"Haduh ... kayak nya belum sih, biasanya Dia gak pernah telat sih memang sebelumnya ya, tapi gak tau kali ini, karena memang kan hujan di luar jadi Dia gak berani laju-laju," jawab Fahri
Fikiran Aura sudah gak karuan mendengar jawaban Fahri, apalagi cuaca di luar saat ini sedang hujan lebat di tambah lagi angin dan petir.
Aura berkali-kali menghubungi Faisal namun tidak ada jawaban darinya.
"Ya Allah Mas, Kamu kemana sih, ayo dong angkat telepon dari ku, jangan buat Aku khawatir seperti ini," gumam Aura sambil mondar mandir di kamarnya.
"Tok ... tok ... tok,"
"Aura sayang, ini Ibu, Boleh masuk kan Nak?"
'Ibu! Haduh, Aku gak boleh kelihatan panik di depan Ibu, nanti Ibu malah ikutan cemas, enggak! Aku gak boleh buat ibu cemas' ucap Aura dalam hati.
Aura lalu membukakan pintu nya sambil menunjuk kan senyum bahagia nya kepada Ibu.
"Hai Ibu, ada apa?"
"Enggakpapa Sayang, Ibu cuma mau ajak Kamu minum wedang hangat sama pisang goreng, ibu baru saja selesai goreng nya jadi masih sangat, menghargai cuaca lah Nak,"
Aura tertawa sambil merangkul Ibu.
"Ibu ini ada-ada aja, iya sudah ayok, kebetulan perut ku pas lapar Bu,"
'Ya Allah ... mudah-mudahan gak terjadi apa-apa sama mas Faisal, Aku sangat mengkhawatirkan nya, lindungilah Dia dimana pun ia berada rabbi' ucap Putri dalam hati.
Putri bergandengan dengan Ibu menuju ruang keluarga, Ayah nya sudah menantinya.
"Anak perempuan zaman sekarang memang suka nya mengurung diri di kamar, sebenarnya kamar nya ada apa nya to kok betah di dalam," cetus Ayah.
"Iih Ayah ini kenapa ya, kok sama Aura sekarang suka marah-marah terus, sama Mas Faisal malah kayak nya sayang banget, huumb,"
"Lah Faisal kan anak Ayah juga, jadi ya harus Ayah sayang dong, apalagi Dia dibilangin nurut banget,"
"Tapi duku Ayah nolak dia, kok sekarang bisa muji-muji gitu, Yee .. gak malu ih Ayah," ledek Putri.
"Eh ... sudah .. sudah, Ibu ini ngajak Aura kesini biar kelihatan akur, kok malah bertengkar to, Ayah ini juga, gak boleh lah kayak gitu sama Aura, Dia kan Anak kita, seharusnya Ayah juga bisa sayang sam Dia, jangan cuma sama Faisal nya saja," sahut Ibu sembari menyodorkan pisang goreng yang masih panas di depan Ayah.
"Tau tuh Ayah, selalu aja gitu kalau sama Aku," cetus Aura.
"Kamu yang sopan kalau sama Ayah mu Ndok, jangan kayak gitu, Kamu harus belajar sopan sama orang tua, karena sebentar lagi Kamu akan hidup bersama keluarga Faisal, jadi Kamu harus mulai merubah sikap mu itu," tegur Ibu.
"Iya ibuku yang paling cuantik sedunia dan sepanjang masa,"
"Iya lah cantik, istri siapa dulu," sahut Ayah sambil makan pisang goreng nya.
"Waah ... pisang nya juga enak banget, memang istriku ini, sudah cantik, pinter masak lagi, makin sayang rasanya Ayah sama Kamu Buk," lanjut nya.
"Halah, apa to Ayah ini, malu itu sama anak," jawab Ibu sambil tersenyum malu.
"Cie cie ... ada yang malu tu Lo Ayah, Ha ha ha ... Ayah sama Ibu ternyata so sweet juga walaupun sudah punya cucu," ledek Putri, Wajah Ibu nya sampai kemerahan menahan malu.
"Iya lah ... Ayah mu gitu loh, selera Ayah kan yang cantik nya kayak Ibu gini," jawab Ayah.
"Cie cie, Ibu gak usah malu-malu, Ayah loh ngajak so sweet itu, masak malah malu sih," ledek Aura.
"Sudah to jangan di terus-terusin Mas, mbok ya malu dengan umur gitu loh," jawab Ibu tanpa ekspresi.
Aura dan Ayah pun lalu tertawa bersamaan.
"Anak sama Bapak kok ya kompak gitu toh," cetus Ibu.
Hujan di luar masih sangat lebat, Aura berkali-kali melihat ponsel yang ia bawa, namun tetap saja tidak ada balasan dari Aditya, Pikiran Aura semakin gak karu-karuan, karena sejak sore Faisal tidak bisa ia hubungi.
Wajah Aura pun sangat terlihat gelisah.
"Kamu kenapa to Nduk kok kelihatan nya gelisah gitu dari tadi," tegur Ibu.
"Ah enggak Bu, Aura biasah aja kok," jawab Aura sambil tersenyum.
"Sudah jangan bohong, tanpa Kamu ngomong pun ibu bisa lihat kok, kelihatan banget dari tadi kalau Kamu sedang gelisah,"
"Ada apa Nduk, Kamu cerita saja sama Ayah dan ibu kalau ada apa-apa, jangan di pendam sendiri," sahut Ayah.
"Enggak kok Ayah, gak ada apa-apa, cuma perasaan Ibu saja,"
Aura masih berusaha menutupi kegelisahan nya.
'Ayo dong Mas Kamu balas chat dariku, Aku menanti mu Mas' gumam Aura dalam hati, sambil minum teh hangat yang di buat oleh Ibu nya.
"Oh iya Nduk, bagaimana kelanjutan nya itu bos Kamu itu, katanya cari baby sister, sudah dapat apa belum?"
"Ha? Oh itu, iya Buk belum dapat, ini Aura masih coba bantu Dia," Aura terlihat gugup menjawab nya, pikiran nya seperti tidak fokus.
"Oh gitu, Kamu kenapa kok kelihatan gugup gitu sih Nduk? Ada apa? Ayo cerita Nak!" Ibu terus mendesak Aura karena tingkah nya sangat aneh.
"Enggak ada Ibu, Aura tadi sedang baca ini lih artikel di google kalau artis Nia Ramadhani, orang kaya itu loh yang sudah membuat ada nya lumpur Lapindo di Sidoarjo, Ibu tahu kan?"
"Iya tahu, memang nya kenapa?"
"Iya itu kena kasus narkoba, dan sekarang Dia di penjara Buk,"
"Oh masak Nduk? Ya Allah, sudah kaya kok masih aneh-aneh gitu to, Yo bangkrut dong terusan,"
"Ya enggak tahu Buk, ini baru di tangkap," jawab Putro sambil menyodorkan handpone nya.
'Haduh ... maaf ya Buk, kok malah Aku ajak gosip lagi, maafkan Aku Nia Ramadhani, Aku harus bawa-bawa nama Kamu' gumam Aura dalam hati.
"Ya Allah, kasihan sekali ya Nduk," ucap Ibu Aura.
"Oh memang ya perempuan itu kalau soal gosip paling terdepan," ujar Ayah.
"Ha ha ... Ibuk itu loh Yah yang selalu update,"
"Ya biar ada topik buat kumpul-kumpul sama teman-teman arisan to Mas,"
"Ibuk ... kok malah cari bahan buat hibah sih,"
"He he ... iya buat seru-seruan aja Nduk,"
"Sudah Nduk, biarin aja, itu urusan nya Ibuk mu, biar di buat hiburan nya, kalau kumpul teman-teman nya biar gak di bilang kudet,"
"Kudet? Waduh ... Ayah sama Ibu kok gaul gitu sih sekarang, Kudet segala, Aura jadi kala deh jiwa muda nya,"
"Tapi gak untuk di tiru loh ini Nduk, gak baik kalau di ikuti,"
"Tu kan, ibu tahu kalau gak baik, tapi kok di terusin sih," cetus Aura.
" He he ... biar punya cerita aja Nduk, betul kata Ayah mu, biar Ibu gak Kudet,"