dan tidak membiarkanku melihat laporanmu, kau juga langsung marah saat aku ingin menyentuh komputermu itu sangat aneh."
"Oui, aku setuju."
"Tunggu, aku tidak mengerti apa maksud kalian pagi ini?"
"Tentu saja tadi pagi. Kenapa kau malah bertanya, aneh sekali." Ujar Keichiro.
Mendengar pernyataan itu Jem dan Komandan saling bertukar pandang satu sama lain, membuat Keichiro dan yang lainnya bertanya-tanya.
"Apa ada yang masalah?" Tanya Noel yang juga bingung melihat reaksi mereka. Sementara keduanya hanya menatap keempat Patranger dengan heran, sebelum Jem menjawab pertanyaan dari Noel barusan.
"Aku berada di ruang pemeriksaan pagi ini."
-----
"Ini pesanan kalian, selamat menikmati." Ucap Umika sambil tersenyum sembari meletakkan sepiring makanan kemeja seorang pelajar SMA yang sedari tadi terus memperhatikannya. Setelah meletakkan itu dengan cepat ia mengarahkan kakinya pada meja di depan dapur dan langsung menyambut ponselnya yang berada di sana.
Toma dan Kairi yang sedang duduk disana menatap gadis itu. Sudah beberapa kali itu terjadi Umika akan meletakkan pesanan di meja pelanggan sambil tersenyum seperti biasa, sebelum ekspresinya berubah ketika ia kembali untuk melihat ponselnya yang penuh dengan kiriman pesan yang ia kirimkan pada Sakura tanpa ada satupun balasan.
"Wah.....sepertinya dia terus memperhatikanmu sejak tadi, kau sungguh tidak akan mengajaknya ngobrol Umika?" Tanya Kairi mencoba untuk menghibur gadis berambut pendek itu.
"Sakura belum membalasnya, apa dia baik-baik saja sekarang?"
"Hei, kau mengacuhkanku!" Sahut Kairi sambil melempar pandangan pada Toma yang sempat menggelengkan kepalanya karna tidak senang dengan ucapan Kairi meski tidak membalas pandangan pemuda itu. Kairi yang kesal sekaligus resah dengan sikap Umika hanya bisa menggaruk kepala, sebelum melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di sana.
TUK!
Suara pelan terdengar dari piring pesanan yang baru diletakkan oleh Toma di depan Umika, memberi tanda pada gadis itu untuk segera mengantar piring itu ke meja pelanggan. Umika berdiri dengan lesu lalu menarik piring itu yang ternyata masih di pegangi oleh Toma.
"Percuma saja kau mengiriminya pesan, dia tidak akan membalasnya." Ujar Toma sebelum beralih lagi pada kompor dan wajannya. Sementara Umika masih berdiri di sana mencerna kalimat yang baru saja di ucapkan koki itu.
"Jika orang tuamu yang sedang dirawat di rumah sakit, apa bisa kau memikirkan hal lain?
Sakura mungkin temanmu tapi kau juga harus ingat, Nana adalah satu-satunya anggota keluarga yang dia punya. Jika kau jadi Sakura menurutmu apa yang akan kau lakukan?"
"Sakura juga sama sepertimu, Umika!" Sahut Kairi sembari mengangkat lagi kepalanya.
"Dia pasti....juga tidak ingin kehilangan sesuatu yang dia sayangi. Yah, meskipun tujuannya sedikit berbeda dari kita, tapi....itu bukan masalahkan?" Tanya Kairi dengan senyum yang diarahkan langsung pada Umika.
"Hehehe, iya kalian benar mungkin aku sedikit berlebihan."
"Terlalu berlebihan."
"Hei, Toma apa kau bil...." Kalimat Umika terputus sesaat setelah mendengar dering ponsel yang ternyata berasal dari ponsel Kairi. Langsung saja pemuda itu mengeluarkan ponselnya yang ia simpan di dalam saku dan terdiam saat melihat nomor yang tertera di layarnya.
"Siapa Kairi?" Tanya Umika.
"Ini....nomor yang waktu itu."
-----
"Aku sudah berikan semua informasi yang kutahu, sekarang berikan koleksi itu." Ujar robot itu yang tampak bicara dengan seseorang dari sebuah Laptop dan beberapa Podermen yang tampak mengawasi di sekelilingnya.
"Ya, aku sangat berterimakasih atas informasi yang kau berikan dan juga.....maaf Damian....."
TAP!
Salah satu Podermen tiba-tiba menutup Laptop dengan keras sebelum kawanan mereka langsung mengerahkan senjata kearah robot yang persis seperti Jem yang bernama Damian itu.
Dengan suasana yang tegang itu sayup-sayup terdengar tawa beberapa Podermen mengira mereka akan menyelsaikan ini dengan mudah, sebelum Damian melontarkan kata-katanya.
"Mungkin aku tidak bisa menghajarnya, tapi setidaknya dia ingat meninggalkan sesuatu untuk kuhajar di sini."
Setelah kata-kata itu cahaya terang langsung membungkus sekujur tubuhnya bersamaan dengan rudal-rudal yang berterbangan dan menyerang para Podermen di sekelilingnya secara brutal dengan meledakkan mereka semua.
Damian menghentikkan serangannya, kini penampilannya berubah ia tampak seperti pria yang sedang mengenakan Hoodie berwarna pink cerah dan rambut yang tampak terikat di bagian belakangnya. "Ganima....kau benar-benar serakah! Jika bengini hanya aku yang mendapat getahnya." Sembari menutupi kepala dengan tudung Hoodie yang di pakainya.
"Jangan bergerak gangler!"
"Akhirnya kami menemukanmu! Tunjukkan wujud aslimu!"
"Hah....aku tidak meninggalkan apapun, bagaimana bisa kalian menemukan tempat ini?"
"Untuk apa kami menjawab pertanyaanmu itu, saat kau baru saja mensabotase data kepolisian global secara illegal."
"Ya, aku juga tidak mengharapkan jawaban KALIAN!"
DOR! DOR! DOR!
Tiga rudal ditembakkan meluncur cepat kearah para Patranger yang belum sempat berubah dengan koleksi mereka. Keichiro dan yang lainnya menutup mata saat mendengar bagaimana peluru-peluru itu meledak.
"Huh? Tidak sakit." Gumam Keichiro yang perlahan membuka matanya.
"Yaampun Kei chan....apa kau tidak tahu caranya menghindar, jika aku tidak datang kau pasti sudah jadi daging panggang sekarang." Ucap Red yang sudah berdiri di depan mereka dengan perisai Blade and Scissor.
"Lupinranger!!!"
"Aku tidak mengira kalian akan muncul di sana, itu sangat berbahaya."
"Setidaknya tidak ada yang terluka."
"Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan berangkasmu."
"Karna kami tidak akan melewatkannya!"
"Peringatan.....kami akan mengambil koleksi Lupinmu!"
DOR! DOR! DORR!
Seketika tempat itu menjadi arena pertarungan mereka, antara Damian melawan para Lupin yang di susul para Polisi yang langsung berubah ke bentuk Patranger. Red dengan cepat mengayunkan pedangnya pada Damian namun dengan mudahnya langsung di tangkap oleh pria itu.
"Apa?"
"Kau terkejut? Inilah yang membedakan kami dengan kalian meski tidak terlihat dari luar, namun fisik kami sekuat gangler pada umumnya." Ujarnya yang seolah mengetahui apa yang dipikirkan Kairi terhadapnya.
"Pak polisi, tadi kau memintaku menunjukkan wujud asliku bukan? Baiklah aku akan menunjukkannya...."
Mereka terdiam, kejadian itu terjadi sebentar namun sanggup membuat keenamnya bisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Bagaimana kulit-kulit itu melepuh kemudian terbuka hingga ketiga berangkas itu keluar dari sana seperti pohon yang tumbuh dari dalam tanah. Tidak jauh berbeda dari Patricia, Damian juga gangler hasil percobaan.
"Kalian pernah bilang Patranger, kalian akan menyelamatkan semua orang, kalian akan melindungi segalanya kan! Lalu apa ini?"
"Kalian terlalu focus pada para gangler yang memang benar kami semakin sedikit, itulah yang membuat kalian terlalu santai hingga lupa apa yang menjadi tujuan utama kalian. Lihat aku! Aku adalah salah satu akibat dari kelalaian itu HAHAHAHAHA....." Tawa pria itu meledak dengan rudal di tubuhnya yang juga akan mengalami hal yang sama.
"Hah! Blue, Yellow sekarang!"
5-6-7
9-9-9
0-4-8
Beberapa saat sebelum rudal-rudal itu ditembakkan seseorang sudah lebih dulu menembakan laser tepat kearah tubuh Damian.
BOOM!
Damian hancur setelah tembakan itu memicu ledakan pada rudal-rudalnya. Bersamaan dengan puing-puing bangunan yang berserakan terdengar langkah pelan kaki seseorang dari arah belakang, yang pastinya penyebab dari ledakan itu.
"Itu sudah cukup bukan?" Sahut suaranya yang sontak menarik perhatian semuanya kecuali Keichiro yang masih terdiam dengan penyesalan yang muncul di hatinya.
"Black!" Sahut Umika saat melihat orang yang membuat suara langkah tadi berjalan kearah Patren Ichigou itu.
"Apakah kau harus, APA KAU HARUS MELEDAKKANNYA SEPERTI ITU HANYA UNTUK MEMBUKTIKAN UCAPANMU? APA KAU TIDAK BERPIKIR MUNGKIN SAJA ORANG ITU BISA....."
"Selamat?" Potong Sakura yang langsung melepas Dial Fighternya di depan pria itu. "Kau sungguh berpikir itu akan terjadi? Ternyata kau lebih naïf dari yang kuduga."
Sakura menghentikkan kalimatnya lalu menglihkan pandangan pada para Lupinranger dan X yang tampak terkejud melihat gadis itu menunjukkan wajah aslinya pada Keichiro dan yang lain, sebelum beralih lagi pada Keichiro.
"Sepertinya itu saja, kurasa kau berhutang penjelasan pada beberapa orang." Sembari beranjak meninggalkan tempat itu.
Melihat Sakura meninggalkan tempat itu Kairi, Toma, Umika beserta Noel lantas menghampiri Keichiro bersama Sukasa dan Sakuya yang sudah berdiri di sampingnya. Ia menaikkan kepalanya melihat tatapan tajam dari pemuda berambut ikal yang sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Jelaskan semua ini, Kei chan!"
Sakura menapaki kakinya menuruni anak tangga pada bangunan kosong itu, meninggalkan gema di antara deretan dinding-dindingnya. Sampai langkahnya terhenti di satu lantai dengan pilar sedang berdiri kokoh di hadapannya dan seorang pemuda yang menyandar di pilar tersebut, tampak sedang menunggunya.
"Pertarungan yang cukup seru, untuk apa memanggil mereka jika pada akhirnya kau sendiri yang menyelesaikannya?" Tanya Rhinson. Sakura diam tanpa sedikitpun melirik padanya, dan langsung berlalu dari sana sebelum langkahnya terhenti karna mendengar pertanyaan selanjutnya dari pemuda itu.
"Aku tidak tahu kau sudah mengungkap identitasmu pada para polisi. Katakan padaku kakak, apa ada hal lain yang kau sembunyikan dari kami?" Tanya Rhinson lagi.
Sakura membalikkan badannya, lantas tersenyum memandang Rhinson yang memasang wajah serius, itu cukup menghiburnya. "Jika kau adalah orang yang kuharapkan, mungkin aku akan menjawab pertanyaan itu."
Hai kalian, udah baca belum kalo belum di baca dulu ya....
Minggu ini Author uploadnya kelamaan ya? Maaf deh....sebenarnya untuk part kali ini sempat berganti alur, tema dan judul beberapa kali jadinya sempat bingung. Jika ada beberapa hal yang kurang detail di jelaskan di part ini, kalian bisa komen ya....nanti bakalan Author balas. Karna ini bisa membantu Author untuk menilai karya Author sendiri : D
Dan jangan lupa Vote ceritanya, karna itu akan sangat membantu. Terimakasih untuk perhatiannya ya....! Jumpa lagi di Part selanjutnya Adieu....!!!