Hari yang cerah telah di lewati oleh Aura bersama dengan Faisal, urusan fitting baju sudah, dan juga pilih makanan dan gedung semua sudah di urus oleh Faisal sebelum nya, namun hari ini ia mengajak Aura hanya karena ingin kesepakatan darinya saja, karena menurut nya setiap wanita pasti memiliki pernikahan impian nya, dan Faisal Sangat menghargai itu.
Waktu telah larut malam, Faisal pun mengembalikan Aura ke rumah nya, dari raut wajah mereka berdua terlihat sangat kelelahan sekali.
"Assalamualaikum Buk," ucap Aura sembari masuk.
"Waalaikumsalam," jawab ibu yang sedang nonton tv bersama Ayah.
"Ibuk, Ayah," ucap Aura sembari menyalami mereka.
"Loh ... Faisal mana Nduk? Kamu pulang bareng Dia kan?" tanya Ibu.
"Ya iyalah Buk, masak iya sih Aku pulang sendiri, itu mas Faisal menunggu Ayah dan Ibuk di ruang tamu," jawab Aura lalu masuk ke dalam kamar nya.
"Loh .. Kamu kok gak bilang dari tadi to," tegur Ayah dan langsung beranjak dari tempat untuk menemui calon menantunya itu.
"Humb ... kebiasaan sih kalau udah lihat bola sampai gak peduli sama anak sendiri," cetus Aura di dalam kamar.
Faisal duduk di ruang tamu sambil menunduk kan kepalanya, dan tak lama kemudian Ayah Aura datang menemuinya.
"Nak Faisal," panggilnya.
"Eh Bapak," Faisal langsung berdiri untuk menyalami nya.
"Maaf ya Pak pulang nya kemalaman, soalnya tadi sekalian mengurus semua nya, jadi besok biar gak ribet untuk keluar-keluar lagi," lanjut nya dengan sangat sopan.
"Oh ... iya gakpapa, lagian Aura itu sudah hak Kami to Nak, Dia itu sudah menjadi istri sah mu secara agama, jadi ya sama saja itu sudah hak mu," jawab Ayah Faisal, sangat terlihat dari raut wajah Ayah nya bahwa ia sangat menyayangi calon menantunya itu.
"Ya sudah Pak kalau gitu saya mau langsung pamit pulang dulu ya, karena nnti setelah isya saya ada jadwal di pondok jadi harus mengejar waktu," pamit Faisal.
"Oh iya Nak, hati-hati ya," saat Faisal mau keluar tiba-tiba Ibunya Aura datang dengan membawa teh hangat.
"Lo Lo Lo, mau kemana Nak? Ini teh nya baru jadi," ucap Ibu Aura.
"Eh Ibuk," Faisal kembali masuk untuk menyalami nya.
"Maaf Buk, ini sudah malam, dan saya mengejar waktu karena ada jadwal nanti di pondok Buk," ucap Faisal sambil menundukkan badan nya yang menunjukan kesopanan yang luar biasa.
"Oh gitu, ya sudah hati-hati Yo Le ... Eh bentar Ibu panggil Aura duku ya," ucap Ibu Aura dengan semangat.
"Emb .. enggak usah Buk, tadi Aura sudah berpamitan kalau katanya Dia sangat capek jadi gak bisa untuk nunggu saya pulang, jadi biar istirahat saja Buk," Kesopanan yang dimiliki Faisal membuat Ibu Aura semakin kagum dengan nya.
"Oh gitu, ya sudah Le, hati-hati ya, gak usah ngebut-ngebut,"
Faisal lalu pergi dan berjalan sangat sopan saat di hadapan kedua orang tua Aura.
Aura melihat kepergian Faisal dari jendela kamarnya, sebenarnya ia ingin sekali menemui Faisal namun badan nya yang mudah merasa lelah membuat nya tak bisa mendampingi Faisal sampai pulang.
Setelah mobil di bunyikan Faisal dengan perlahan menginjak gas mobil nya.
Handpone Aura pun berbunyi nada pesan masuk.
"Umb ... Mas Faisal? Ngapain, tumben baru berangkat udah kirim pesan," Aura membuka pesan itu dan membaca nya sambil tersenyum sendiri.
(Dek ... Mas pulang dulu ya, dijaga kesehatannya, jangan capek-capek lagi, karena Mas gak mau lihat Adek sampai kelelahan seperti tadi, maafin Mas ya yang telah memaksa kan kekuatan tubuh Adek, I love you istri solihah ku, Mas sangat rindu dengan senyum manis di bibir mu Dek).
"Haduh ... Mas Faisal, Kamu itu memang dari dulu gak berubah, Kamu tetap romantis, setelah sekian lama Aku tak pernah mendengar kata-kata i love you dari Kamu tapi kali ini Aku merasa sangat bahagia meskipun hanya lewat pesan saja," ucap Aura sambil memeluk handphone nya dan tersenyum sendiri.
Dunia Aura semakin berbeda setelah kembali hadirnya kembali Faisal dalam hidup nya, mungkin penantian nya 5 tahun itu memang tidaklah mudah, banyak rintangan yang Aura rasakan, salah satu nya ia harus benar-benar menutup mata untuk setiap lelaki yang berusaha melamarnya dengan embel-embel harta, Aura sama sekali tidak pernah tergoda meskipun ia harus di beri mahar 1 milyar pun ia akan tetap setia menanti Faisal, dan semua penantian nya itu pun telah di beri oleh Allah dengan tertata rapi dan sangat indah, sungguh janji Allah itu nyata, setiap orang yang mau bersabar pasti akan memetik indah nya hasil kesabaran nya.
Faisal pergi ke pondok dengan sangat laju karena ia tipikal orang yang sangat disiplin, ia tidak pernah suka dengan kata terlambat, karena waktu itu sangat mahal baginya jadi ia selalu berusaha menghargai waktu yang ia miliki.
Hujan sangat deras di luar, petir pun saling sahut-sahutan, kondisi malam itu membuat perjalanan Faisal sedikit terganggu, penglihatan sedikit kabur akibat terlalu deras nya hujan.
"Ya Allah, mudahkan lah jalan ku untuk menuju ridho mu," ucap Faisal yang sedang berhenti di lampu merah.
Faisal melihat handpone nya berkali-kali bunyi, Dan ternyata Aura yang menghubunginya sejak tadi, namun Faisal lupa tidak membawa handset nya jadi Ia tidak berani mengangkat telepon dari Aura dalam kondisi yang sangat mencekam seperti itu.
"Maafin Mas ya Dek, bukan nya Mas gak mau angkat, tapi keadaan nya gak memungkin kan, nanti aja mas telepon Kamu Dek," gumam Faisal sambil menunggu pergantian lampu kuning.
Aura di rumah tidak bisa tidur, ia kefikiran Faisal, lalu ia mencoba menanyakan nya kepada Fahri yang sama-sama memiliki jadwal di pondok hari ini.
"Hallo Assalamualaikum," ucap Fahri dengan semangat mengangkat telepon dari Aura.
"Waalaikumsalam kak, mau nanya, Kak Fahri ada di mana sekarang, bisa kan?" ucap Aura.
"Oh bisa, gakpapa kok, bilang saja, Kamu mau nanya apa?" jawab Fahri.
'Suaramu saja sangat indah di dengar Lo Aura, humb ... sangat beruntung Faisal mendapat kan Gadi secantik Kamu, andaikan Kamu belum kenal Faisal, Hufh, Aku pasti akan maju dan meminta mu kepada orang tua mu' batin nya sehingga membuat nya tidak mendengar yang ditanyakan oleh Aura.
"Hey ... dengar gak sih di tanya, kok malah diem aja," tegur Aura dan membuyarkan lamunan Fahri.
"Eh ... maaf ya cantik, tadi sinyal nya sulit," ucap Fahri yang terlihat gerogi.
"Oke ... alasan sinyal di terima, karena memang hujan, Aku cuma mau nanya, apa mas Fahri belum sampai di pondok Kak? Aku dari tadi nelfon gak di angkat-angkat," tanya Aura yang cemas.