webnovel

Si perantau kembali ke asalnya

Seorang laki-laki tengah sibuk bersiap-siap di dalam kamarnya. Ia tengah sibuk memasukkan seluruh isi yang ada dalam lemari kedalam tas yang berada di atas tepat tidurnya. dengan teliti dan rapih ia memasukan semuanya, satu persatu telah masuk kedalam tas ransel hitam tersebut.

Ia berjalan keluar dari ruangan tersebut melangkahkan kakinya dengan langkah yang seirama dan gontai. tidak lupa ia mengunci pintu dan pergi meninggalkannya.

Dengan ransel hitam yang ia sampirkan di samping kanannya, ia melangkahkan kakinya dan terhenti saat melihat sekililingnya ia terus menatap anak-anak yang tengah bermain dan bernyanyi di taman tersebut. ia tersenyum melihat anak-anak yang terlihat bahagia seolah tidak ada beban yang akan menghadangnya suatu saat nanti.

Ia merasa iri kepada anak-anak tersebut. Mereka dapat tersenyum lepas tanpa ada rasa beban yang akan menantinya. Ia terus menguatkan dirinya agar tidak menyerah dengan keadaan. Laki-laki tersebut mengalihkan pandangannya ke bawah ia tidak sangup lagi dengan kehidupan yang menyesakkan dadanya. Ia hidup begitu keras di tanah orang ini, dulu ia berfikir jakarta adalah tempat yang tepat untuk mengadu nasib. Namun disini ia hanya mendapatkan pekerjakan yang jauh dari harapannya. Ia merantau di jakarta untuk menjadi seorang buruh dan beberapa minggu kemaren ia di PHK. Ia terus mencari kerja kesana-kemari namun tidak ada yang menerimanya, mencari pekerjaan di kota yang besar dan sibuk ini semakin susah saja. Dan akhirnya ia memilik untuk kembali kekota kelahirannya. Ia berfikir harus pulang dan ingin mencari pekerjaan disana saja.

Tanpa ia sadari waktu sudah menunjukkan 16.15 WIB masi ada sekitar empat puluh limat menit untuk ke stasiun kereta. Ia berlarian menuju stasiun, dan dengan tepat waktu ia sampai dan sudah duduk di kursi penumpak kereta Argo Parahyansa dari jakarta ke bandung.

Kereta melaju dengan sangat cepat ia melihat sekelilingnya mereka semua tengah tertidur di dalam kereta. Namun laki-laki ini tidak bisa memejamkan matanya selama perjalanan ia terus terjaga sepanjang perjalan.

Saat kereta melewati terowongan sasksaat ia merasa bahwa kereta tidak lagi melaju dengan mulus. bakan kereta saat melewati terowongan ini bergoyang dan ia melihat percikan api karena kereta yang ia naiki menembel pada dinding terowongan yang mengakibatkan percikan api muncul.