webnovel

Aura dan Faisal ijab siri terlebih dahulu

Semua pun tertawa mendengar Ayah Faisal meledek nya.

"Bagaimana Pak? Masih ada tanggal yang bagus atau tidak ini, seperti nya Faisal memang sudah sangat siap untuk melangsungkan pernikahan nya," tanya Ayah Faisal ke orang tua Aura.

"Ooh gitu ya, sebentar kalau begitu Kita bicarakan lagi ini, tadi kan saya kira Nak Faisal butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya, tapi jika ingin di percepat yah kita cari lagi waktunya yang bagus," jawab Ayah Aura, Ayah Aura sangat terkesima mendengar jawaban dari Faisal yang terlihat jelas kesiapannya untuk mempersunting Putri kesayangannya itu.

"Faisal tadi di luar sudah membicarakan dengan Dek Aura, kalau Faisal ingin meminta restu kepada Ayah dan Ibu nya Dek Aura soal penentuan tanggalnya kalau bisa atas persetujuan Ayah dan Ibu, tapi Kalau bisa jangan jangka yang panjang, Kalau bisa di percepat lebih baik, Faisal dan Dek Aura sudah siap," sahut Faisal dengan sopan.

"Iya memang lebih cepat itu lebih baik Nak, tapi kita belum menemukan tanggal yang baik di waktu dekat ini, beri kita sekeluarga waktu dulu ya untuk membicarakan ini, dan untuk keputusan nya nanti kita akan sampaikan dalam waktu dekat ini," ujar Ayah Aura yang melihat waktu sudah larut malam.

"Iya Pak, dengan sangat hormat Kamu memberi keleluasaan untuk keluarga bapak menentukan tanggalnya, kalau dari Kami kapanpun sudah siap," jawab Ayah Faisal.

Pakde Faisal sebagai orang yang paling tua dari keluarga Faisal dan ia juga orang yang sangat taat agamanya pun tiba-tiba membuka bicara.

"Maaf ya Bapak sebelum nya, bukan nya saya lancang, Saya sudah menganggap Faisal itu seperti anak sendiri, Dan karena hari ini Nak Aura kan sudah di ikat sama Faisal, dan setelah ini banyak urusan yang harus kalian lakukan berdua, mumpung masih kumpul semua disini kalau saya boleh menyaran kan sebaik nya Nak Faisal dan Aura ini kita sahkan malam ini saja bagaimana? Untuk menghindari dosa," usul nya.

Sontak semua terkejut, termasuk Faisal dan Aura, mereka tidak menyangka Pakde Faisal akan memberi usulan mengejutkan seperti itu.

Semua terdiam dan memikirkan secara matang atas ucapan Pakde Faisal.

Saat suasana hening tiada yang menjawab nya Ayah Faisal angkat bicara.

"Wah ... wah ... seperti nya saya setuju, namun bagaimana untuk orang tua Aura, Apakah menyetujui nya juga atau tidak, karena setelah ini mereka akan sering bertemu untuk mengurus berkas-berkas nya jadi ada baik nya juga usulan dari Mas Imam (Pakde Faisal) tadi,"

"Yah jika memang untuk kebaikan kenapa tidak? Saya mah yang penting anak nya mau atau tidak, kalau saya setuju-setuju saja jadi jika mereka bertemu sudah sah-sah saja," ujar Ayah Aura ikut menyetujui usulan dari Pakde Faisal.

"Bagaimana Nak Aura? Apakah kamu mau jika kita adakan ijab siri terlebih dahulu malam ini, yah meski memakai mas kawin seadanya tapi yang penting sah nya agar tidak menjadi zina nanti jika kalian bertemu, yah maksudnya ketika menatap pun tidak akan menjadi zina mata, itu ibarat ringan nya," ujar Pakde Faisal mempertanyakan kesiapan Aura.

Aura menoleh ke Ibu nya yang duduk di samping nya.

"Bagaimana menurut Ibu? Apakah ibu menyetujuinya juga?" bisik Aura.

"Yah kalau Ibu sih terserah Kamu Nak, semua keputusan ada di tangan Kamu, yang penting itu baik kenapa harus di tolak kan? Kalau tujuan nya baik yah ikuti saja kalau menurut ibu, tapi yah semua Ibu kembalikan lagi Ke Kamu Nak," jawab Ibu Aura sambil menggenggam tangan Putri bungsunya itu.

Dengan mantab Aura menjawab pertanyaan Pakde Faisal.

"Bismillahirrahmanirrahim ... Iya, Aura siap dinikah kan siri terlebih dahulu," ujarnya.

Faisal mendengar nya merasa sangat bahagia.

"Alhamdulillah, terimakasih Dek sudah percaya sama Mas," gumam Faisal bisik-bisik.

"Alhamdulillah ... sekarang kita tanya Faisal nya bagaimana apakah kamu juga siap Nak untuk melangsungkan ijab Qabul malam ini," tanya Ayah Faisal.

""Iya Ayah, Faisal siap," jawab nya dengan tegas.

"Alhamdulillah, karena kedua nya sudah siap mari kita langsungkan acaranya," ujar Pakde Faisal.

"Untuk saksi dari mempelai wanita siapa?" tanya Pakde Faisal.

"Ini ada Kakak dan Adik saya, biar mereka menjadi saksi," jawab Ayah Aura sambil menunjuk mereka berdua.

"Baiklah, Nak Faisal siapkan maharnya ya meski cuma 100 ribu dulu gakpapa, cuma untuk syarat," ujar Pakde nya.

"Iya Pakde, Faisal sudah siapkan," jawabnya.

Semua sibuk mengambil posisinya masing-masing.

Faisal duduk tepat di hadapan Ayah Aura, sedangkan Aura tetap di ruangan belakang bersama Ibu dan Kakak nya.

"Bagaimana Faisal? Apakah Kamu sudah siap untuk melangsungkan acaranya?" tanya Ayah Aura untuk memantapkan nya lagi.

"Iya Pak siap," jawab Faisal dengan tegas.

"Baiklah langsung saja kita mulai ya," ujar Ayah Aura, kemudian ia menyodorkan tangan nya, dan begitu pun Faisal.

Ayah Aura memulai nya dengan kalimat syahadat.

"Asyhaduallailahaillah, waasyhaduanna Muhammadarrasulullah 3x, Astaghfirullahhal'adzim3x," semua mengikuti mengucap kalimat syahadat dan istigfar.

Lalu di lanjutkan ijab Qabul.

"Saya nikahkan engkau dengan Anak Ku yang bernama Aura Nafisa dengan mas kawin 100 ribu rupiah di bayar tunai,"

Dengan lantang Faisal menjawab.

"Saya terima nikah nya Aura bin Azam dengan mas kawin tersebut di bayar tunai,"Faisal mengucap nya dengan lancar dan tegas hanya dengan satu kali ucapan dan semua langsung menyahut "Sah,"

"Alhamdulillah," kemudian dilanjutkan dengan doa yang di pimpin oleh Pakde Faisal.

Dan dilanjutkan dengan membaca asyraqal saat itulah Aura keluar dan bersalaman dengan Faisal yang kini telah menjadi suami nya menurut agama.

Dengan serentak semua mengucapkan salawat nabi.

"Ya nabi salam 'alaika, ya Rasul salam 'alaika, ya habib salam 'alaika, solawatullah 'alaika," dan disitulah detik-detik Aura terharu, ia menyambut suaminya sambil menangis.

Dan Faisal memegang kepala Aura sambil membaca Doa "Engkau kini istriku, semoga Allah selalu menjagamu, dan terus menjadikN mu wanita yang salihah sehingga engkau kelak menjadi bidadari surgaku," Faisal berdoa dalam hati dengan penuh harapan.

Setelah selesai Aura menyalami semua tamu, ia kembali duduk di belakang bersama Ibu dan Kakak nya.

"Alhamdulillah ... sudah sah, bagaimana perasan nya Dek," tanya Kakak Aura yang ikut bahagia melihat Adik satu-satunya sedang berbahagia.

"Seperti mimpi Kaka, Aura nggak nyangka ini akan terjadi dalam hidup Aura, Alhamdulillah, Aura gak tahu lagi mau berkata apa Kak," jawab Aura.

Ibu Aura mendengar mereka berdua berbisik-bisik ikutan mengucapkan syukur.

"Alhamdulillah, ini lah bayaran dari penantian mu selam ini Nak," ujar ibu Aura lirih.

"Amin ... terimakasih ya Ibu, ibu selalu yang mendukung di setiap keputusan yang Aura ambil," jawab Aura sambil memeluk wanita yang telah melahirkan nya itu.