10 New Recipe ❤

•-----•

Tanpa kusadari...

Dengan memikirkanmu saja, aku mampu menyiptakan menu baru. Sungguh, apa maksudnya ini?

•-----•

RECIPE WITH LOVE

•-----•

Tersenyum; sedaritadi bibir di wajahku tak henti - hentinya melengkung membuat sebuah senyuman dikala menemukan sebuah resep untuk menu baru di musim dingin ini.

Aku juga tak mengerti, kenapa rasanya sangat mudah hanya untuk menciptakan sebuah resep akhir - akhir ini. Yang sebelumnya, mungkin aku akan menghabiskan waktu sekitar satu minggu untuk menciptakan sebuah menu baru.

Apa ada faktor lain? Mungkin, karena saat ini ada Ibuku yang selalu menjadi penyemangat nyata untukku? Berbeda dengan kala itu, ketika aku masih jauh dari malaikat tak bersayapku —Ibu.

"Baiklah, aku akan mencoba menu dari Perancis dan Korea ini. Akan kuciptakan masakan baru untuk makan siang. Kurasa akan sangat cocok disantap saat musim dingin, karena kandungan lemaknya cukup tinggi." Aku bermonolog di balik meja kerjaku sambil menangkup kedua tanganku di atasnya.

Kulihat jam di pergelangan tanganku, ternyata waktu sudah mendekati jam makan siang. Aku harus bergegas untuk merealisasikan resep yang baru saja kubuat.

Akhirnya, aku melangkahkan tungkaiku menuju dapur. Tapi, bagaimana kalau ke pantry lebih dulu? Aku butuh bantuan mereka —chef terlatih.

Setibanya aku di dapur, ternyata hanya ada chef Taeyong. "Chef? Di mana yang lain?"

"Ah, annyeonghaseyo chef Jung. Mereka sedang menyiapkan bahan untuk makan siang," jawab chef Taeyong seraya beranjak dari duduknya dan menunduk singkat.

Aku mengangguk, lalu berkata, "bagaimana menurutmu?" Baiklah aku sangat penasaran dengan penilaiannya tentang menu sarapan tadi yang kubuat.

Terlihat chef Taeyong berbinar ketika membicarakan soal menu sarapan tadi. Bahkan ia mengacungkan dua ibu jarinya ke arahku. "Masakanmu sangat lezat, chef. Aku sampai lupa kalau harus membaginya dengan Johnny-ssi," sahutnya.

"Ah, syukurlah," sahutku merasa lega.

"Setelah ini, kau akan memasak apa chef?" tanya chef Taeyong.

Aku menyunggingkan senyum dan berkata, "Cassoulet Bulgogi."

Kulihat chef Taeyong mengernyitkan dahinya bingung.

Aku mengerti, karena Cassoulet adalah salah satu masakan khas Perancis. Masakan ini semacam kaserol, campuran antara sosis dan kacang putih yang dimasak bersama dalam sebuhah panci. Cassoulet ini menyerupai sup, namun memiliki tekstur kuah yang jauh lebih kental dan rasa yang lebih berat.

Sedang, Bulgogi adalah masakan khas Korea; daging yang digunakan antara lain daging sirloin atau bagian daging sapi pilihan. Bumbu bulgogi adalah campuran kecap asin dan gula ditambah rempah lain bergantung pada resep dan daerah di Korea.

"Bukankah itu kedua makanan yang berbeda chef? Bagaimana maksudmu?" tanya chef Taeyong yang masih bingung dengan maksudku.

Aku hanya bisa tersenyum maklum, karena aku belum menyampaikan maksudku dengan jelas. Baiklah, akan kujelaskan padanya sedikit.

Aku beranjak dari duduk dan bersidekap dada. "Aku akan membuat Cassoulet dan Bulgogi, keduanya akan kugabungkan. Biasanya cassoulet menggunakan sosis, tapi akan kuganti dengan irisan daging bulgogi yang cukup dikenal di negara ini. Karena, kedua makanan tersebut sangat cocok untuk musim dingin."

"Aku ingin menghidangkan makanan yang menghangatkan untuk para pelanggan restoran kita, chef. Melihat mereka tersenyum setelah menyantap makanan dari restoran ini, membuatku merasa bahagia," lanjutku. Namun, ada satu hal yang sebenarnya menjadi pacuanku kenapa membuat resep itu. Ya karena seseorang yang kini mulai mencuri perhatianku, siapa lagi?

"Aku juga penasaran dengan tanggapan dia. Berhubung dia tak bisa merasakan rasa asin, akan kubuat manis dan pedas yang akan menyatu," batinku.

Kulihat chef Taeyong tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. "Woah daebakk! Idemu sangat cemerlang chef. Aku tak sabar ingin melihat hasil akhirnya."

"Bisakah aku ikut bergabung denganmu? Untuk lunch time nanti?" lanjut chef Taeyong bertanya.

Aku kembali duduk. Bukannya aku tak mau, hanya saja aku ingin memberikan kesempatan ini pada chef lain. Bukan, bukan karena kinerja chef Taeyong tak bagus. Harus kuakui ia adalah salah satu chef yang sangat cekatan dan profesional untuk diajak kerja sama.

"Karena kau sudah membantuku untuk breakfast time. Berhubung aku membutuhkan sous chef jadi biarkan chef Jeno yang akan membantuku untuk lunch time. Tidak apa 'kan?" Sejujurnya aku merasa tak enak padanya.

Terlihat chef Taeyong sedikit menghela napasnya. Kurasa ia kecewa dengan jawabanku. "Aah, baiklah chef. Aku akan menyiapkan makanan pembukanya."

"Terima kasih chef Taeyong. Lain kali, kita akan menciptakan makanan yang lebih dari ini. Call?" sahutku, yang berusaha untuk dekat dengan karyawan lainnya.

Seutas senyum nampak di wajah chef Taeyong. Laki - laki itu mengangguk antusias. "Roger, chef!"

Kubalas dengan senyuman, lalu setelahnya aku permisi untuk menuju dapur. "Baiklah chef, kalau begitu aku ke dapur dulu. Kalau chef Jeno sudah datang, tolong minta dia untuk segera ke kitchen."

"Baik chef!" sahut chef Taeyong.

Aku mengangguk dan melangkahkan tungkaiku. Sebelum memulai memasak, aku mengirimi Mingyu sebuah pesan.

Mingyu Kim

Berikan nomor ponsel Aya |

Setelah itu, aku meletakkan ponselku di loker dan mengganti pakaianku. Kurentangkan apron warna putih dan kulingkarkan di pinggangku. "Fighting!" seruku.

In the Kitchen at La Bosseade

Terlihat suasana yang begitu riuh di sana —kitchen. Beberapa chef sibuk dengan tugasnya masing - masing. Keadaan seperti ini terjadi setiap hari pada jam - jam tertentu —breakfast, lunch dan dinner.

Begitu juga di dapur bagian khusus executive chef. Jaehyun tengah memainkan perannya sebagai koki yang handal. Terlihat dari caranya memegang spatula juga keseriusan yang nampak di wajah tampannya.

Dengan cekatan, ia berpindah - pindah untuk menyelesaikan setiap bahan - bahan masakan yang akan ia campur pada menu masakannya. Bukan hanya Jaehyun, di sana juga terlihat Jeno tengah sibuk dengan tugasnya.

Jeno sedang memanaskan 10 gram mentega, untuk menumis irisan daging sapi dan burger sapi hingga matang dan kecoklatan. Setelahnya akan ia campur dengan beberapa bahan seperti kecap dan bumbu lainnya.

"Jangan sampai masih medium chef. Tolong dilihat lagi tingkat kematangannya," titah excutive chef —Jaehyun. Ia bicara tanpa menoleh karena sibuk mengurus bahan lainnya.

Jaehyun sedang menumis bawang bombay hingga harum setelah selesai membuat jus tomat. Lalu, ia tuangkan jus tersebut dan menambahkan kaldu di atasnya.

Jika dilihat, kedua chef itu memasak seperti melihat pemandangan yang sangat jarang ditemukan. Dua chef tampan dalam satu kolaborasi memasak yang sama. Bagaimana menurut yang melihatnya?

Jeno mengangguk mengerti. "Baik chef!"

Sekiranya sudah beberapa menit, masakan yang Jeno buat selesai. Ia menyerahkannya pada Jaehyun untuk digabungkan dengan bahan yang lain.

Terlihat Jaehyun masukkan tumisan irisan daging dari Jeno, dan menambahkan batang seledri juga semua bahan lainnya; cengkeh, garam secukupnya, merica dan bay leaf kecuali kacang channelini. Ia masak hingga bahan matang dan bumbu meresap.

"Chef, bisa tolong siapkan roti panggang untuk pendampingnya? Menu baru ini butuh pendamping chef, agar tak kesepian sepertiku," ucap Jaehyun dengan bercandaan sedikit diakhir kalimatnya.

Berhubung masakan akan selesai, apa salahnya bergurau dengan karyawan lainnya sambil menunggu. Setelah beberapa menit tadi begitu serius saat memasak. Hitung - hitung hiburan, menurut Jaehyun.

Terlihat Jeno terkekeh pelan. Jangan lupakan matanya yang tersenyum. "Astaga chef, kau bisa bercanda juga. Baiklah, roti panggang original 'kan chef?" tanyanya memastikan.

"Yes chef. Ah, bagaimana dengan temanmu itu? Apa dia akan makan siang di sini nanti?" tanya Jaehyun tiba - tiba.

Jeno yang tengah menyiapkan roti yang baru ia ambil dari lemari yang ada di ujung, sedikit terkesiap mendengar pertanyaan Jaehyun. Ada apa menanyakan Aya? Pikirnya. "Temanku baik - baik saja chef. Dia tidak makan siang di sini karena ada urusan pekerjaan," jawabnya.

Seketika Jaehyun meletakkan spatulanya. Ia menoleh ke arah Jeno. "Dia tidak datang? Kau serius?" tanyanya memastikan.

Terlihat sebuah anggukan mantap dari Jeno membuat Jaehyun semakin menurunkan bahunya. "Hhhh..." helanya.

"Kenapa chef?" tanya Jeno penasaran. "Mungkin makan malam? Dia sempat bicara soal akan makan malam di sini," lanjutnya.

"Seriously? Okay. Tidak ada apa - apa chef. Ayo kita selesaikan menu makan siang ini," jawab Jaehyun antusias.

Lihatlah, beberapa detik lalu ia begitu lesu. Tapi sekarang? Setelah mendengar gadis itu akan makan malam di restoran ini, ia begitu senang. Ada apa dengannya?

Jeno hanya bisa melihat executive chef itu sambil mengernyitkan dahinya karena bingung. Lalu ia menggedikkan bahunya santai dan melanjutkan tugasnya.

"Setidaknya dia datang. Baiklah, aku harus memikirkan menu apa yang akan kubuat untuk makan malam nanti," batin Jaehyun.

Beberapa menit kemudian, masakan sudah selesai. Cassoulet Bulgogi ala chef Jaehyun dan chef Jeno siap dihidangkan.

avataravatar
Next chapter