21 Give Expressions

YES OR NO?!

🍓🍓🍓

"Jadilah kekasihku, Aya Park," ucap Jaehyun dan membuat Aya tersedak.

Dan kebetulan saat itu Jeno baru saja tiba di dapur dengan membawa beberapa paper bag di tangan kanannya. Ternyata itu adalah masakan yang Jeno buat di restoran La Bosseade.

"Ay --ya," ucap Jeno tersendat ketika mendengar penuturan Jaehyun yang menyatakan perasaan pada gadis yang masih berstatus kekasihnya itu.

Bahkan Jeno melepas genggamannya pada paper bag yang ia bawa. Sangat terkejut, itu yang tengah Jeno rasakan.

Dan di sinilah mereka bertiga --Jaehyun, Aya dan Jeno sekarang. Di ruang tamu dengan suasana canggung seperti sebelumnya. Namun, yang membedakan hanya orangnya.

Tadi Mark, dan sekarang Jeno.

Bahkan di hadapan mereka bertiga ada Chanyeol, kakak Aya yang baru saja tiba di rumah dan mendapati Jeno yang hendak memukul Jaehyun. Beruntung masih bisa dicegah.

"Jadi... ada yang bisa menjelaskan siatuasi ini padaku?" tanya Chanyeol sambil bersidekap dada.

Aya melirik ragu - ragu pada sang kakak. Ia hendak bicara tapi dipotong oleh Jaehyun. "Hyung, aku pamit pergi kalau begitu. Kau sudah pulang, jadi tugasku selesai."

"Apa - apaan Jaehyun! Sangat tidak bertanggungjawab setelah membuatku mati penasaran atas ucapannya tadi!" batin Aya menggerutu.

Chanyeol beranjak dari duduknya dan mencegah Jaehyun. "Kenapa buru - buru? Kau sudah memasak, kenapa tidak makan malam bersama kami?" sahutnya.

"Terima kasih hyung. Aku akan makan dengan eomma. Kebetulan beliau sendirian di rumah karena appa sedang ke luar kota," jawab Jaehyun.

Sebenarnya Jaehyun hanya ingin menghindar dari berbagai pertanyaan Chanyeol yang akan merepotkannya. Juga, ia belum siap atas jawaban Aya untuk perasaannya.

Menghela napas, Chanyeol mengangguk paham. Walau ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia mengerti dari gerak - gerik Jaehyun. Bahwa laki - laki itu seperti sedang menghindari sesuatu.

"Baiklah Jae. Terima kasih sudah menjaga Aya dan untuk makanannya," ucap Chanyeol pada akhirnya.

Jaehyun mengangguk dan berdiri dari duduknya. "Ya sudah, aku pamit pergi kalau begitu. Aya... untuk cokelat itu... anggap saja hadiah dariku karena sudah mau kurepotkan dengan berbelanja bahan masakan sendirian tadi," jelasnya sambil menatap Aya dengan tatapan yang... biasa saja.

"Ya, terima kasih Jae," sahut Aya tanpa menatap Jaehyun. Gadis itu masih memendam kekesalan akibat kalimat Jaehyun yang menggantung tadi saat di dapur.

Jaehyun menatap Aya dengan sendu. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri yang kembali tak mendapatkan kepercayaan diri. "Kau benar - benar pengecut Jung Jaehyun!" batinnya.

"Aku pamit hyung... chef Jeno," ucap Jaehyun yang melirik sekilas ke arah Jeno.

Chanyeol yang sudah berdiri pun langsung meminta Aya untuk mengantarkan Jaehyun sampai depan pintu rumah. "Aya, antarkan Jaehyun. Cepat," titahnya yang tak bisa Aya bantah.

Mengerucutkan bibir, Aya melaksanakan titah sang kakak. Gadis itu langsung membuang muka saat bersitatap dengan Jaehyun selama beberapa detik. "Ayo," ujarnya.

Jaehyun menunduk singkat pada Chanyeol dan mengikuti Aya yang sudah berjalan lebih dulu. Dan tinggallah Jeno dan Chanyeol di ruangan tersebut.

"Jeno Lee..." sapa Chanyeol yang mendapati Jeno tengah menatap kepergian Aya dan Jaehyun dengan tatapan tak suka.

"Aku tahu, kau dan adikku hanya berpura - pura menjalin hubungan bukan?" lanjut Chanyeol, lalu duduk kembali di sofa.

Jeno seperti tertangkap basah karena telah melakukan sesuatu yang tak baik. "Ma-maksudmu hyung?" sahutnya.

"Aku minta, akhiri semua itu sekarang juga." Chanyeol mengucapkan kalimat itu dengan sangat tenang.

Berbanding terbalik dengan Jeno yang seperti tersambar petir ketika mendengar permintaan Chanyeol yang terdengar seperti perintah. Bahkan Jeno tak bisa berkata apa - apa karena lidah yang terasa kelu.

"Kau tahu, kalau cinta itu tak bisa dipaksakan. Aku tahu kalian sudah sangat dekat sejak kecil. Aya juga sangat menyayangimu, tapi..."

Jeno menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Chanyeol.

"...itu hanya sebatas sahabat. Jangan membuat Aya bimbang dengan tantangan yang kalian jalani ini. Kalau pun memang Aya benar - benar mencintaimu, aku tidak akan ikut campur."

Seperti sebuah tamparan keras bagi Jeno. Sebenarnya, apa yang diucapkan Chanyeol ada benarnya. Jeno tahu kalau Aya menganggapknya hanya sebatas sahabat. Tapi, apa yang salah dengan perasaan cinta yang ia punya untuk Aya?

"Tapi hyung..." Jeno tak bisa menyelesaikan ucapannya. Ia bingung harus mengelak atau menentang dengan alasan apa pada Chanyeol. Seperti sudah skakmat.

Chanyeol hanya diam dan menunggu Jeno menyelesaikan ucapannya. Bukannya Chanyeol kejam terhadap Jeno. Bukan juga karena Chanyeol menginginkan kakak perempuan Jeno.

Hanya saja... Chanyeol baru mengetahui kalau Aya mulai tertarik pada Jaehyun. Terlihat dari cara bicara gadis itu pada Jaehyun tadi.

🍓🍓🍓

Di ambang pintu rumah Aya, Jaehyun yang hendak pulang menghentikan langkahnya ketika ia merasa harus menyelesaikan apa yang sudah ia lakukan tadi saat di dapur.

"Kenapa? Tadi kau bilang ingin pulang. Ya sudah sana pulang!" ucap Aya ketus sambil bersidekap dada.

Jaehyun menggelengkan kepalanya pelan. Lalu meraih pergelangan tangan Aya dan berkata, "kau penasaran 'kan dengan ucapanku tadi? Kalau begitu, ayo ikut denganku sekarang."

"Ta-tapi..." ucap Aya yang terhenti. Ingin rasanya ia menolak tapi hati berkata lain. Dan akhirnya ia mengangguk. "Aku harus izin pada Chanyeol oppa dulu," lanjutnya.

"Aku akan meneleponnya nanti. Ayo, sebelum aku berubah pikiran," sahut Jaehyun.

Astaga Jaehyun! Kenapa sangat merepotkan. Hanya untuk mengungkapkan isi hati saja, harus membuat sang gadis kebingungan dan penasaran. Benar - benar berbeda laki - laki satu ini.

Jaehyun menggandeng tangan Aya menuju mobilnya yang terparkir di pekarangan rumah Aya. "Kita mau ke mana Jae?" tanya gadis itu.

Bukannya menjawab Aya, Jaehyun malah diam. Atau jangan - jangan Jaehyun tak tahu akan ke mana. Akhirnya ia pun memastikan Aya sudah duduk dengan nyaman di kursi penumpang.

"Jangan lupa pakai seatbeltmu," ucap Jaehyun setelah duduk di balik kemudi.

Aya tak menjawab dan hanya memasang sabuk pengaman untuk dirinya. Setelah itu, suasana canggung pun menyeruak di dalam mobil tersebut.

Tak butuh waktu lama, Jaehyun menepikan mobilnya di dekat sungai Han. "Maaf..." ucapnya tiba - tiba.

"Eung?" Aya menoleh ke arah Jaehyun dan mengernyitkan dahinya.

Jaehyun pun ikut menoleh. Terjadilah saling tatap yang cukup lama --lima detik. "Maaf atas ucapanku tadi."

"Ucapanmu yang mana? Kau dari tadi siang cukup banyak bicara Jae," sahut Aya yang mencoba mencairkan suasana.

Kembali menatap lurus ke depan, Jaehyun mengembuskan napas pelan. "Ucapanku saat di dapur rumahmu. Aku —"

"Ah, itu... kau tenang saja Jae. Aku tahu kau hanya bercanda 'kan? Tidak perlu kau risaukan. Aku tidak akan ambil hati." Aya memotong ucapan Jaehyun.

Membuat kepercayaan diri laki - laki itu merosot drastis. Sebab, penuturan Aya barusan menunjukkan bahwa gadis itu akan menolaknya. Itu yang ada di pikiran Jaehyun.

Kedua bahu yang merosot dan kepala yang menunduk, menandakan Jaehyun tak siap melanjutkan niat awalnya. Gagal total misi pengungkapan isi hati hari ini. Mungkin, memang butuh waktu untuk meyakinkan Aya bahwa ia benar - benar menyukainya.

Sebenarnya Aya pun merasakan hal yang sama dengan Jaehyun. Ia takut kalau ucapan laki - laki itu hanya untuk mempermainkannya. Jadilah celetukan yang Aya berikan dan menganggap ucapan Jaehyun hanya bercandaan belaka.

🍓🍓🍓

avataravatar
Next chapter