webnovel

Dia Sangat Menyebalkan

Pagi-pagi sekali Ditya sudah menyelesaikan tugasnya untuk menyapu dan mengepel kontrakannya. Setelah itu dia memasak nasi goreng untuk lima porsi.

Selesai masak, Ditya memanggil keempat temannya untuk sarapan bersama. Mereka pun berkumpul diruang makan.

"Dit, kamu hari ini mau datang ke kumpulan ekskul?" tanya Yuni dengan sangat hati-hati.

"Ya."

"Serius, Dit? Kamu nggak takut kak Putra marah?" tanya Anisa.

"Paling nggak, kamu pasti akan mendapatkan tatapan-tatapan benci dari para pendukung dia." jelas Triana.

"I don't care."

"Dit, please, jangan buat ulah lagi..." rengek Niar. "Ah, aku bahkan sampai nggak nafsu makan karena stress memikirkan hal apalagi yang akan dia lakukan nanti.

"Niar kamu harus makan. Setidaknya kamu harus memiliki cukup energi untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi nanti. Mungkin kali ini dia nggak hanya akan mengincar aku tapi juga kalian. Karena kalian adalah sababatku."

"Hahahaha.. Kenapa kami harus masuk kelubang yang sama dengan kamu." protes Yuni.

"Karena itulah yang dinamakan sahabat." jawab Ditya ringan.

Semua tertawa. Mereka memang baru kenal beberapa Minggu. Tapi karena mereka selalu bersama bahkan tinggal serumah, membuat hubungan persahabatan mereka semakin kental.

Selesai sarapan mereka berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Sesampainya di kampus, Ditya dan teman-temannya sengaja menunggu di belakang ruang musik karena Niar menghindari Putra. Niar takut Putra akan melakukan sesuatu yang buruk pada mereka. Setelah mereka melihat sudah cukup banyak yang datang, barulah mereka berbaur dengan yang lain.

"Ayo semuanya kumpul!" panggil Ade.

"Keluarkan catatan kalian karena hari ini kami menyebutkan peralatan apa saja yang harus kalian bawa." kata Vida.

"Yang pertama adalah peralatan yang harus dibawa oleh masing-masing kelompok: Panci, Wajan, Kompor minyak/gas portabel, termos, 1 buah air galon, tikar minimal 2, beras 5 liter, dan bahan-bahan untuk memasak." jelas Desta.

"Yang kedua adalah perlengkapan pribadi berupa buku, alat tulis, peralatan mandi, handuk, pakaian olahraga, pakaian ganti, sarung/kain panjang, dan yang terpenting adalah obat-obatan." tambah Gina.

"Kalian juga akan dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan pembagian kelompoknya sudah tertera di Mading sana." jelas Putra sambil menunjuk ke arah mading.

"Kalian juga harus mengikuti beberapa peraturan. Tidak boleh tidur di barak lawan jenis, tidak boleh

bepergian sendirian. Kalau kalian mau mandi atau yang lainnya, kalian harus ijin dulu kepada kami." kata Dewa.

"Ada pertanyaan?" tanya Putra.

"Nggak kak."

"Oh ya, satu hal yang harus kalian ingat adalah menerapkan 3S, senyum, sapa, dan salam kalau kalian bertemu dengan kakak tingkat. Jangan lewat begitu aja seperti orang asing." Putra menambahkan sambil melirik ke arah Ditya.

Niar dan yang lain langsung mengerti maksud Putra. Tapi Ditya, yang merasa nggak punya salah bersikap seolah tidak pernah terjadi sesuatu.

Perkumpulan kali ini berlangsung selama 1 jam. Setelah menyebutkan perlengkapan yang harus dibawa, mereka membahas agenda untuk acara nanti. Setelah semuanya selesai, mereka diperkenankan pulang.

Ketika Ditya dan teman-temannya beranjak dari tempat duduknya, mereka berpapasan dengan Desta dan Putra.

"Hai, Kak Desta." sapa Ditya.

"Hai, kak" sapa yang lainnya.

"Hai, Dit. Kamu udah mau pulang?" tanya Desta.

"Iya kak."

"Siapa nama kamu?" tanya Putra pura-pura lupa.

"Siapa? Saya?" tanya Ditya bingung.

"Iya, kamu."

"Oh. Aku Ditya." jawabnya datar.

"Kamu tadi nggak memperhatikan apa yang dikatakan oleh senior kamu, ya?" tanya Putra dengan nada mengejek.

"Dengar."

"Laku kenapa kamu nggak menyapa senior kamu?" tanya Putra tajam.

"Kata siapa aku nggak menyapa senior? Kakak nggak lihat tadi aku menyapa kak Desta? Bahkan aku memberikan senyum termanisku untuk kak Desta" Ditya balik bertanya.

Desta berusaha menahan tawa mendengar jawaban Ditya. Desta tahu awalnya Putra ingin mengerjai Ditya, tapi siapa sangka kalau Ditya itu sulit ditaklukan. Putra pasti kesal dibuatnya.

Putra sendiri tertawa kesal mendengarnya, "Kamu pikir disini cuma ada Desta? Terus kamu anggap aku apa? Patung?"