webnovel

Love Attack

Menjadi teman dari lelaki yang bernama Alghara bukanlah hal yang mudah untuk wanita mungil yang bernama Arabella. Wanita dengan rambut coklat bergelombang dengan mata emerald jernih itu harus rela melakukan peran konyol demi membantu sahabat brengseknya itu. "Bagaimana jika itu kau?" "Apa?" "Kau," "Ada apa denganku?" "Berpura-pura menjadi kekasihku sepertinya bukan ide yang buruk," Dan bagaimana akhir kisah dari peran konyol yang di awali kepura-puraan tersebut. Akankah pertemanan mereka akan berubah ataukah benih-benih itu akan muncul tanpa mereka sadari?

HaiMey · Urban
Not enough ratings
3 Chs

Chap- 1

Setelah pertemuan itu terjadi, Arabella masih memikirkan tentang kalimat terakhir yang Ghara ucapkan. Meski lelaki itu terlihat santai saat mengatakannya, tapi sorot mata yang Arabella tangkap berbeda dengan apa yang lelaki itu perlihatkan.

Lebih dari lima tahun sejak mereka duduk di bangku Universitas. Dan Arabella tidak pernah salah menebak jika ucapan Ghara waktu itu sungguh-sungguh dia ucapkan untuk dirinya.

Sejujurnya, Arabella tidak mengerti kenapa Ghara bisa memikirkan ide mengerikan seperti itu. Setidaknya, kenapa harus dirinya yang dia minta untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Sementara, wanita mungil itu teramat sangat yakin, jika masih banyak ratusan wanita yang rela mengantre untuk bisa berdekatan dengan lelaki seperti Alghara Alexander.

Memang dasar kutil kuda!! batin Arabella.

"Hahhh... " Hembusan napas lelah langsung Arabella keluarkan. Wajah wanita itu tertekuk lesu dengan dahi terlipat. Pikirannya berkecamuk dan ia merasa ada beban berat di otaknya yang kecil.

Menjadi kekasih seorang Alghara??

Mustahil!!

Mana mungkin itu terjadi.

Arabella tentu menolak gagasan yang lelaki itu berikan. Meski Ghara tampan, kaya, dan memiliki keluarga yang selalu terlihat harmonis, tapi jika mengingat bagaimana kehidupan bebas yang Ghara miliki, tentu saja hal itu menjadi poin utama untuk Arabella pikirkan.

"Apa kau ada masalah?" salah satu teman wanita yang Arabella miliki duduk di depannya dengan alis bertaut. "Ku perhatikan, sejak tadi kau banyak menghela napas dan tidak semangat seperti biasanya." Ujarnya.

Arabella mengedikkan bahu, "Entahlah. Apa terlihat jelas?. "

Jessy mengangguk, "Kenapa? Apa sesuatu terjadi? " tanya Jessi beruntun.

"Ghara, manusia Iblis itu membuat ulah dan aku pusing menghadapi Tante Diana yang selalu berkeluh kesah tentang kelakuan putranya yang luar biasa menyebalkan."

"Ck, ku pikir masalah apa. Ternyata hanya masalah seperti itu."

Arabella mengerutkan kening, "hanya, kau bilang?"

Jessi mengangguk singkat. Lalu menyilangkan sebelah kaki jenjangnya sebelum berujar, "bukankah dia memang selalu bersikap seperti itu dari dulu."

"Tapi kali ini dia... "

"Dia membuat si wanita tersinggung dengan ucapannya?" potong Jessi. Yang di sambut dengan anggukan kepala Arabella. "Selain kau, Ghara tidak akan pernah tunduk pada wanita mana pun, Bel."

Hah??

"Masih tidak mengerti juga?"

Arabella memicingkan matanya dan meluncurkan kalimat penuh sarkasme. "Jessi, sebaiknya jangan bermain teka-teki denganku di saat seperti ini. Kepalaku sudah pusing dan kau ingin memperunyam?"

"Memangnya apa yang tadi ku katakan?"

"Ck, terserah kau," dengkus Arabella.

"Entah kenapa aku bisa memiliki rekan kerja sepertimu."

Arabella mengerucutkan bibir, "heh, apa maksudnya itu."

Jessi mengedikkan bahu tak acuh. "Kau memang pintar. Jujur, aku mengakuinya. Tapi..." kalimat Jessi tergantung sejenak. Lalu menatap sahabatnya sekaligus rekan kerja yang ia miliki dengan gelengan pelan. "Kau benar-benar menyebalkan di saat yang tidak tepat."

"Kau tahu, rasa-rasanya aku ingin sekali memukulmu."

Jessi terkikik geli mendengar nada ancaman yang Arabella berikan. "Kenapa? Aku hanya mengatakan apa yang sedang aku pikirkan, Abel."

"Pikiranmu kadang terlewat menyebalkan, Jess," Dengkus Arabella.

"Lihat saja nanti. Ketika kau di sakiti oleh lelaki seperti waktu itu, kita lihat apa yang akan Alga lakukan."

"Kau mendoakanku untuk di selingkuhi lagi. Begitu?"

"Seru juga melihat lelaki yang menjadi mantan kekasihmu di hajar Alga. Bukankah itu menandakan sesuatu."

"Bukan berarti sesuatu yang kau pikirkan itu benar, Jess." Tegas Arabella. Menolak asumsi yang Jessi berikan.

"Terserah kau saja, Bel. Aku akan menikmati apa yang akan terjadi nantinya."

Setelah mengucapkan itu, Jessi berlenggang pergi dan kembali menekuni pekerjaannya. Mengabaikan ocehan Arabella yang menyangkal tuduhan yang Jessi berikan untuknya.

"Aku dan Ghara?" gumam Arabella. "Tidak mungkin." Tepisnya.

Setelah itu, Arabella kembali menopang dagu dan berpikir untuk tidak terlalu larut dalam masalah yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Karena jika di pikir ulang, Arabella hanyalah wanita yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Alexander.

Meski Arabella bukan lagi orang luar bagi keluarga tersebut, dan bahkan dirinya sudah seperti anak perempuan bagi mereka, tapi tetap saja, darah lebih kental daripada air.

Namun, sebagian yang Jessi katakan memang benar adanya. Ketika Arabella menangis karena mantan kekasihnya menjalin kasih dengan wanita lain, lalu keesokan harinya Ghara mendapati matanya sembab, maka jangan tanyakan bagaimana seorang Alghara membuat lelaki yang membuat Arabella menangis langsung mendapat luka memar hampir di sekujur tubuhnya.

Dan ketika Arabella bertanya mengenai hal tersebut, maka jawaban yang di dapatinya hanyalah sebuah batu terangkat tak peduli. Khas seorang Ghara jika ia merasa jika pertanyaan itu tak begitu penting untuk ia jawab.

Lalu ketika siang berlalu dan Arabella hendak mengistirahatkan diri, suara sering ponselnya membuat wanita itu harus mendengkus kesal sekaligus mengumpat karena waktu istirahatnya terganggu.

"Hm?" Hanya kalimat singkat, tapi penelepon di seberang sana langsung menyadari jika Arabella sedang tidak dalam suasana mood yang bagus. "Apalagi?"

"Judes!"

Arabella menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, "jadi, ada apa kau meneleponku dan mengganggu acara istirahatku yang berharga ini, hm?"

"Setalah ini aku akan menjemputmu."

"Heiii... Cafe Cherryblossom belum closed ya," Seru Arabella. "Memangnya kenapa kau tiba-tiba ingin menjemputku?"

"Mama memintaku untuk membawamu ke rumah."

"Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Bukankah kau anak perempuannya."

Arabella memutar bola mata jengah, "apa kau sedang meledekku?"

"Di bandingkan aku dan Revan, Mama lebih sayang padamu, Ara."

Arabella tentu tak menampik apa yang Ghara katakan. Karena dia sendiri pun merasakan jika Tante Diana lebih perhatian padanya dan hampir setiap malam, wanita yang sudah tak lagi muda itu mengundangnya untuk menghabiskan waktu makan malam bersama.

"Tapi Ghara, hari ini Cafe ramai pengunjung." Kilahnya.

"Tidak ada toleransi apa pun, Ara."

Wanita mungil itu kembali mengembuskan napas lelah, lelaki yang sedang beradu kata dengannya ini sama sekali tidak suka di tolak sejak dulu.

"Baiklah," putus Arabella pada akhirnya. "Tapi aku akan datang sendiri. Mungkin sedikit terlambat."

"Hn,"

Dan setelah mendapat kata ambigu dari lelaki di seberang sana, panggilan telepon itu pun terputus begitu saja. Membuat Arabella harus segera bangkit dari tempat istirahatnya dan kembali melakukan pekerjaan yang pastinya sudah ditunggu oleh beberapa pegawai lainnya.

~*****~

Jangan lupa komentar dan tanda bintangnya ya guys 💓😍😍