"Hai. Cantika kan?" tanya laki-laki itu.
Cantika langsung melihat ke arah orang yang memanggilnya. Cantika langsung terkejut setelah dia melihat orang itu. Ternyata dia adalah mantan kekasih Cantika waktu Cantika masih sekolah menengah pertama.
"Devan? Kok lu bisa ada di sin isi?" tanya Cantika dengan sangat penasaran.
"Iya. Gua baru aja pindah ke Jakarta. Jadi gua telat sekolah. Untung aja sekolah ini masih terima murid. Gua ga nyangka kalo di sekolah ini ada lu juga."
Cantika hanya terdiam mendengar penjelasan dari Devan. Karena Cantika masih tidak habis pikir jika mantan kekasihnya sekarang bersekolah di tempat yang sama.
"Oh ya. Katanya lu juga udah punya cowok ya?"
"Iya."
"Oke. Semoga langgeng ya sama dia. Sekarang mana orangnya?"
"Dia lagi ke kantin beliin gua makan."
"Oke kalo gitu lain kali mungkin ya kita bisa ketemu dan bisa temanan. Kalo gitu gua mau ke ruang Guru dulu ya, Masih ada beberapa berkas yang harus gua serahkan. Lu kalo butuh apa-apa tinggal hubungi gua aja. Nomor gua masih yang lama kok. Bye Cantika."
Cantika hanya bisa terdiam saja. Setelah itu Devan langsung pergi meninggalkan Cantika di dalam kelasnya. Cantika masih tidak menyangka jika mantan kekasihnya dahulu, orang yang pernah sangat cintai bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya. Perjuangan Cantika untuk melupakannya selama satu tahun ini sepertinya akan sia-sia.
"Kenapa Devan harus sekolah di sini si? Udah satu tahun gua berusaha buat lupain dia. Tapi kenapa dia justru datang lagi di kehidupan gua. Dan kenapa dia datang kembali dengan sikap dia yang lebih baik kayanya daripada dia yang kemarin," pikir Cantika di dalam hatinya.
Tidak lama kemudian Aksa tiba di kelas dengan membawakan beberapa makanan dan minuman untuk mereka makan berdua di dalam kelas. Tetapi ketika Aksa datang ke kelas, Aksa justru malah melihat Cantika yang sedang muram. Aksa langsung berpikir jika ada laki-laki lain lagi yang sudah menganggunya.
"Kamu kenapa Cantika? Ada yang gangguin kamu lagi? Siapa orangnya? Bilang aja sama aku," tanya Aksa.
"Eh, engga. Ga ada yang gangguin aku kok. Aku cuma lagi pusing aja sedikit."
"Kamu pusing? Kita ke UKS aja yuk kalo gitu."
"Ga usah. Nanti juga sembuh sendiri."
"Kamu yakin? Aku ga mau sampai kamu kenapa-kenapa loh."
"Iya, aku yakin. Aku ga apa-apa kok."
"Yaudah kalo gitu sekarang kita makan dulu ya. Kamu makan yang banyak supaya ga sakit. Tapi nanti kalo kamu masih merasa sakit, kamu langsung bilang ke aku aja ya."
"Iya, Aksa. Makasih banyak ya kamu udah perhatian banget sama aku."
"Udah jadi keharusan buat aku. Sini, aku suapin kamu ya."
Dengan sigapnya Aksa langsung membantu Cantika untuk makan. Cantika yang mendapatkan sikap Aksa seperti itu kepadanya membuat Cantika merasa tidak enak dengan Aksa. Cantika juga kini mulai membanding-bandingkan antara diri Aksa dengan mantan kekasihnya, Devan.
"Aksa itu emang laki-laki yang baik banget. Dia bisa jagain gua, perhatian banget sama gua. Beda banget sama waktu gua pacaran sama Devan dulu. Mahesa ga pernah peduli sama gua. Yang ada dia justru sering banget nyakitin hati gua," ucap Cantika di dalm hatinya.
Aksa dan Cantika makan bersama di dalam kelas. Sudah pasti mereka berdua menjadi pusat perhatian bagi orang-orang yang melihat kedekatan mereka berdua. Tetapi Aksa dan Cantika tidak mempedulikannya. Mereka berdua tetap makan bersama hingga akhirnya jam istirahat sudah selesai dan mereka semua harus melanjutkan kegiatan belajar mengajar mereka di dalam kelas. Sampai nanti akan ada waktunya semua murid di perbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
*****
Kring... Kring.... Kring....
Jam pulang sekolah sudah tiba. Semua murid yang mendengarnya langsung berhamburan meninggalkan sekolah. Seperti layaknya burung yang baru saja bebas dari dalam sangkarnya. Aksa yang mengetahui jika Cantika sedang tidak enak badan pun langsung mengajaknya pulang ke rumahnya.
"Kita langsung pulang sekarang ya. Kamu kan lagi pusing juga katanya," ucap Aksa.
"Iya," jawab Cantika singkat.
Aksa dan Cantika pergi ke parkiran sekolah mereka. Ketika mereka berdua hendak pergi ke parkiran sekolah, Aksa dan Cantima bertemu dengan Devan di koridor sekolah. Cantika yang melihat kedatangan Devan sangat terkejut. Sedangkan Aksa yang tidak kenal dengan Devan bersikap biasa-biasa saja.
"Hai," sapa Devan.
"Aduh, Devan ngapain lagi si. Pasti dia mau cari perhatian nih sama Aksa. Kalo sampai Aksa tau kalo itu mantan gua, apa Aksa bakalan marah ya sama gua?" pikir Cantika di dalam hatinya.
"Iya. Ada apa ya?" tanya Aksa.
"Ga ada apa-apa si. Tapi gua sering dengar berita tentang lu berdua. Lu berdua itu sama-sama the most wanted di sekolah ini dan kalian berdua jadian kan? Makanya banyak siswa dan siswi di sini yang patah hati. Hahaha."
"Hahaha. Bisa aja. Engga juga si. Kita biasa aja."
"Oh iya. Kenalin, gua Devan. Gua murid baru di sini. Pindahan dari Bandung. Kalo lu Aksa, dan lu Cantika kan?"
"Iya. Sampai segitunya tau tentang kita berdua, haha. Kalo gitu salam kenal Devan. Tapi sebelumnya sorry banget ya. Gua lagi buru-buru mau antar pulang Cantika."
"Buru-buru banget? Ga mau nongkrong dulu gitu?"
"Lain kali aja ya. Soalnya Cantika sekarang lagi kurang enak badan. Kasihan dia. Next time bro. Bye."
"Oh gitu. Oke. Bye."
Aksa dan Cantika pergi meninggalkan Devan begitu saja di koridor sekolah mereka. Karena Aksa berpikir jika kondisi Cantika saat ini semakin tidak baik akibat Cantika yang terus terdiam selama Aksa dan Devan berkenalan. Devan terus melihati kepergian Aksa dan Cantika. Hingga akhirnya Aksa dan Cantika sudah tidak terlihat lagi.
"Kayanya Aksa itu cinta mati sama Cantika. Sebegitu perhatiannya dia sama Cantika. Ketahuan juga dari cara dia menatap Cantika. Kayanya gua emang harus dekatin mereka berdua supaya gua bisa masuk di tengah-tengah mereka berdua," pikir Devan di dalam hatinya.
Kemudian setelah itu Devan juga pergi meninggalkan sekolahnya. Walaupun sebenarnya kali ini Devan tidak langsung pulang ke rumahnya. Tetapi Devan pergi bersama teman-teman barunya untuk nongkrong bersama di salah satu Cafe elite yang ada di Jakarta. Karena Devan adalah orang yang sangat mewah kehidupannya. Dia sudah biasa menghambur-hamburkan uang hasil kerja keras Ayah dan Mamahnya. Sangat berbeda dengan sosok Aska.
******
Di dalam perjalanan ke rumah Cantika.
"Kamu kenapa diam aja sayang dari tadi? Kamu masih pusing kepalanya?" tanya Aska dan Cantika tidak menjawabnya.
"Cantika, Cantika. Kamu kenapa si sebenarnya?" tanya Aksa kembali.
-TBC-