webnovel

Pasangan Serasi (4)

Setelah selesai makan, Randy mengantar Ditya pulang ke kontrakannya. Randy masih belum mau berbicara sepatah kata pun. Sesampainya disana, Ditya turun dari motor.

"Kak Randy mau mampir dulu?" tanya Ditya hati-hati.

"Nggak, terimakasih. Aku mau langsung pulang aja. Kamu masuk dulu sana." kata Randy.

Kali ini Ditya tidak berani membantah Randy. "Ya udah, aku masuk ya, Kak. Kakak hati-hati di jalan nanti." kata Ditya dan kemudian masuk ke dalam rumah. Setelah Randy melihat Ditya masuk, Randy langsung meninggalkan tempat itu.

Di dalam rumah, ternyata Niar dan Triana sudah ada di rumah. Mereka melihat Ditya masuk dengan wajah yang lesu dan bertanya-tanya apa yang sudah terjadi padanya. Yang terakhir kali mereka tahu adalah bahwa Ditya sedang makan bersama Randy.

"Dit, kamu kenapa?" tanya Niar.

"Bukannya tadi kamu sama Kak Randy? Dimana Kak Randy?" tanya Triana juga.

"Kak Randy langsung pulang."

"Terus kenapa muka kamu lecek banget?" ledek Anisa.

"Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma lelah aja. Aku ke kamar dulu, ya . . ."

Ditya pergi menuju kamarnya. Dia menggantung tas selempangnya dan meletakkan handphonenya di atas meja. Lalu dia duduk di atas kasur.

Ditya mengingat kembali kejadian saat di kafe tadi. "Kak Randy pasti marah sama aku," ucapnya sedih.

Terlintas kembali kata-kata yang Randy ucapkan saat di kafe.

'Apa hanya perasaan Sarah aja yang kamu pikirkan? Apa kamu nggak pernah memikirkan sekalipun bagaimana perasaan aku?'

"Aaaarggghhh!!!! Bodoh . . . bodoh . . . bodoh . . ." omel Ditya pada dirinya sendiri.

"Kak Randy benar. Tadi aku hanya memikirkan perasaan Kak Sarah aja karena aku merasa Kak Sarah memang tertarik dengan Kak Randy. Aku hanya berpikir Kak Sarah orang yang baik, dan Kak Randy juga udah lama sendiri. Jadi aku pikir apa salahnya kalau mereka berpacaran." kata Ditya.

"Tapi aku nggak pernah memikirkan apa yang dirasakan oleh Kak Randy sebenarnya. Padahal aku lebih dekat dengan dia dibandingkan Kak Sarah. Aku pikir dia juga akan tertarik dengannya."

"Hanya karena mereka sama-sama sempurna bukan berarti mereka cocok, kan?"

'Apa kamu nggak pernah memikirkan sekalipun bagaimana perasaan aku?' Ditya kembali teringat pada kata-kata Randy.

"Tunggu . . ."

"Apa maksud perkataan Kak Randy ya?" tanya Ditya, "Apakah dia sebenarnya menyukai wanita lain? Makanya dia nggak mau dijodoh-jodohkan dengan wanita lain. Tapi siapa ya?"

Ditya mencoba mengingat-ingat barangkali Randy pernah mengatakan sesuatu mengenai wanita yang dia suka. Tapi dia tidak menemukan petunjuk apapun.

"Selama ini Kak Randy nggak pernah cerita tentang orang yang dia suka. Dan setahu aku dia juga jarang keluar rumah. Dia hanya pergi ke kampus atau jalan dengan aku. Lalu siapa yang dia suka ya?" pikir Ditya.

Ditya menoleh ke arah meja dan mengambil handphonenya.

"Hmm . . . kira-kira Kak Randy udah sampai rumah belum ya?" tanya Ditya, "Aku coba telepon deh!"

Ditya menekan tombol cepat untuk menghubungi Randy. Setelah menunggu sekian detik hanya terdengar nada sambung. Mungkin dia masih di jalan, pikirnya. Dia mencoba sekali lagi, tapi masih belum ada jawaban juga. Saat percobaan yang ketiga, akhirnya Randy mengangkat teleponnya.

📞 Halo Kak Randy . . .

📞 Iya kenapa, Dit?

📞 Kakak udah sampai rumah?

📞 Udah. Baru aja sampai. Ada apa?

📞 Nggak ada apa-apa, sih.

📞 Benar nggak ada apa-apa? Terus kenapa kamu telepon aku?

Dari nada bicaranya, jelas Randy masih kesal dengan Ditya.

'Duh aku tanya ke dia nggak ya?' batinnya.

📞 Dit . . .?

📞 Iya kak. Aku sebenarnya kepikiran masalah tadi. Kak Randy marah ya sama aku?

Randy diam jadi Ditya berpikir bahwa Randy memang marah sama dia.

📞 Aku minta maaf ya, Kak. Harusnya aku nggak bicara seperti itu. Harusnya aku juga memikirkan perasaan kakak. Aku nggak pernah terpikir bahwa mungkin saja kakak menyukai wanita lain. Bahkan mungkin sedang melakukan pendekatan dengan wanita itu.

📞 Ya, kamu benar. Aku rasa aku menyukai wanita lain. Dan aku sedang mendekati dia. Tapi dia terlihat begitu bodoh hingga tidak menyadari hal itu.

📞 Benarkah? Siapa dia kak?

📞 Nanti juga kamu tahu.

📞 Ok. Tapi kakak nggak marah sama aku kan?

📞 Nggak. Mana bisa aku marah sama kamu. Tadi aku hanya kesal karena kamu begitu memperdulikan perasaan Sarah tanpa memikirkan aku.

📞 Yang penting sekarang kakak nggak kesal lagi kan, sama aku?

📞 Nggak, Ditya.

📞 Yeay!! Makasih ya . . . I love u so much my lovely brother! Udah dulu ya, aku mau menyelesaikan tugas yang tadi. Bye, Kak Randy.

📞 Bye, Ditya . . .

Ditya mengakhiri panggilannya. Sementara itu, Randy masih memandangi handphonenya dan terngiang akan perkataan Ditya.

'I love u so much my lovely brother!'

"Dia masih saja menyayangi aku sebagai kakaknya bukan sebagai seorang pria."