"Mengapa harus begitu, Mas. Aku bukan siapa-siapamu."
"Karena itu, berikan jawabannu sekarang. Agar aku tidak perlu merasa menyesal atau kecewa karena sikapmu yang suka bikin jengkel."
Pertanyaan Henggar yang selalu berulang kali ditanyakan meskipun dengan cara yang berbeda masih selalu membuat Diandra merasa serba salah antara bingung ingin mengiyakan atau menolaknya lagi.
Bila Diandra menghitung secara detil, sudah dapat dipastikan bahwa pertanyaan yang diajukan dengan begitu lembut dan penuh romantisme ini selalu membuatnya terhanyut, terlena, sekaligus terbuari. Sayangnya sekali lagi, Diandra terus merasa ragu untuk memberikan jawaban.
"Jangan berharap terlalu banyak padaku, Mas. Aku bukan siapa-siapa yang layak untuk kamu pertahankan!" seru Diandra dengan nada lirih dan mata yang berkaca-kaca. Bulir air mata telah bersiap untuk luruh membasahi pipinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com