webnovel

LOVE MASK

Sinopsis "LOVE MASK" Leyna Putri seorang guru muda, berasal dari kota Yogyakarta yang datang merantau ke Ibukota Jakarta. Baru satu tahun menjadi seorang guru di sebuah sekolah swasta, dengan gaji yang tidak seberapa. Sehingga membuat Leyna harus mencari pekerjaan tambahan, sebagai seorang pramusaji di sebuah tempat karoke. Hanya sekedar untuk menambah penghasilannya, agar dapat membuatnya bertahan hidup di Ibukota Jakarta. Sehingga dapat mengirimkan uang ke kampung, untuk biaya hidup Ibu dan adiknya yang sakit gagal ginjal Yang membutuhkan biaya banyak untuk pengobatannya. Tadinya semua berjalan lancar, tetapi seketika berubah. Sampai Leyna bertemu dengan seorang lelaki tampan Raiden Sebastian. Yang memaksa untuk menikah dengan dirinya. Akankah Leyna menerima tawaran dari Raiden tersebut? Apa mungkin Raiden benar-benar seorang lelaki penyuka sesama jenis? Bagaimana keseruan kisah ini, terus dibaca reader. Karena kamu, akan menemukan sebuah kisah yang bukan hanya menghibur, tapi juga penuh intrik yang tidak terduga enjoy it!

Ifan_Tiyani · Fantasy
Not enough ratings
387 Chs

DINNER OFFER

Leyna melangkahkan kakinya dengan perasaan penuh tanda tanya, dia tidak dapat menduga sama sekali siapa lelaki tampan yang saat ini menjadi tamunya.

Pada saat tiba di depan pintu ruang BK, dengan perasaan ragu Leyna segera membuka pintu ruangan tersebut. Ketika Leyna hendak memasuki ruangan, seketika hawa dingin dari AC beserta dengan aroma jeruk yang merupakan bau pengharum ruangan, langsung menyambut kedatangannya.

Pada saat ini Leyna langsung dapat melihat sosok seorang lelaki berpostur proporsional, dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam yang dikenakannya. Terlihat sedang melihat berbagai hiasan yang berada di dinding, dengan posisi tubuh berdiri membelakangi dirinya.

Melihat dari postur tubuhnya, serta merta Leyna dapat mengenali siapa lelaki tersebut. Dengan sedikit keraguan yang menyelinap di dalam hati, Leyna segera memanggil namanya.

"Ra-Raiden! Kau kah itu?" desis Leyna bertanya.

Mendengar panggilan suara Leyna, lelaki tersebut langsung membalikkan tubuhnya dengan cepat. Sambil tersenyum lebar memamerkan deretan giginya, yang putih bersih dan nampak berjajar rapi sekali.

"Hey Leyna! Apa kabarmu?" tanya Raiden seketika sambil terus tersenyum.

Betapa terkejutnya Leyna, pada saat melihat lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini sesuai dengan perkiraannya. Berjuta tanda tanya dan kekhawatiran, langsung menyeruak ke relung hatinya.

"Astaga! Sedang apa kau di sini Raiden?" tanya Leyna dengan suara berbisik, dan mata melotot penuh kecemasan.

"Aku? Sedang apa di sini? Tentu saja karena ingin menemuimu Leyna! Apakah temanmu yang bernama Bu Mona tadi, tidak mengatakan kepadamu?" jawab Raiden dengan santainya, sambil duduk di kursi yang biasa digunakan oleh Bu Mona, jika melakukan kegiatan konseling terhadap siswa.

"Untuk apa kau menemui aku Raiden?" tanya Leyna sambil ikutan duduk di hadapan Raiden. Saat ini posisi mereka seperti seorang guru BK, yang sedang melakukan sesi konseling saja.

"Bisakah kau berbicara lebih keras lagi Leyna? Atau di sekolah ini jika berbicara, harus dengan cara berbisik pelan?" tanya Raiden tersenyum sambil melirik menggoda.

"Bukan begitu Raiden, sebenarnya berbicara di sekolah ini tidak perlu berbisik. Tapii ... sudahlah Raiden, aku rasa kita tidak perlu membahas masalah tersebut! Sekarang aku ingin bertanya, dari mana kau mengetahui bahwa aku mengajar di sekolah ini? Apakah dari temanku Hanna?" tanya Leyna dengan nada bicara penuh rasa khawatir dan ketakutan.

"Hanna? Aku tidak mengenal perempuan dengan nama seperti itu? Mengenai dari mana aku tahu, tempat kau mengajar ini. Aku rasa kita tidak perlu, membahas masalah tersebut!" jawab Raiden meniru perkataan Leyna, dan hal tersebut membuat Leyna menjadi gemas sekali.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kau langsung katakan saja, apa keinginanmu untuk menemui aku di sini?" tanya Leyna masih dengan tatapan mata penuh rasa cemas kepada Raiden.

"Lunch offer? Aku ingin mengajakmu makan siang Leyna, karena ada hal yang sangat penting yang ingin aku bicarakan kepadamu," jawab Raiden sambil tersenyum santai menjelaskan.

"Sory, aku tidak bisa Raiden. Karena aku masih ada jam mengajar hingga siang hari, bahkan masih sangat banyak," jawab Leyna mencoba mengelak tawaran tersebut.

"Okey, kalau begitu dinner offer?" ujar Raiden lagi, kali ini dengan tatapan mata yang tajam ke arah Leyna.

"So-sory ... tidak bisa juga Raiden, karena aku harus bekerja nanti malam di "Edward Vista" kau tahu sendirikan, jadiii ...."

"Kalau begitu aku akan membookingmu saja seperti semalam, agar kau bisa keluar menemani aku makan malam. Bagaimana Leyna?" tanya Raiden lagi, kali ini sambil tersenyum penuh kemenangan. Seakan dia memiliki sebuah senjata ampuh, untuk membuat Leyna menuruti keinginannya dan hal tersebut benar sekali!

"Ssst! Bisakah kau mengecilkan suaramu sedikit Raiden! Astaga!" seru Leyna nampak sangat ketakutan, ekspresi wajahnya seperti seorang anak kecil yang takut di marahi oleh Ibunya saja saat ini.

"Tadi kau bilang di sini sebenarnya, tidak perlu berbicara berbisik tidak masalah? Sekarang kau meminta aku untuk berbicara pelan? Sungguh membingungkan saja Leyna, heheheee," ucap Raiden sambil tertawa kecil.

"Terserah kau saja Raiden!" sahut Leyna mulai kesal dengan sikap Raiden saat ini.

"Kalau begitu kita sudah memiliki kesepakatan saat ini, untuk makan malam nanti. Aku harap kau bersiaplah untuk hal tersebut Leyna!" pesan Raiden sambil berjalan keluar dari ruangan BK tersebut.

"Ka-kau mau kemana Raiden?" tanya Leyna dengan gugup, sambil mengikuti langkah kaki Raiden.

"Aku ingin pergi ke ruang guru," jawab Raiden dengan cepat.

"Untuk apa?" tanya Leyna semakin terkejut dengan jawaban Raiden itu.

"Aku ingin kembali ke kantorku Leyna, tetapi sebelum aku kembali. Aku ingin melihat ruangan tempat kau bekerja terlebih dahulu, sambil berpamitan dengan Bu Mona. Temanmu yang bertubuh gemuk dan genit itu!" jawab Raiden menjelaskan sambil meneruskan langkah kakinya.

"Aku rasa hal tersebut tidak perlu Raiden, lagi pula kau akan menuju kemana sekarang? Memangnya kau tahu dimana letak ruang guru?" tanya Leyna semakin bertambah cemas saja.

"Aku bisa mencarinya dan membaca Leyna, nah itu dia! Yang berada di sana bukan? Aku dapat membaca tulisan ruangan guru tersebut dari sini!" seru Raiden dengan raut wajah yang nampak senang sekali.

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja di hadapan Raiden berdirilah Edward, yang baru saja keluar dari ruangannya. Mereka nampak sama-sama terkejut, dengan peristiwa tersebut.

"Ups! Siapa kau?" tanya Edward dengan tatapan mata menyelidik, melihat ke arah Raiden dan juga Leyna secara bergantian.

"Maaf Pak Edward, ini teman saya Raiden. Saat ini dia baru saja ingin berpamitan untuk segera pulang," jawab Leyna mencoba menjelaskan dengan gugup.

Karena saat ini jujur saja Leyna sangat takut sekali, jika sampai Raiden berkata sesuatu tentang pekerjaannya di "Edward Vista", terhadap siapa pun yang berada di sekolah ini.

" Maaf Leyna, perkataanmu itu sedikit aku ralat. Sebenarnya saya ini bukan hanya sekedar teman bagi Leyna, tetapi juga "calon pacar" Leyna, Pak Edward!" tutur Raiden menjelaskan dengan seenaknya, sambil tersenyum menggoda melirik ke arah Leyna.

Mendengar perkataan Raiden tersebut, Leyna hanya tersenyum kecut sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ingin rasanya mulut Leyna menentang segala ucapan Raiden, tetapi apa daya Leyna tidak berani.

Karena Leyna sangat takut, apabila Raiden sampai merasa tersinggung, maka dia bisa saja membongkar rahasia pekerjaan Leyna.

"Benarkah apa yang dikatakan oleh lelaki ini Leyna?" tanya Pak Edward dengan kening berkerut.

Nampak sekali dia sedang menahan rasa cemburu dan amarahnya, yang menggelegak saat ini mendengar semua perkataan Raiden.

"Tentu saja benar Pak Edward! Kalau begitu sekarang saya permisi dulu ya, karena saya harus segera kembali ke kantor, untuk melanjutkan pekerjaan saya," pamit Raiden sambil tersenyum penuh kepuasan, lalu melanjutkan langkah kakinya.

"Sa-saya permisi dulu Pak Edward!" pamit Leyna sambil melanjutkan pula langkah kakinya, tanpa berani menatap wajah Edward saat ini.