webnovel

Pasangan Serasi (5)

Jam 12 siang, Ditya dan Niar pergi ke ruang kesekretariatan musik untuk piket. Di sana mereka melihat Desta, Fauzi dan Putra.

"Selamat Pagi, Kak." sapa Niar dan Ditya.

"Pagi juga Niar dan Ditya." sapa Desta, "Tumben kalian baru datang, biasanya kalian datang pagi-pagi."

"Iya, Kak. Tadi kami menemui dosen dulu." kata Niar. "Oh ya, Ulvia dan Kayla udah kesini kak?"

"Oh ya, mereka tadi WA kakak katanya nggak bisa datang." jawab Desta.

"Berarti hari ini cuma kami berdua yang piket?" tanya Ditya. Desta mengangguk.

"Kenapa? Apa kalian perlu bantuan?" tanya Putra.

"Nggak, kami bisa mengerjakannya sendiri." jawab Ditya tegas. Niar mulai menyapu sementara Ditya membersihkan jendela.

"Mau sampai jam berapa kalian membersihkan ruangan ini berdua? Kalau kalian meminta pertolongan sama aku, aku pasti akan bantu kalian, kok." kata Putra dengan wajah yang sangat menyebalkan.

Tapi baik Ditya dan Niar tidak merespons pertanyaan Putra. Putra mendengus kesal. Lalu dia berjalan ke arah Ditya.

"Kalau kerja yang bener, dong, "kata Putra sambil mencolek debu yang ada di jendela, "Coba kamu lihat ini . . . debunya masih menempel di jendela. Kamu bisa kerja nggak, sih?" omel Putra.

Ditya membanting lap yang dia pegang ke lantai sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang.

"Buk!!"

Semua orang menoleh ke sumber suara bunyi tersebut.

"Kakak ada masalah apa, sih, sama aku sampai aku selalu salah dimata kakak? Kalau kakak nggak suka sama aku tinggal bilang aja sekarang jangan bersikap seperti anak kecil!" omel Ditya.

"Wah, sepertinya akan ada perang dunia susulan, nih." bisikp Fauzi.

"Loh, aku kan cuma bilang jendelanya masih berdebu dan ini kenyataan bukan mengada-ada." kata Putra datar.

"Kakak kan, bisa bicara baik-baik. Bukan dengan cara seperti tadi dengan mengatakan bahwa aku nggak bisa kerja." kata Ditya menggebu-gebu, "Kalau kakak memang bisa kerja, tolong perlihatkan ke aku bagaimana cara membersihkan jendela yang benar!" kata Ditya sambil mengambil kain lap yang dia banting ke lantai dan menyerahkannya kepada Putra.

"Ok. Kamu perhatikan ya, baik-baik!" Putra mengambil kain lap itu dari tangan Ditya dan mulai membersihkan jendela.

"Coba kamu lihat jendela ini. Bersih, kan?" tanya Putra.

Ditya mendekat ke arah Putra dan mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Tiba-tiba Putra merasa jantungnya berdegup kencang.

Sementara itu, Ditya mengecek hasil pekerjaan Putra dan ternyata hasilnya sama dengan pekerjaannya tadi. Ditya menaikkan senyumnya dan berkata, "Wow . . . luar biasa sekali pekerjaan kakak. Kalau begitu, kakak saja yang lanjutkan pekerjaan ini." Ditya beranjak dari tempatnya dan pergi mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Semua orang takjub dengan pemandangan ini. Semuanya berpikir sama, bagaimana Ditya bisa seberani itu dengan seniornya. Sebenarnya Ditya merasa kesal dengan sikap arogan Putra yang seolah-olah menunjukkan dia bisa melakukan segalanya. Namun hasilnya sama saja dengan Ditya. Maka dari itu dia mengerjai Putra dan menyuruhnya mengelap semua jendela.

Ketika Ditya hendak mengisi ember dengan air, Putra menghalangi jalannya. "Ditya, kamu itu . . ." Putra sebenarnya ingin berkata kasar tapi kata-katanya tertahan di mulutnya.

"Aku kenapa? Kenapa kakak nggak melanjutkan kata-kata kakak?" tantang Ditya.

"Apa kamu serius menyuruh aku membersihkan semua jendela?" tanya Ditya.

"Iya. Kenapa? Ada yang salah, Kak? Bukankah kakak tadi bilang kerjaan aku nggak bener? Terus waktu kami baru datang tadi kakak juga berniat membantu kami, kan? Lalu kenapa sekarang kakak protes?" Ditya mengembalikan semua perkataan Putra.

'Tau begini jadinya, aku nggak akan bicara seperti itu.' batin Putra.

"Bagaimana, Kak? Kalau memang kakak nggak mau, ya nggak apa-apa. Biar nanti aku yang kerjakan." kata Ditya, "Tapi itu artinya, selama ini kakak memang hanya basa-basi saja menawarkan bantuan ke kami. Dengan demikian kakak telah menjilat ludah kakak sendiri." Ditya tersenyum menang.

Putra merasa mati kutu karena perkataan Ditya. Tanpa berkata-kata lagi, dia langsung berbalik badan dan mulai membersihkan jendela. Sementara Ditya langsung keluar dan pergi mengisi air.

Desta dan Fauzi mencoba menahan tawa. Mereka sangat senang melihat Ditya menyerang Putra seperti ini.