webnovel

Kecerobohan Part 2

Gue melajukan motor lebih cepat dari biasa, gue ingin segera sampai apartemen dan menuliskan semuanya. Setelah beberapa saat, gue udah memasuki area apartemen dan menuju tempat parkir. Gue bergegas menuju pintu lift dan menekan tombol arah naik, tak beberapa lama pintu lift pun terbuka. Gue tekan tombol angka 11 sembari bersandar di dinding lift menghadap pintu lift.

"Hari ini gue bener-bener ceroboh." ucap gue lirih.

Lift sampai di lantai 11 dan gue pun segera menuju unit apartemen gue, membuka pintu dan menyalakan semua sumber sinar di dalam ruangan.

Gue langsung menuju sebuah meja untuk menuliskan sesuatu di sana, setidaknya gue ingat alasan gue pergi ke rumah Dewa tadi. Tapi gue gak inget hal apa yang gue lakuin di sana, kecerobohan gue bener-bener fatal hari ini. Untung tadi Dewita mampir ke pom bensin, jadi gue bisa membaca buku catatan yang selalu gue bawa setiap hari.

O iya, gue mau menceritakan rahasia gue yang tidak diketahui oleh orang lain kecuali papa, mama, nenek, dan dokter yang dulu pernah nanganin penyakit gue.

Gue didiagnosis memiliki suatu problem di saraf, lebih tepatnya di kemampuan daya ingat yang mana gue bisa cepat ingat dan bisa cepat lupa. Cepat ingat di sini maksudnya, gue bakal ingat apapun yang gue lihat dan gue baca. Tapi gue akan melupakan ingatan tersebut jika gue terbangun dari tidur gue.

Jika gue ingin mengingatnya lagi, gue harus membaca atau melihat sesuatu yang dulu pernah gue lakuin.

Problem yang gue alami adalah suatu penyakit turunan dari mama gue, mama juga mengalami hal sama kayak gue. Setiap bangun tidur mama akan lupa ingatan, bahkan nama sendiri pun mama gak akan ingat. Tapi ada satu orang yang gak pernah mama lupakan, orang tersebut akan selalu teringat oleh mama walaupun mama bangun tidur.

Dan orang yang gak pernah terlupakan oleh mama adalah papa. Papa bahagia sekali mama selalu ingat tentang semua hal yang pernah mereka lakukan dulu. Hanya saja papa tetap sedih, karna mama tidak bisa mengingat gue, nenek dan anggota keluarga yang lain.

Waktu gue memasuki sekolah menengah pertama, papa memberikan saran ke gue dan mama untuk selalu menulis buku harian. Menuliskan semua hal yang terjadi setiap hari tentang keseharian gue dan mama serta menuliskan bagaimana perasaan kami saat itu. Maka dari itu, di rumah kita terdapat dua secret room. Yang satu untuk mama dan yang satu lagi untuk gue.

O iya, gue juga masih dapat mengingat sesuatu saat bangun tidur. Bukan papa, mama, atau nenek yang gue ingat, tapi Arjuna Prakarsa Yoga yang selalu gue ingat. Dulu sebelum gue kenal Juna setiap terbangun dari tidur, gue gak pernah ingat apa-apa. Hanya ingat gue harus baca buku harian gue, tapi semenjak lulus SMA semuanya berubah. Berubah jadi mengingat Juna disetiap terbangun dari tidur, gue gak pernah tahu alasannya kenapa selalu Juna yang gue ingat.

Setelah gue menuliskan semua yang gue ingat dan tentang kecerobohan gue yang tertidur di rumah Dewa, gue segera membersihkan diri dan ingin cepat tertidur. Sebelum menuju tempat tidur, gue memasuki secret room, dan membuka sebuah box bertuliskan masa putih abu-abu. Di tumpukan paling atas terdapat foto-foto sekumpulan anak SMA, dan salah satunya terdapat gue dan Juna di foto tersebut.

"Gue cuman ingat wajah lu sampai di masa itu aja Jun, apakah sekarang wajah lu masih sama seperti dulu? Mengingat, kita udah empat tahun lulus SMA." ucap gue lirih.

"Sampai kapan gue harus selalu inget tentang lu? Sedangkan elu pun belum tentu ingat gue sampai saat ini, lu temen terbaik gue tapi kenapa lu jahat sama gue Jun?" ucap gue yang tanpa sadar udah menangis.

"Gue bedebar-debar karna Dewa, tapi ingatan gue selalu ingat tentang Juna. Sebenarnya, adakah jawaban dari semua hal yang gue alami saat ini? Rahasia apa ini Tuhan?" ucap gue.

Setelah selesai dengan nostalgia gue selama masa SMA, gue bergegas menuju tempat tidur. Hari ini gue bener-bener ngerasa lelah lahir batin, gak ada acara memakan macaron dan meminum hot choco malam ini. Gue hanya ingin segera terlelap dan kembali fresh pagi nanti. Gue mematikan semua lampu apartemen dan hanya menyisakan lampu tidur, menarik selimut dan berusaha tertidur.

***

Dewita POV.

Kenapa Ara seperti menjadi orang lain setelah bangun tidur, ya?

Itulah pertanyaan yang selalu tergiang di kepala gue saat pulang dari rumah Dewa tadi. Dan dia menjadi normal kembali setelah keluar dari toilet pom bensin. Apa jangan-jangan, Ara jadi seorang pemake juga? Kalau jadi perokok sih, okelah gue bisa terima. Tapi kalau sampe jadi pemake, jangan sampai Tuhan. Dia teman terbaik gue, dia yang selalu bikin gue semangat kuliah dan melewati hari-hari dengan bahagia.

Gue gak ingin dia kayak kak Serly yang ninggalin gue dulu karna over dosis obat-obatan. Kak Serly itu kakak terbaik gue, hanya saja pas masuk kuliah dia salah pergaulan dan ngebuat dia makin jauh masuk ke dalam pergaulan tersebut setelah ada masalah dalam keluarga yang mengharuskan papi dan mami bercerai.

Kak Serly gak terima kalau harus ngeliat papi mami bercerai, padahal mereka selalu terlihat mesra di depan kami anak-anaknya. Tapi ternyata, itu adalah kamuflase bagi mereka untuk menutupi semua masalah mereka ke kami anak-anaknya.

Perceraian mereka terbongkar karna tanpa sengaja kak Serly mendengar pembicaraan papi ke seorang pengacara untuk segera mengajukan gugatan cerai ke mami.

Kak Serly bener-bener marah dan mulai berubah sejak saat itu, dia jarang pulang dan selalu pulang dalam keadaan mabok. Gue udah bilang ke mami dan papi buat ngebatalin perceraian mereka, tapi mereka benar-benar gak ngedengerin gue.

Hingga pada sidang putusan hakim soal kasus perceraian mereka, kami sekeluarga mendapat kabar dari kepolisian bahwa kak Serly ditemukan meninggal disebuah apartemen karena over dosis.

Apartemen itu adalah hadiah sweet seventeen kak Serly dari papi mami, dan gue sering menghabiskan waktu di sana bersama kak Serly. Bahkan sehari sebelum kak Serly ditemukan over dosis, gue dan kak Serly bermalam di apartemen tersebut menonton film dan saling bercerita.

Di sana gue bercerita bahwa gue pengen papi mami bersatu kembali dan ingin kak Serly seperti dulu lagi. Dan jawaban kak Serly menjadi kenyataan bagi keluarga kami.

"Dek, papi mami gak bakal bersatu lagi, kalau mereka belum melihat korban dari keegoisan mereka dek. Kakak akan melakukan sesuatu supaya mereka bersatu dan kamu akan menjadi adik kakak seperti dulu lagi yang periang dan gak mudah nangis kayak gini. Kamu harus lebih dari kakak yaa!" ucap kak Serly waktu itu.

Pernahkah kalian mengalami suatu hal seperti Ara?

Memikirkan seseorang tapi hati berdebar karna orang lain?

Seperti memikirkan mantan disaat sudah memiliki kekasih atau pasangan baru mungkin.

Caira_Asmaracreators' thoughts
Next chapter